lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan,
serta pengamalan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.
5
Berbeda dengan pendapat Syaikh Muhammad Al-Ghazali yang melihat dari sudut pandang ilmu, dakwah adalah sebuah program pelengkap yang di
dalamnya meliputi segala pengetahuan yang dibutuhkan manusia, dan keberadaannya guna memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta
menggunakan rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi seorang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan mana daerah yang dilarang.
6
Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang bersifat condition
sine quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupannya. Dakwah melekat erat bersamanya dengan pengakuan diri sebagai seseorang yang mengidentifikasi
dirinya sebagai muslim. Sehingga orang yang mengaku dirinya seorang muslim, maka secara otomatis menjadi juru dakwah.
7
5
M. arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, h. 6
6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004, h. 4
7
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987 Cet-1, h. 32
2. Unsur-unsur Dakwah
a. Subjek Dakwah Da’i
Pada dasarnya da’i subjek dakwah merupakan orang atau sekelompok orang yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah baik lisan bi al-lisan, tulisan
bi al-qalam maupun perbuatan bi al-hal. Subjek dakwah sebagai pelaksana dakwah, biasanya lebih terkenal
dengan nama da’i atau mubaligh mubalighah orang yang menyempurnakan ajaran Islam. Dengan demikian wajib baginya
untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syari’ah maupun dari akhlak.
8
Seorang da’i mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah. Kepandaian dan keahlian seorang da’i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
para objek dakwah. Setiap da’i mempunyai kekhasan masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman
kehidupannya. Da’i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang
yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Da’i di tengah masyarakat mempunyai kedudukan yang penting sebab ia adalah seorang pemuka
pelopor yang selalu diteladani oleh masyarakat. Perbuatan dan tingkah lakunya selalu dijadikan tolak ukur masyarakatnya. Kemunculan da’i sebagai pemimpin
adalah atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.
9
Adapun kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh da’i adalah :
1 Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
2 Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah
88
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005, h. 101.
9
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009, h. 69
3 Memiliki akhlak karimah
4 Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
5 Mencintai audiens atau mad’u dengan luas
6 Mengenal kondisi dengan baik.
10
Adapun menurut Toto Tasmara dalam buku Komunikasi dakwah, persyaratan yang harus dimiliki oleh da’i, yaitu :
1 Memiliki aqidah yang kuat, artinya harus meyakini bahwa agama Islam
dengan segenap ajaran-ajarannya adalah benar. Yang diaplikasikan lewat sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam.
2 Selalu berkomunikasi dengan Allah dengan cara beribadah baik fardhu
maupun sunnat.
11
Faktor seorang da’i sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah. Maka subjek dakwah dalam hal ini da’i atau lembaga dakwah hendaklah mampu
menjadi penggerak dakwah yang profesional. Disamping profesional, kesiapan subjek dakwah baik penguasaan terhadap materi, maupun penguasaan terhadap
metode, media, dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilannya.
Demikianlah seorang da’i mempunyai kewajiban untuk mewujudkan cita- cita dan tujuan dakwah, yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT, dengan jalan
10
Abdul Munir Mulkham, Idilogi Gerakan Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1996 h. 237- 239.
11
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987 h. 25