Karena Tetapi
Karena Tetapi Karena Tetapi
Gambar 2. Pemetaan Argumen Argument Mapping
Pada Konsep Jamur c.
Manfaat Argument Mapping
Keuntungan-keuntungan pembuatan
peta argumen
diungkapkan oleh Ostwald meliputi: 1 tayangan struktur argumen sangat efisien, yaitu peta argumen dapat meringkaskan beberapa
halaman dari debat atau isu kompleks ke dalam peta tunggal; 2 tayangan struktur argumen dapat ditampilkan dengan jelas, yaitu
argumen ditranslasi dari bentuk teks ke dalam bentuk peta yang merupakan praktik keterampilan berpikir kritis yang sangat baik;
dan 3 masing-masing ko-premis dapat ditunjukkan secara eksplisit, yaitu peta argumen akan memacu siswa mengidentifikasi
asumsi yang tidak dinyata-kan dan meminta bukti untuk masing- masing komponen dari argumen.
35
Keuntungan pemetaan argumen adalah berfokus pada kelas sub-hubungan. Pemetaan Argumen menjelaskan konsep argument
35
I wayan Redhana, Loc.cit.
Makanan yang mengandung jamur dapat membahayakan
kesehatan tubuh.
Jamur memiliki kandungan senyawa- senyawa kimia berbahaya yang berpotensi
menimbulkan efek toksik bagi kesehatan. Banyak makanan mengandung jamur
yang tidak membahayakan tubuh
Mengandung senyawa kholin,
falin, atropine, dan asam helvet yang
sangat mematikan Jamur memiliki
Kandungan lemak lebih tinggi dari
daging sehingga baik untuk
kesehatan Tidak semua
jamur mengandung
senyawa toksik tersebut.
Jamur juga banyak mengandung
fosfor, besi, kalsium, vitamin B,
vit. C, dan karbohidrat
yang belum lengkap pada siswa. Pemetaan Argumen membuat hubungan yang sangat abstrak inferensialbukti eksplisit dengan
mewakili mereka sebagai hubungan spasial dalam pemetaan satu meletakkan banyak kata-kata sehingga lebih baik dapat melihat
struktur logis.
36
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Anwar dalam penelitiannya mengenai kemampuan kognitif siswa diperoleh hasil yang mengalami peningkatan dari siklus I dengan nilai
62.7 ke siklus II dengan nilai 75.62.
37
Muhaemin AD dalam penelitiannya mengenai prestasi siswa diperoleh hasil sebesar 0,535, hal ini berarti terdapat peningkatan
prestasi siswa pada siklus I sampai siklus III.
38
Yustini Yusuf dalam penelitiannya mengenai hasil belajar dan peningkatan altivitas biologi siswa menggunakan peta konsep pada siklus I
dan II.
39
I Wayan Redhana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis peta argumen yang berlangsung secara sistematis
dan bermakna dapat efektif meningkatkan pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa.
40
36
Yanna Rider and Neil Thomason, p. 10
37
Anwar, “Penggunaan Peta Konsep melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
untuk Meningkatkan Proses, Hasil Belajar, dan Respon pada Konsep Ekosistem”, Tesis pada
Universitas Negeri Malang, 2006.
38
Muhaemin AD, “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi pada Siswa. Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 20042005 melalui Pendekatan Peta Konsep
”, Jurnal PendidikanVol. 4, 2006, h. 85-92
39
Yustini Yusuf, et.al, “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi melalui
Penggunaan Peta Konsep pada Siswa Kelas II
4
SMP Negeri 2 Pekanbaru”, Jurnal Biogenesis Vol. 2 2, 2006. h.1.
40
I Wayan Redhana, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Peta Argumen Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Laju Reaksi. ” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Jilid 43 no. 17, 2010.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA khususnya biologi merupakan pelajaran yang erat kaitannya dengan proses penemuan dan pemahaman mengenai alam
beserta makhluk hidup didalamnya. Pembelajaran biologi bukan hanya menghafal teori saja, tetapi juga menemukan, memahami dan menguasai
konsep secara tuntas dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran biologi menuntut siswa untuk mampu mengaitkan konsep yang baru diperolehnya
dengan konsep-konsep yang telah dimiliki sebelumnya.
Proses pembelajaran biologi selama ini masih belum mencapai hasil yang memuaskan, hal ini dapat dilihat penguasaan konsep biologi
siswa yang tergolong masih rendah. Penguasaan konsep yang masih rendah ini dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga
siswa belum secara aktif dalam menemukan, memahami dan menguasai konsep biologi. Selain itu, cara hafalan yang dilakukan siswa dalam
memahami konsep biologi juga menjadi salah satu alasan pembelajaran
biologi belum maksimal.
Salah satu cara yang dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa adalah dengan melakukan belajar bermakna.
Dengan belajar bermakna, siswa terlibat secara aktif dalam pemebelajaran sehingga mampu memperbaiki struktur kognitifnya. Belajar bermakna
dilakukan dengan mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Belajar
bermakna dapat dilakukan dengan concept mapping dan argument
mapping.
Pemetaan Konsep concept mapping merupakan perangkat pemetaan yang mengaktifkan unsur-unsur belajar yang berhubungan
dengan pengembangan pengetahuan kognitif pada siswa. Konsep-konsep dihubungkan menggunakan kata-kata penghubung sehingga membentuk
struktur yang bermakna. Pemetaan Argumen argument mapping merupakan pemetaan yang berfokus pada peta dengan struktur yang logis.
Pemetaan argumen dapat mengklasifikasikan dan mengorganisasikan
pikiran seseorang. Dengan pemetaan argumen, siswa akan memahami keterkaitan antara premis dan klaim sehingga dapat membantu siswa
berpikir kritis dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang susunan konseptual dan memungkinkan siswa menjawab
pertanyaan dengan benar.
Melalui penggunaan concept mapping dan argument mapping ini, siswa akan mengalami pembelajaran secara bermakna sehingga lebih
mudah dalam mengingat dan memahami konsep biologi. Dengan demikian, siswa dapat menguasai konsep kingdom fungi secara lebih
mendalam.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut:
Terdapat perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan concept mapping dengan argument mapping pada konsep
kingdom fungi jamur. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan argument mapping lebih baik daripada siswa yang menggunakan concept
mapping.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 20132014 bertempat di SMAN 11 Tangerang Selatan Jl. Sumatera, Jombang,
Kota Tangerang Selatan.
B. Metode dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu atau quasi eksperimen. Eksperimen ini disebut
kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni, tetapi seolah-olah murni karena tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh
terhadap sampel penelitian. Penelitian ini membandingkan dua kelompok yang diberi perlakuan
dengan penggunaan concept mapping eksperimen I dan argument mapping eksperimen II, kemudian membandingkan hasil dari kedua perlakuan yang
berbeda setelah dilakukan eksperimen pada kedua kelompok tersebut dengan tujuan mengetahui perbedaan penguasaan konsep biologi siswa setelah
diadakannya perlakuan. Desain penelitian ini menggunakan desain two group pretest-posttest
design, yakni desain yang dilakukan terhadap dua kelas subyek.
1
Pada desain penelitian ini diberikan perlakuan terhadap dua kelompok yaitu kelompok
yang menggunakan concept mapping eksperimen I dan argument mapping eksperimen II. Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok tersebut
diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai materi yang akan diajarkan dan kemudian setelah perlakuan diberikan posttest untuk
1
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta, 2009 , h.76.