3 Memiliki akhlak karimah
4 Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
5 Mencintai audiens atau mad’u dengan luas
6 Mengenal kondisi dengan baik.
10
Adapun  menurut  Toto  Tasmara  dalam  buku  Komunikasi  dakwah, persyaratan yang harus dimiliki oleh da’i, yaitu :
1 Memiliki  aqidah  yang  kuat,  artinya  harus  meyakini  bahwa  agama  Islam
dengan  segenap  ajaran-ajarannya  adalah  benar.  Yang  diaplikasikan  lewat sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam.
2 Selalu  berkomunikasi  dengan  Allah  dengan  cara  beribadah  baik  fardhu
maupun sunnat.
11
Faktor  seorang  da’i  sangat  menentukan  keberhasilan  aktivitas  dakwah. Maka subjek dakwah dalam hal ini da’i atau lembaga dakwah hendaklah mampu
menjadi  penggerak  dakwah  yang  profesional.  Disamping  profesional,  kesiapan subjek  dakwah  baik  penguasaan  terhadap  materi,  maupun  penguasaan  terhadap
metode,  media,  dan  psikologi  sangat  menentukan  gerakan  dakwah  untuk mencapai keberhasilannya.
Demikianlah seorang da’i mempunyai kewajiban untuk mewujudkan cita- cita dan tujuan dakwah, yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di  dunia  dan  di  akhirat  yang  diridhai  oleh  Allah  SWT,  dengan  jalan
10
Abdul Munir Mulkham,  Idilogi Gerakan Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1996 h. 237- 239.
11
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987 h. 25
menyampaikan  nilai-nilai  yang  dapat  mendatangkan  kebahagiaan  dan kesejahteraan hidup.
b. Objek Dakwah Mad’u
Objek  dakwah  Mad’u  adalah  manusia  yang  dijadikan  sasaran  untuk menerima  dakwah  yang  sedang  dilakukan  oleh  da’i.  Mad’u  penerima  dakwah
sebagai  objek  dakwah,  perlu  diklasifikasi  oleh  da’i  dalam  aktivitas  dakwahnya, baik  ideologi,  pendidikan,  ataupun  status  sosial.  Sehingga  dengan  klasifikasi
tersebut, akan memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Klasifikasi  objek  dakwah  ini  penting  agar  pesan-pesan  dakwah  dapat  diterima
dengan baik oleh mad’u.
12
Dengan  klasifikasi  penerimaan  dakwah,  maka  dakwah  lebih  terarah karena  tidak  disampaikan  secara  serampangan  tetapi  mengarah  kepada
profesionalisme.  Maka  mad’u  sebagai  sasaran  atau  objek  dakwah  akan  dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh subjek dakwah.
13
Dakwah  tidak  hanya  ditujukan  kepada  orang  Islam,  tetapi  juga  kepada orang-orang  di  luar  Islam.  Intinya  dakwah  itu  ditujukan  untuk  siapa  saja  tanpa
melihat  status  sosial,  ekonomi  dan  latar  belakang  mereka.  Pernyataan  ini  sesuai dengan
Q.S Saba’ ayat : 28
: 
 
 
 
 
 
 
12
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher,  h. 107.
13
Samsul  Munir  Amin,  Rekonstruksi  Pemikiran  Dakwah  Islam,  Jakarta:  AMZAH, Januari 2008,  h. 28
Artinya: “Dan  Kami  tidak  mengutus  kamu,  melainkan  kepada  umat
manusia  seluruhnya  sebagai  pembawa  berita  gembira  dan sebagai  pemberi  peringatan,  tetapi  kebanyakan  manusia  tiada
mengetahui
”.
14
c. Materi Dakwah
Materi  dakwah  adalah  masalah  isi  pesan  atau  materi  yang  disampaikan da’i  kepada  mad’u,  yang  bersumber  dari  Al-Qur’an  dan  Hadits  sebagai  sumber
utama  yang  meliputi  akidah,  syari’ah  dan  akhlak.  Hal  yang  perlu  diperhatikan ialah  bahwa  ajaran  yang  diajarkan  itu  bukanlah  semata-mata  berkaitan  dengan
eksistensi  dan  wujud  Allah  SWT,  namun  bagaimana  menumbuhkan  kesadaran mendalam  agar  mampu  memanifestasikan  akidah,  syari’ah,  dan  akhlak  dalam
ucapan, pikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
15
Secara  umum  materi  dakwah  dapat  diklasifikasikan  menjadi  tiga    pokok, yaitu:
1. Masalah Akidah Keimanan
Masalah  pokok  yang  menjadi  materi  dakwah  adalah  akidah  Islamiyah. Aspek aqidah ini yang akan membentuk moral akhlak manusia. Yaitu cakrawala
pandangan yang luas antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan. Dalam  ibadah-ibadah  pokok  yang  merupakan  manifestasi  dari  iman  dipadukan
dengan  segi-segi  pengembangan  diri  dan  kepribadian  seseorang  dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraannya.
16
14
Departemen Agama RI,  Al- Qur’an dan Terjemahannya,  h. 431.
15
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher,  h. 109.
16
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 25