Perjalanan Karir Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

amanat yang di alamatkan kepada beliau, dengan penuh rasa tanggung jawab semua itu dilakukan semata-mata untuk ber khidmah bagi agama dan negara. 13

D. Perjalanan Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

Nama Said Aqil Siroj, ramai diperbincangkan baik di media masa, masyarakat atau di pengurus NU. Kiprahnya di NU semata-mata hanya untuk berkhidmah lillahi ta’ala. Ia mendapat kesempatan rasa simpatik di banyak koleganya sehingga dapat diterima luas oleh kalangan seniman, artis, budayawan, pengusaha, birokrat, politisi, militer, mahasiswa, LSM, Intelektual, bahkan pada kelompok non muslim. 14 Aktivitas dakwah KH. Said Aqil Siroj sangat di apresiasi oleh masyarakat luas. Komitmennya pada dunia dakwah sangat luar biasa, terbukti sampai saat ini Kang Said masih menekuni mengajar ngaji di pesantren yang sekarang di asuh oleh keluarga besarnya yaitu pesantren Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek, Cirebon. Kepercayaan masyarakat Indonesia pada aktivitas dakwah Kang Said juga terlihat ketika seringkali Kang Said di minta menjadi pembicara tingkat nasional dan internasional dalam forum formal maupun informal. 15 Pada tanggal 08 September di tahun 1995 beliau menjadi pembicara dengan tema “Transplantasi Ginjal” dalam Simposium Nasional di Jakarta. Dan di Tahun 1996 beliau di undang menjadi pembicara dalam seminar nasional di Bengkulu dalam tema “Rekonsiliasi Tasawuf dan Syari’at: Perspektif Sejarah” 13 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 9 Juni 2013 14 Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado Buat Kyai Said, Jakarta: SAS Center, 2010 15 Wawancara Pribad i dengan Muhammad Idris Mas’udi Sekretaris KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 9 Juni 2013 dan “Transmigrasi Pesantren” bentuk forum Lokakarya Nasional Departemen Transmigrasi. Lalu di Palembang tepatnya pada tanggal 16 sampai 19 Juni 1997 dalam pentas nasional beliau menjadi narasumber utama dalam Temu Tahunan Jaringan Penelitian IAIN se-Indonesia. Dan masih di tahun yang sama beliau juga diminta untuk menjadi pembicara utama dalam seminar Buku Aksi Cinta di Jakarta dan “Dialog Nasional antar Generasi” di UGM Yogyakarta pada tanggal 25 November. Lalu, dua hari setelah itu beliau menjadi penceramah yang di undang langsung oleh Menteri Pendidikan dalam memperingati hari AIDS se- Dunia yang di adakan oleh Pendidikan Kebudayaan RI di Jakarta tepatnya pada tanggal 29 November. Berselang waktu dua minggu setelah itu, lalu Kang Said diminta menjadi pembicara dalam seminar WANHANKAMNAS dalam tema “Strategi Pembangunan Nasional” berlangsung tiga hari dari tanggal 17 sampai 20 Desember di Yogyakarta. 16 Menginjak tahun 1998, aktivitas dakwahnya semakin padat. Tercatat sebagai pembicara dalam Sarasehan Paroki Santa Anna dalam tema “Umat Beriman Mengaktualisasikan Keadilan, Kebenaran, Kasih dan Kebebasan. Selain itu beliau diminta untuk mengisi seminar Badan Musyawarah Antar Gereja dalam tema “Wawasan Kebangsaan II dan III” di Malang pada tanggal 4 sampai 6 Agustus. Masih di bulan Agutus para civitas akademisi IAIN Syarif Hidayatullah meminta beliau mengisi acara dalam rangka seminar sehari dengan tema “Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia”. Dan masih di tahun 1998 beliau juga menjadi tamu utama dalam pelatihan VIHARA DHARMA MITRA dalam 16 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 9 Juni 2013 tema “Pelatihan Pemuda Therevada” yang terselenggara di Bogor berlangsung pada tanggal 15 sampai 17 Agustus. Menginjak tahun 1999 Kang Said masih mengisi banyak seminar yang tak lain beliau niatkan adalah salah satu bentuk dakwahnya di pentas nasional. Tepat pada tanggal 17 Februari di Jakarta dalam rangka Dialog Nasional Forum Mahasiswa Syari’ah dengan tema “Formasi Hukum dan Pluralisme Politik” yang sengaja beliau mengundang mahasiswa Fakultas Syari’ah se-Indonesia. Lalu di bulan April dalam Forum Seminar Nasional Jakarta LEMHANAS dalam tema “Pendidikan Tinggi dalam rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”. Mengingat beliau termasuk dalam jajaran anggota Komnas HAM di tahun 1998 sampai 1999 seringkali beliau di daulat untuk mengisi beragam pengarahan materi dalam acara langsung oleh KOMNAS HAM. 17 Karena kepiawaiannya masuk dalam jajaran cendekiawan muslim, di tahun 2000 beliau tercatat tiga kali mengisi seminar Nasional di Jakarta dalam tiga kali acara dan tema yang berbeda. Pertama, di tanggal 8 September Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya meminta beliau untuk menjadi pembicara tunggal dalam seminar sehari dalam tema “Wali songo, Islam di Indonesia dan Prospek Wisata Ziarah”. Kedua, acara Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama dalam tema “Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka” pada tanggal 27 Februari. Ketiga, dalam acara yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional DEPDIKNAS bertema “Reformasi Pendidikan Nasional” di Yogyakarta pada tanggal 16 sampai 17 Maret. Lanjut di tahun 2001 untuk 17 Wawancara Priba di dengan Muhammad Isdris Mas’idi, Jakarta 9 Juni 2013 pertama kalinya, beliau menjadi narasumber dalam forum yang diselenggarakan oleh LIPI dalam tema “Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Baru untuk Menyongsong Indonesia Baru” tanggal 23 Januari di Jakarta. Lalu pada tanggal 25 April Kepolisian Negara RI mengadakan dialog interaktif dalam tema “Antisipasi Kepolisian Menghadapi Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat” dalam forum ini beliau menjadi Pembina untuk pengarahan MABES kepolisian RI kala itu. Beliau juga pern ah mengadakan seminar dengan tema “Implementasi Akhlaq Qur’ani” yang pada waktu itu dalam acara Mutsabaqoh Al-qur’an dan Halaqoh Nasional Departemen Agama dengan tema “Musyawarah Kerja Ulama- ulama Ahli Al- qur’an berlangsung empat hari berturut-turut dari tanggal 27 sampai 30 April 2003 di Jakarta. Bukan hanya dalam kancah nasional, beberapa kali KH. Said Aqil Siroj tercatat sebagai pembicara tingkat Internasional. Dalam forum yang berbeda beliau menjadi undangan pembicara dalam bentuk Al-Taqrib baina Al-madzahib dalam tema ”Al-islam Din al-Tasamuh wa Huquq Al-insan fi Al-Islam” di Teheran Iran. Selanjutnya, di Manila beliau di undang dalam forum Konferensi Internasional dalam tema “Asian Gathering of Muslim Ulama and Christian Bishops” berlangsung selama empat hari berturut dari tanggal 18 sampai 21 Agustus. Dan dalam dua tahun yang berbeda di Jakarta beliau tetap di minta menjadi pembicara dalam forum Internasional Conference of Islamic Scholar ke-I dan ke-II dengan tema Daur al- Ma’ahid al-Islamiyah fi bina’I Hadhoroh al-