Dasar Hukum Teori Zakat a. Definisi Zakat

45 Ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanan atau dalam keadaan musafir yang kehabisan bekal meskipun tadinya mereka tergolong orang kaya di negeri asalnya, karena jauhnya dari tempat harta mereka, mereka tidak dapat mempergunakan harta itu untuk kepentingan dan kebutuhannya.

e. Hikmah dan Manfaat Zakat

Setiap kewajiban yang diperintahkan Allah SWT, termasuk adanya kewajiban berzakat, pasti memiliki hikmah dan manfaat. Mengemukakan beberapa peran dan hikmah zakat, yaitu Hafidhuddin,1998:54: a Zakat merupakan perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki. b Zakat sesungguhnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang bersifat sesaat, melainkan juga memberikan kecukupan kepada mustahiq dengan cara menghilangkan atau memperkecil penyebab kemiskinan. c Zakat sebagai pilar jama’i antara kelompok aghniya yang berkecukupan dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjuang di jalan Allah sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya. d Zakat merupakan salah satu bentuk kongkrit jaminan sosial yang disyari’atkan oleh ajaran Islam bagi para mustahiq. e Zakat merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia muslim. f Zakat dapat memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Hal ini karena zakat berarti mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta yang diusahakan dengan baik dan benar. g Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. h Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan berusaha agar mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, serta berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfiq orang yang berinfaq. 46

2. Teori Infak a. Definisi Infak

Definisi menurut Infak menurut Hidayat, “Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali memperoleh rezeki sebanyak yang dikehendakinya” Hidayat,2010:316. Sedangkan definisi menurut Hafidhuddin, “Infak berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk suatu kepentingan” Hafidhuddin,2002.

b. Dasar Hukum

Infak dalam surat Al-Baqarah ayat 1 sd 5 disebut merupakan salah satu prasarat bagi seseorang untuk dapat disebut muttaqien yang mendapat jaminan selalu memperoleh petunjuk dari Tuhan dan selalu diberikan kemenangan atau kejayaan.         Artinya: “mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. “ Q.S. Al-Baqarah[2]:2 Kemudian pada surat Al-Baqarah ayat 219, disebutkan bahwa besarnya nilai rejeki yang harus diinfakkan adalah “kelebihan dari keperluan”, sangat relatif sekali.