Variabel Terikat Dependent variable
90 terakselerasi lebih lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi.
Selanjutnya, memasuki triwulan II-2008, seiring dengan turunnya harganya komoditi dunia serta melambatnya permintaan agregat sebagai
imbas dari krisis keuangan global, BI memperkirakan tekanan inflasi ke depan menurun, sehingga BI rate pada bulan Desember 2008 diturunkan
sebesar 25 basis point bps menjadi 9,25 bps. Kedua, kebijakan dalam sector perbankan. Kebijakan dalam sektor
perbankan lainnya adalah meningkatkan kapasitas pelayanan industri perbankan syariah. Sistem perbankan syariah terbukti lebih tahan terhadap
hantaman krisis. Sistem perbankan ini juga sudah mulai digiatkan oleh negara-negara non-muslim seperti Inggris, Italia, Hong Kong, China,
Malaysia, dan Singapura. Bahkan menurut anggota Komite Ahli Bank Indonesia, perbankan syariah tetap stabil di saat krisis glonal berlangsung
dikarenakan perbankan syariah merupakan pilihan yang komprehensif, progresif dan menguntungkan.
Seiring dengan semakin dalamnya tekanan krisis global, sejak semester II-2008, kebijakan perbankan ditujukan pada upaya mengurangi
imbas krisis global pada perbankan domestik. Keketatan likuiditas yang terjadi akibat krisis disikapi BI dengan mempermudah akses bank umum
dan Bank Perkreditan Rakyat BPR terhadap fasilitas pendanaan. Namun upaya tersebut tetap dilakukan BI dengan memperhatikan risiko yang
terjadi pada perbankan nasional serta dampak yang lebih luas pada
91 perekonomian rakyat. Untuk itu, upaya menjaga ketersediaan pendanaan
bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM sebagai bantalan perekonomian
rakyat, juga
senantiasa dicermati.
Terkait dengan kebijakan di sektor perbankan ini, BI telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan
ruang bagi perbankan dalam menyalurkan kredit dengan tetap memperhatikan unsur kehati-hatian dan kestabilan ekonomi secara umum.
Ketentuan-ketentuan tersebut
mencakup beberapa
hal seperti:
memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukuan kantor
bank termasuk syariah, menyesuaikan bobot Aset Tertimbang Menurut Resiko ATMR untuk Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan,
menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement repo bank
kepada BI, dan mengurangi kewajiban pembentukan penyisihan penghapusan aktiva non produktif.
Ketiga, kebijakan di sektor pembayaran. BI turut berupaya mencegah krisis global terhadap kelancaran sistem pembayaran nasional.
Dalam mencegah risiko sistemik dari risiko gagal bayar peserta yang cenderung meningkat pada kondisi krisis dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, BI telah melakukan perubahan jadwal setelmen sistem pembayaran pada hari tertentu. Kebijakan BI dalam sistem pembayaran
92 terus dilakukan untuk meningkatkan pengedaran uang yang cepat, efisien,
aman, dan handal, meningkatkan layanan kas prima, dan meningkatkan kualitas uang. Sementara kebijakan non tunai diarahkan untuk memitigasi
risiko sistem pembayaran melalui pengawasan sistem pembayaran, mengatur kegiatan money remittances, meningkatkan efisiensi pengelolaan
rekening pemerintah, dan meningkatkan pembayaran non tunai. Setelah mengalami gejolak yang cukup tajam pada tahun 2008,
perekonomian pada tahun 2009 relatif stabil. Suku bunga BI rate telah turun sampai 6,50 jauh dibawah tingkat suku bunga yang berlaku pada
tahun 2008 dan juga pada tahun 2007. Pada akhir 2009 rupiah telah menguat kembali dan berada pada level Rp. 9400 per US dollar atau sama
dengan level pada tahun 2007. Demikian juga harga BBM kembali turun menjadi Rp. 4500 per liter.
Dengan tingkat harga berbagai komoditi yang kembali melemah pada tahun 2009 setelah mencapai puncaknya pada tahun 2008, maka
inflasi cenderung rendah. Pada tahun 2009 inflasi hanya mencapai 2,78 atau merupakan tingkat inflasi terendah dalam sepuluh tahun terakhir ini.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-
masing 4,7 dan 10,2. Sementara ekspor dan impor mengalami penurunan. Ekspor mengalami penurunan sebesar 8,2 dan impor sebesar
18,3