pertama  kalinya,  beliau  menjadi  narasumber  dalam  forum  yang  diselenggarakan oleh LIPI dalam tema “Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Baru untuk
Menyongsong Indonesia Baru”  tanggal 23 Januari di Jakarta.  Lalu pada tanggal 25  April  Kepolisian  Negara  RI  mengadakan  dialog  interaktif    dalam  tema
“Antisipasi  Kepolisian  Menghadapi  Kemungkinan  Tindak  Anarkis  Masyarakat” dalam forum ini beliau menjadi Pembina untuk pengarahan MABES kepolisian RI
kala itu. Beliau  juga  pern
ah  mengadakan  seminar  dengan  tema  “Implementasi Akhlaq  Qur’ani”  yang  pada  waktu  itu  dalam  acara  Mutsabaqoh  Al-qur’an  dan
Halaqoh Nasional Departemen Agama dengan tema “Musyawarah Kerja Ulama-
ulama  Ahli  Al- qur’an  berlangsung  empat  hari  berturut-turut  dari  tanggal  27
sampai 30 April 2003 di Jakarta. Bukan  hanya  dalam  kancah  nasional,  beberapa  kali  KH.  Said  Aqil  Siroj
tercatat  sebagai  pembicara  tingkat  Internasional.  Dalam  forum  yang  berbeda beliau menjadi  undangan  pembicara  dalam  bentuk  Al-Taqrib  baina  Al-madzahib
dalam  tema ”Al-islam  Din  al-Tasamuh  wa  Huquq  Al-insan  fi  Al-Islam”  di
Teheran  Iran.  Selanjutnya,  di  Manila  beliau  di  undang  dalam  forum  Konferensi Internasional  dalam  tema
“Asian  Gathering  of  Muslim  Ulama  and  Christian Bishops”  berlangsung  selama  empat  hari  berturut  dari  tanggal  18  sampai  21
Agustus.  Dan  dalam  dua  tahun  yang  berbeda  di  Jakarta  beliau  tetap  di  minta menjadi pembicara dalam forum Internasional Conference of Islamic Scholar ke-I
dan  ke-II  dengan  tema  Daur  al- Ma’ahid  al-Islamiyah  fi  bina’I  Hadhoroh  al-
Syu’bi  Indonesiya  dan  tema  Al-Mujtama’  Al-Islami  wa  masuliyyatiha  al hadhoriyyah.
Itulah  perjalanan  aktivitas  dakwah  KH.  Said  Aqil  Siroj  secara  umum  di Indonesia  yang  kesemuanya  beliau  tujukan  untuk  syiar  meskipun  dalam  forum
yang  bervariasi  dan  tidak  harus  selalu  dalam  forum  yang  bersifat  keagamaan, sebagaimana  komunikannya  pun  bercorak  dan  beragam  tapi  kesempatan  itulah
yang  menghantarkan  beliau  dapat  menyebarkan  pesan-pesan  keislaman  dalam berbagai  event  dan  kegiatan.
18
Itulah  Islam  lebih  meluas  dan  dapat  lebih  di pahami oleh berbagai lapisan dan lebih membuka paradigma arti dari Islam yaitu
rahmatan lil’alamiin.
E. Karya Tulis KH. Said Aqil Siroj
a. Rasail  al-Rusul  fi  al-
‘Ahdi  al-jadid  wa  Atsaruha  fi  al-Masihiyah Pengaruh  Surat-Surat  para  rasul  dalam  Bibel  terhadap  Perkembangan
Agama Kristen, thesis dengan nilai memuaskan, 1987. b.
Allah  wa  Shillatuhu  bi  al-Kaun  fi  al-Tasawwuf  al-Falsafi  Hubungan Antara  Allah  dan  Alam  Perspektif  Tasawwuf  Falsafi,  desertasi  dengan
nilai Cum Laude di promotori Prof. Dr. Mahmud Khofaji 1994 c.
Ahlussunah wal jama’ah; Lintas Sejarah 1997 d.
Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik kaum Santri 1999 e.
Kyai Menggugat; Mengadili Pemikiran Kang Said 1999 f.
Ma’rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat 2003 g.
Tasawuf  Sebagai  Kritik  Sosial,  Mengedepankan  Islam  sebagai  Inspirasi bukan Aspirasi 2006.
18
Wawancara Pribadi d engan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 9 Juni 2013
49
BAB IV PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ
A. Konsep Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
1. Pengertian Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj
Menurut KH. Said Aqil Siroj, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a
- yad’u  -  da’watan  yakni  mengajak  atau  menyeru  kepada  jalan  Allah  SWT.
Dakwah  secara  luasnya  yaitu  menyebarkan,  memperkuat,  memasyarakatkan ajaran Islam secara komprehensif dan bijaksana sebagaimana yang dilakukan para
walisongo yakni mengedepankan perilaku baik, santun, budi pekerti mulia, akhlak terpuji serta kuat dalam menghadapai tantangan apapun.
1
Dari hasil wawancara,  konsep dakwah yang di ungkapkan  KH. Said  Aqil Siroj  yaitu  bertujuan  untuk  membentuk  khairul  ummah  yakni  menuntun  umat
Islam  untuk  menjadi  uswah  atau  contoh  yang  baik  bagi  lingkungan  sekitarnya. Sebagaimana dalam Q.S. Al-
‘Imron ayat 110:
 
