Delapan kelompok yang berhak menerima zakat

48                   Artinya: “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, Maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezeki dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” Al-Baqarah[2]:245

4. Implikasi

ZIS terhadap perkembangan mikroekonomi dan makroekonomi Zakat adalah sistem fiskal pertama di dunia pada abad ke-7 M yang memiliki kelengkapan aturan yang luar biasa mulai dari subjek zakat, objek harta zakat dan masing-masing tarifnya. Pada saat yang sama, ZIS juga memiliki berbagai karakteristik dan implikasi ekonomi yang penting dan signifikan, yang membuat diinginkan secara sosial. Dalam konteks sosial-ekonomi, institusi ZIS memiliki berbagai implikasi ekonomi baik tingkat mikro atau makro.

a. Impilkasi Mikro ZIS 1. ZIS dan Konsumsi Agregat

ZIS merupakan pendistribusian kekayaan dalam Islam yang diterapkan sejak zaman dahulu, masyarakat yang berlebih harta dapat menyalurkan hartanya melalui ZIS. Dengan adanya pentransferan pendapatan maka pihak yang menerima ZIS dapat mengalami peningkatan pendapatan disposable, akan meningkatkan konsumsi dan 49 sekaligus mengizinkan penerima ZIS untuk mulai menabung. Dalam jangka panjang, transfer ZIS akan membuat ekspektasi pendapatan dan tingkat kekayaan penerima ZIS meningkat yang pada gilirannya membuat konsumsi menjadi lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, selain akan meningkatkan kuantitas konsumsi, penerapan zis juga akan meningkatkan kualitas konsumsi perekonomian.

2. ZIS dan Tabungan Nasional

Dalam perspektif Islam, tabungan bukanlah aktivitas residual, melainkan sebuah tindakan rasional yang memiliki tujuan tertentu yang positif bukan untuk ditimbun. “Tabungan untuk persiapan di masa depan adalah diperbolehkan bahkan dianjurkan “ QS. Al- Hasyr:8, di saat yang sama, Islam melarang bersikap berlebih-lebihan QS. Al-Furqan:67. Motivasi untuk menabung dalam perekonomian Islam adalah expected rate of return on savings, bukan suku bunga. Untuk mempertahankan tingkat kekayaan konstan atau mengembangkannya, maka tabungan harus diinvestasikan pada kegiatan produktif di sektor riil. “ Dengan demikian rate of return on saving sepenuhnya ditentukan tingkat bagi hasil dan pengembalian proyek karena tarif zakat adalah konstan “ Khan,1995:54.

3. Zakat dan Produksi Agregat