peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan fansayyi’ah yang artinya
kebaikan lawan dari kejelekan.
31
Adapun pengertian secara istilah, Mauidzatul hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam
dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
32
Menurut Ali Musthafa Yakub, bahwa mauidzal hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dan bermanfaat bagi orang yang
mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh
da’i.
33
Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi, kata tersebut mengandung arti:
“Al-mau’idzal hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada
mereka atau dengan Al- Qur’an”.
34
Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau’idzal hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasehati
31
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251
32
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34
33
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009, h. 100
34
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251
sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar; ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.
35
3. Metode Al-Mujadalah
Dari segi etimologi bahasa lafadz mujadalah terambil dari ka ta “jadala”
yang bemakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan
Faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.
36
Mujadalah adalah cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang taraf
berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al-
qur’an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat
dengan mereka kecuali kecuali dengan cara terbaik.
37
Firman Allah dalam QS. Al- ‘ankabut ayat 46:
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara
yang paling baik, kecuali dengan orang- orang zalim di antara mereka”.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang
tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
35
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253
36
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253
37
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 100
diajukan dengan memberikan argumentasi satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran,
mengakui kebenaran pihak-pihak lain dan ikhlas menerima hukuman tersebut.
38
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Serta terwujudnya kebahagiaan
hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhai Allah. Tujuan utama ini, masih bersifat umum memerlukan penjabaran agar kebahagiaan manusia di dunia dan
akhirat ini bisa tercapai dan terwujud.
39
Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah jalan kebahagiaan dan sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang menyesatkan. Di
sinilah dakwah berfungsi memberikan peringatan kepadanya, melalui amar ma’ruf nahi munkar kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat tercapai.
Itulah tujuan dan cita-cita sesungguhnya dari dakwah Islam. Seperti Firman Allah dalam Al-
Qur’an surat Al – Maidah ayat 2
:
Artinya : “Dan menolonglah kamu dalam mengerjakan kewajiban dan taqwa,
dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya berat siksaannya
bagi orang-orang yang tolong menolong dalam kejahatan.
40
38
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 265
39
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 65
40
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, h. 106.
Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan, yakni :
a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah.
b. Menunjukkan larangan-larangan yang bersifat perbuatan dan pekataan.
c. Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang bertaqwa kepada
Allah SWT. d.
Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada Allah.
41
Jadi, dari berbagai macam tujuan dakwah di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan dakwah itu adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar
yang di ridhai Allah SWT, agar bahagia hidup di dunia dan akhirat. Dan jika dilihat dari sasaran aktivitasnya, tujuan dakwah dapat dilkasifikasikan menjadi:
1. Mengajak orang yang belum masuk Isla untuk menerima Islam, hal ini dapat
dipahami dalam firman Allah SWT. 2.
Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat. Amar ma’ruf disini, diartikan sebagai usaha mendorong dan menggerakkan umat manusia agar
menerima dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 3.
Nahi munkar, muatan dakwah yang berarti usaha mendorong dan menggerakkan umat manusia untuk menolak dan meninggalkan hal-hal
mungkar.
42
41
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h.51-53.
42
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Prenada Media Group, 2006 h. 88-91
g. Efek Dakwah
Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial. Seluruh komponen sistem
unsur- unsur dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Para da’i harus
memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaruan dan perubahan, di samping bekerja dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini menghasilkan
beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif corrective action.
43
Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi apabila ada perubahan apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral adalah merujuk pada perilaku
nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
44
Efek behavioral ini merupakan bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi
dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan afektif. Dengan demikian seseorang akan bertindak
dan bertingkah laku setelah orang itu mengerti dan memahami apa yang telah diketahui itu kemudian masuk ke dalam perasaannya dan kemudian timbullah
keinginan untuk bertindak atau bertingkah laku. Jika pesan dakwah telah
43
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009, h.35
44
Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, Bandung: Akademika, 1982, h. 35
menyentuh aspek behavioral yaitu telah dapat mendorong manusia melakukan secara nyata ajaran-ajaran Islam yang telah dipesankan dalam dakwah.
45
B. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas
1. Pengertian Pemikiran
Pemikiran adalah proses, cara perbuatan berfikir. Pemikiran berasal dari kata piker yang artinya akal budi, ingatan, angan-angan. Ahli, sedangkan berpikir
yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu problem yang memerlukan pemecahan. Sedangkan pemikir adalah orang yang
cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat dimanfaatkan orang banyak, seperti filosof.
46
Secara terminology, ada beberapa perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pemikiran, di antaranya ialah :
1. Nur Cholis Majid Cak Nur dalam bukunya khazanah intelektual Islam yaitu :
“Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pengetahuan dan industri. Akal kecendrungan untuk memperoleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya.
Karena itu ia pun mempelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu pengetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan
pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang
pada akhirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia”.
47
2. Samsul Nizar berpendapat bahwa pemikiran adalah upaya cerdas ijtihady dari
proses kerja dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana.
48
45
Khusniati Rofiah, Dakwah Jama’ah Tabhligh Eksistensinya di Mata Masyarakat,
Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010, h. 38-39
46
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 872-873.
47
Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, h. 307- 308 .
48
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, h. 6.