Uji Kointegrasi Uji Error Correction Model ECM

83

c. Autokorelasi

Autokolerasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel. Atau bisa juga didefiniskan bahwa autokolersi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang dalam data cross-section Gujarati,2006. Biasanya autokolerasi ini terjadi pada data time series. Autokolerasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau Breusch and Godfrey atau yang lebih dikenal dengan Uji Langrange Multiplier. Pada Uji Lagrange Multiplier: H : Tidak ada autokorelasi Ha : Ada autokorelasi De ngan tingkat signifikan α sebesar 5 dan menggunakan distribusi Chi-square, maka: Jika Prob Chi-square 0.05 Maka H ditolak Jika Prob Chi-square 0.05 Maka H diterima

6. Uji Error Correction Model ECM

“ Error Correction Mechanism ECM adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan 84 jangka panjang” Nachrowi,2009:371. Model ini untuk koreksi kesalahan adalah sistem dinamik dengan karakteristik bahwa deviasi dari keadaan saat ini dari hubungan jangka panjang akan dimasukkan ke dalam dinamika jangka pendek. Pada penelitian ini menggunakan ECM karena memiliki keunggulan dapat melihat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari Unit Root Test dan Uji derajat Integrasi, Uji kointegrasi, asumsi klasik serta pendekatan ECM. Hubungan penerimaan ZIS dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diformulasikan sebagai berikut: PDB t = f JUB t , PM t , ZIS t model ECM, ditulis: Keterangan: Y = Pertumbuhan Ekonomi PDB dalam rupiah X 1 = Jumlah Uang Beredar JUB dalam rupiah X 2 = Pembiayaan Mudharabah PM dalam rupiah Yt = β + β 1 X 1 t + β 2 X 2 t + β 3 X 3 t + β 4 ECT …………………..…. 7 DlnPDBt = β + β 1 DlnJUBt + β 2 DlnPMt + β 3 DlnZISt + β 4 DlnJUBt- 1 + β 5 DlnPMt- 1 + β 6 DlnZISt- 1+ β 7 ECT ……. 8 85 X 3 = Penerimaan ZIS dalam rupiah DlnPDBt = Produk Domestik Bruto DlnJUBt = Jumlah Uang Beredar Jangka Pendek DlnPMt = Pembiayaan Mudharabah Jangka Pendek DlnZISt = Penerimaan ZIS Jangka Pendek DlnJUBt-1 = Jumlah Uang Beredar Jangka Panjang DlnPMt-1 =Pembiayaan Mudharabah Jangka Panjang DlnZISt-1 = Penerimaan ZIS Jangka Panjang Β = Konstanta β 1 , β 2, β 3, β 4 = Koefisien regresi ECT = Error Correction Term

E. Operasional Variabel 1. Variabel Bebas

Independent variable Variabel independen identik dengan variabel bebas, penjelas, explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai “ variabel prdiktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel dependen ” Kuncoro,2009:50. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas sebagai berikut: a. Jumlah Uang Beredar JUB Uang secara luas M2 adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau 86 sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. M2 menggunakan satuan rupiah. b. Pembiayaan Mudharabah PM Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal shahib al-maal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola mudharib dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Pada penelitian ini pembiayaan mudharabah berkontribusi kepada modal investasi yang akan berpengaruh kepada pertumbuha ekonomi. Pembiayaan Mudharabah menggunakan satuan rupiah. c. Zakat, Infak dan Sedekah ZIS. Secara terminologis, zakat berarti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu mustahik dengan persyaratan tertentu pula. Infak adalah penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan sharful maal ilal haajah. Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan. Dalam penelitian ini, ZIS menggunakan satuan rupiah.

2. Variabel Terikat Dependent variable

“ Variabel terikat identik dengan variabel terikat, yang dijelaskan atau dependent variable “ Kuncoro,2009:50. Pada penelian ini, variabel 87 terikatnya adalah Produk Domestik Bruto PDB. PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir final produksi dalam batas wilayah suatu negara domestic selama satu tahun. Pada penelitian ini, data PDB menggunakan PDB harga konstan tahun dasar 2000 dengan satuan rupiah. 88

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto PDB

Pendapatan Nasional dapat diartikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaanorang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Di dalam perekonomian, di negara maju maupun negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik produk negara tersebut tetapi penduduk negara lain. Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa produk domestik bruto yang tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar Rp.195.154 milyar sedangkan produk domestik bruto yang terendah terjadi Januari 2007 sebesar Rp.157.354 milyar. Berdasarkan gambar diatas pertumbuhan produk domestik bruto ditiap bulannya umumnya meningkat terlihat pada gambar 4.1. Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas dari krisis finansial global tahun 2008 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai 89 6,1 pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 6,3 www.bi.go.id. Gambar 4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto PDB 50000000000000 100000000000000 150000000000000 200000000000000 250000000000000 2 7 5 9 2 8 5 9 2 9 5 9 2 1 5 9 PDB PDB Sumber: Biro Pusat Statistik 201 Dampak negatif yang ditimbulkan dari krisis global ini diantaranya kinerja neraca pembayaran yang menurun, tekanan pada nilai tukar Rupiah dan dorongan pada laju inflasi. Dalam menangani krisis global ini, Pemerintah melalui Bank Indonesia BI menerapkan beberapa kebijakan diantaranya: pertama, Kebijakan dalam sektor moneter. BI mengarahkan kebijakan pada penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya permintaan agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM yang sempat mendorong inflasi mencapai 12,14 pada bulan September 2008. Untuk mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan BI rate dari 8 persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada oktober 2008. Dengan kebijakan moneter tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak