Uji hipotesis pretest kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
memperoleh informasi pendukung untuk menjabarkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Informasi yang didapat untuk menjawab dan
menjabarkan pertanyaan pada pembuatan argument mapping, siswa tidak hanya menggunakan satu buku yang ada di sekolah saja, tetapi mereka bebas
mencari informasi dari sumber manapun yang terpercaya. Dengan demikian, siswa diharapkan lebih banyak memperoleh pengetahuan dan lebih mudah
dalam menguasai konsep pada materi kingdom fungi jamur. Berdasarkan data pada Tabel 4.3, terdapat perbedaan rata-rata nilai
indikator soal hasil pretest dan posttest. Pada posttest siswa kelas eksperimen
I dan kelas eksperimen II, untuk indikator soal 1, 4, dan 6, diperoleh perbedaan rerata yang kecil. Kelas eksperimen II memiliki nilai yang sedikit
lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II. Pada indikator soal 2, diperoleh rerata nilai yang sama yaitu 58,33. Hal ini berarti baik siswa pada
kelas eksperimen I maupun siswa pada kelas eksperimen II sudah dapat menguasai konsep indikator materi kingdom fungi yang telah dipelajari.
Pada indikator soal 3 dan 5 terdapat perbedaan rerata yang cukup jauh. Kelas eksperimen II memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas eksperimen I. Salah satu penyebab perbedaan rerata yang cukup jauh ini adalah siswa pada kelas eksperimen I kesulitan memahami materi yang lebih
kompleks dari pertemuan sebelumnya. Hal ini karena siswa kurang aktif untuk menemukan konsep-konsep baru selain yang terdapat pada buku
sumber yang digunakan. Dengan keterbatasan materi yang disajikan dalam buku sumber yang digunakan, hal ini pula yang menjadi kendala lain siswa
dalam memahami indikator yang dipelajari. Sebagai mana menurut Pannen, pengetahuan konsep siswa tidak akan berkembang apabila siswa tidak aktif
mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
9
9
Yustini Yusuf, et.al, “Upaya Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar Biologi melalui
Penggunaan Peta Konsep pada Siswa Kelas II
4
SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 20042005 ”,
Jurnal Biogenesis Vol.22, 2006, h.62.
Siswa pada kelas eksperimen II mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas eksperimen I. Hal ini dikarenakan pada saat
pelaksaan pembelajaran siswa diberikan lembar kerja yang berisis pertanyaan- pertanyaan konseptual yang tidak hanya dibatasi materi yang terdapat pada
buku sumber yang digunakan, tetapi juga diberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikembangkan sehingga siswa memperoleh kesempatan
mengembangkan keterampilan berpikir untuk dapat menguasai materi yang diajarkan.
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai rata-rata pembuatan concept mapping siswa kelas eksperimen I pada pertemuan pertama diperoleh nilai sebesar
75. Hasil pembuatan concept mapping siswa pada pertemuan pertama ini dilakukan secara berkelompok dengan indikator pencapaiannya mengenai ciri-
ciri jamur dan cara jamur memperoleh makanan. Pada pertemuan kedua, diperoleh nilai sebesar 73, Hasil pembuatan concept mapping siswa pada
pertemuan kedua dilakukan secara individu dengan indikator pencapaiannya menjelaskan cara reproduksi jamur dan pengklasifikasian jamur. Pada
pertemuan 3, diperoleh nilai sebesar 77. Hasil pembuatan concept mapping siswa ini dilakukan secara individu dengan indikator pencapaiannya
menjelaskan hubungan simbiotik jamur dengan tanaman lain dan menyebutkan peranan jamur.
Siswa yang diajarkan dengan menggunakan concept mapping dalam penelitian ini cenderung belum menguasai konsep pada materi kingdom fungi
jamur. Hal ini dikarenakan siswa masih belum mampu mengidentifikasi konsep-konsep penting untuk dihubungkan antara konsep yang satu dengan
konsep lainnya sehingga belum maksimal dalam membangun struktur kognitif yang bermakna.
Selain itu, penguasaan konsep siswa yang cenderung masih kurang menguasai ini dikarenakan dalam pembuatan concept mapping, siswa hanya
menggunakan satu buku sebagai acuan, sedangkan buku yang digunakan di