 
 
 
 
 
Artinya: “Kamu  adalah  umat  yang  terbaik  yang  dilahirkan  untuk  manusia,
menyuruh  kepada  yang  maruf,  dan  mencegah  dari  yang  munkar,  dan beriman kepada Allah.”
Menurutnya, berdakwah haruslah mengedepankan pola uswah al-hasanah sebagaimana  yang  dicontohkan  Rasulullah  yakni  berdasarkan  pada  moralitas
1
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 3013
luhur  dan  contoh  teladan  yang  baik.  Dalam  berdakwah  haruslah  menjadikan Rasulullah  sebagai  referensi  sentral  juga  teladan  utama  dalam  menyampaikan
risalah  kepada  umatnya.  Pengabdian  Rasulullah  kepada  agama  tanpa  batas. Menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj  Rasulullah  senantiasa  mencontohkan  cara
berdakwah  secara  bijaksana  hikmah  yaitu  memberikan  nasihat  secara  baik  dan santun  serta  diskusi  atau  musyawarah  secara  berkualitas.
2
Sebagaimana  dalam surat An-Nahl ayat 125:
 
 
 
 
 
 
Artinya: “Serulah  manusia  kepada  jalan  Tuhan-mu  dengan  hikmah  dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. ”
2. Unsur-unsur Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj
a. Tentang Da’i menurut KH. Said Aqil Siroj
Menurut KH. Said Aqil Siroj d a’i adalah orang yang mempunyai visi dan
misi yang kuat dalam menyampaikan ajaran haq yaitu ajaran Islam. Seorang da’i
haruslah memiliki sifat-sifat yang bisa menjadi sur i tauladan untuk para mad’unya
yaitu memiliki akhlakul karimah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Menjadi seorang da’i adalah aktivitas yang sangat mulia tidak untuk memperkaya
diri sendiri tapi semata-mata lillahi ta’ala atau karena Allah SWT.
3
2
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta, 14 Mei 2013.
3
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta, 14 Mei 2013.
Bagi KH. Said Aqil Siroj, pila r utama bagi seorang da’i yaitu:
1 Ash-Shidqu wal Amanah
Artinya da’i harus jujur dan tanggung jawab terhadap mandat yang dipikul
oleh  seora ng juga seorang da’i. Prinsip ini ditegaskan dalam ayat ke-8 surat Al-
mu’minun:
 
 
 
Artinya: “  Dan  orang-orang  yang  memelihara  amanat-amanat  yang  dipikulnya
dan janjinya”. Dan juga pada surat Al-baqarah ayat 283 :
 
 
 
 
 
 
Da’i  harus  faham  betul  mengenai  tanggung  jawab  dalam  mengemban tugasnya  untuk
mensyi’arkan  amar  ma’ruf  nahi  munkar.  Sebagaimana  kisah Sayyidina  Umar  ibn  Khattab  tatkala  memangku  jabatan  sebagai  ‘ulama  dimana
beliau  selalu  amanah  dalam  mengedepankan  tanggung  jawab  dalam memperjuangkan umatnya.
4
2 Asy-Syura Permusyawaratan
Pada  urgensinya  prinsip  ini  disampaikan  Nabi  Muhammad  SAW, meskipun beliau dalam kapasitas sebagai seorang  yang
ma’shum, ternyata masih diperintah  oleh  Allah  untuk  bermusyawarah  dengan  baik.  Untuk  itu  sebagai
seorang  da’i  perlu  mengedepankan  asas  Asy-syura  dalam  strategi  dakwahnya.
4
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999 h. 40