Pengertian Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj

Antara da’i dan mad’u disini harus selalu sama-sama mencari titik terang dalam setiap permasalahan. Musyawarah secara baik dan berkualitas. Karenanya, bukanlah pada tempatnya, seseorang yang mengaku muslim, tetapi selalu mengedepankan arogansi kekuasaan. 5 3 Al-musawamah Egalitarian Nabi Muhammad saw dan para khulafa’ ar-Rasyidin telah memberikan contoh sikap egalitarian dalam semua sektor kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Sebagaimana dalam Al-baqarah ayat 256:                             Artinya: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui ”. 6 4 Yatafaqqahu fiddin dan Liyundiru qaoumahum Menurut KH. Said Aqil Siroj Yatafaqqahu fiddin yaitu seorang da’i harus memahami, mendalami dan menguasai agama Islam secara sempurna dan keseluruhan Kaffah. Namun pada prinsipnya, a ktivitas da’i atau mubaligh bukan hanya memahami Islam tetapi juga harus mampu mengaktualisasikan pemahaman keislamannya dalam kehidupan sehari-hari. KH. Said Aqil Siroj mencontohkan 5 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999 h. 40 6 6 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999 h. 41 kepada KH. Amin Siradj paman beliau pengasuh pondok pesantren Gedongan, Cirebon, Jawa Barat yang mampu menghafal Al- qur’an, Uqudul Juman, Al- fiyah, Qawaid Al-Fiqhiyyah dan beberapa kitab lain yang juga mampu mengaktualisasikan dan mensosialisasikan kepada publik, menurut beliau sosok da’i yang seperti itulah selain memahami keagamaan secara utuh serta mampu mentransformasikan ilmu-ilmu kepada masyarakat luas, mengkontekstualisasikan dalam realitas hari ini. 7 Dari hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj seorang da’i harus dapat menjadi pemikir transformatoris dan mitra dialog yang baik bagi gagasan- gagasan Islam di Indonesia. Mampu menerapkan metode dakwah yang sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi sekarang serta tuntutan era di masa mendatang. Keberadaannya tidak hanya mengurusi masalah spiritual, tetapi mampu melakukan perubahan nyata di masyarakat .8 b. Mad’u menurut KH. Said Aqil Siroj Mad’u yakni orang-orang yang menerima materi dakwah yang disampaikan. KH. Said Aqil Siroj mengartikan mad’u adalah “ummat” Allah yang akan diajak melangkah bersama untuk menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Baik umat muslim ataupun non muslim. 9 Menurut KH. Said Aqil Siroj Term “ummat” bukanlah hak paten satu golongan tertentu, semisal ummat Islam, ummat kristiani, ummat Hindu, ummat Konghuchu dan sebagainya. Al- qur’an sendiri menyebut kata tersebut sebanyak 7 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 8 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 9 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013