kepada  KH.  Amin  Siradj  paman  beliau  pengasuh  pondok  pesantren  Gedongan, Cirebon,  Jawa  Barat  yang  mampu  menghafal  Al-
qur’an,  Uqudul  Juman,  Al- fiyah,  Qawaid  Al-Fiqhiyyah  dan  beberapa  kitab  lain  yang  juga  mampu
mengaktualisasikan  dan  mensosialisasikan  kepada  publik,  menurut  beliau  sosok da’i  yang  seperti  itulah  selain  memahami  keagamaan  secara  utuh  serta  mampu
mentransformasikan ilmu-ilmu kepada masyarakat luas, mengkontekstualisasikan dalam realitas hari ini.
7
Dari  hasil  wawancara, menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj  seorang  da’i  harus
dapat menjadi  pemikir  transformatoris  dan  mitra  dialog  yang  baik  bagi  gagasan- gagasan  Islam  di  Indonesia.  Mampu  menerapkan  metode  dakwah  yang  sesuai
dengan  keadaan,  situasi  dan  kondisi  sekarang  serta  tuntutan  era  di  masa mendatang.  Keberadaannya  tidak  hanya  mengurusi  masalah  spiritual,  tetapi
mampu melakukan perubahan nyata di masyarakat
.8
b. Mad’u menurut KH. Said Aqil Siroj
Mad’u  yakni  orang-orang  yang  menerima  materi  dakwah  yang disampaikan.  KH.  Said  Aqil  Siroj
mengartikan  mad’u  adalah  “ummat”  Allah yang akan diajak melangkah bersama untuk menuju keselamatan dan kebahagiaan
dunia akhirat. Baik umat muslim ataupun non muslim.
9
Menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj  Term “ummat”  bukanlah  hak  paten  satu
golongan  tertentu,  semisal  ummat  Islam, ummat  kristiani,  ummat  Hindu,  ummat Konghuchu  dan  sebagainya.  Al-
qur’an  sendiri  menyebut  kata  tersebut  sebanyak
7
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
8
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
9
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
64  kali  dalam  pengertian  yang  bervariasi.  Adakalanya  berarti  umat  manusia, makhluk  hidup  secara  keseluruhan.  Dari  sekian  pemakaian  tersebut  paling  tidak
ada  satu  benang  merah  yang  bisa  ditarik  dari “ummat”  yakni  tatkala  Nabi
Muhammad  membangun  pemerintahan di  Madinah  di  bawah  payung  “Piagam
Madinah”, di mana seluruh warga bangsa muslim, yahudi, nasrani, musyrikin di anggap satu ummat oleh Rasulullah. Ketika berdakwah Rasul pun selalu berusaha
bersikap ‘arif dalam mengenali tipologi mad’unya.
10
Untuk itu, bagi KH. Said Aqil berdakwah itu harus kepada siapapun tanpa mengenal  golongan,  rasa  ataupun  kelompok  tertentu.
11
Sebagaimana  kutipan wawancara beliau:
“Dakwah bagi saya kepada siapapun, agama apapun baik muslim maupun non  muslim,
Mad’u  adalah  orang  yang  mau  menerima  pesan  atau substansi isi dakwah. Mad’u saya ada pemerintah, mahasiswa, masyarakat
awam, yah pokoknya kalangan akademis maupun non akademis. Berbeda mulai  dari  profesi,  agama,  variatif  lah  pokoknya,  materi  harus
disesuaikan”. Dari  hasil  wawancara,  menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj  yang  terpenting
dalam mengemban misi dakwah, da’i haruslah lebih jeli dalam mengenal tipologi
mad’unya.  Karena  keberadaan  mad’u  sangat  beragam  mulai  dari  pengetahuan, kecerdasan  intelektual,  pengalaman,  profesi,  pendidikan  juga  perbedaan
keyakinan.  Dalam  hal  ini  tipologi  dakwah  khusus  beliau  adalah  kalangan akademisi  yang  materinya  di  sesuaikan  dengan  tingkat  kecerdasan  juga  pada
kondisi yang tepat sasaran.
12
10
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur: 2000 h. 113
11
Wawancara Pribadi dengan  KH. Said Aqil Siroj,  Jakarta 14 Mei 2013
12
Wawancara Pribadi dengan  KH. Said Aqil Siroj,  Jakarta 14 Mei 2013
KH.  Said  Aqil  Siroj  lebih  memprioritaskan mad’u  yang    terkonsentrasi
dalam  masyarakat  awam  ataupun  mahasiswa.  Menurutnya,  jika mad’u  di
pesantren  itu  sudah  ada  yang  mengendalikan  dan  itu  lebih  tercover  secara sempurna, baik itu secara keilmuan islam maupun implementasinya.
13
Alasannya  menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj,  berdakwah  kepada  masyarakat umum seperti mahasiswa kita lebih terbuka dalam menemukan figur-figur kreatif,
inovatif, dan berfikir secara kritis dalam menghadapi persoalan yang berkembang. Dalam beberapa kesempatan seringkali beliau mengisi ceramah di Gereja.
Seperti Gereja Algonz Surabaya dan acara Global Peace yang notabene mad’unya adalah umat non muslim.
Surabaya,  sabtu  malam  tepatnya  pada  tanggal  1998.  Dr.  Said  Aqil  Siroj untuk  pertama  kalinya  berkhotbah  di  depan  altar  Gereja  Katolik  Aloysius
Gonzaga  algon,  Surabaya.  Doktor  lulusan  Ummul  Quro,  Mekkah ini mendapat undangan  dari  dari  A.  Kurdo  Irianto  Pr.  Romo  Paroki  Algon.  Di  depan  sekitar
4000  umat  katolik,  Kang  Said  membawa  Injil  Johanes  1  ayat  1.  Khotbah  ini  dia bawakan  20  menit  sebelum  misa  dilaksanakan.  Dalam  khotbahnya  Kang  Said
menyampaikan bahwa pada intinya musuh umat beragama adalah hawa nafsu dan harus  segera  benar-banar  taubat.  Menurutnya,  Ceramah  atau  menyampaikan
ajaran  Islam  bisa  dimana  saja  dan  kapan  saja.  Siapa  pun  yang  mengundang  itu tidak  bisa  dipermasalahkan  yang  terpenting  kita  menyampaikan  ajaran  kita  yaitu
ajaran  Allah  dan  Rasulullah.  Pada  abad  IV  hijriah  dulu,  berkhotbah  di  gereja sudah  biasa  dilakukan  oleh  para  ulama  dan  sebaliknya  pastor  atau  pendeta
13
Wawancara Pribadi dengan  KH. Said Aqil Siroj,  Jakarta 14 Mei 2013
berkhotbah di mesjid. Dalam sejarah Islam pemikiran klasik itu harus dihilangkan. Ketika menjadi seorang da’i kita harus punya pandangan yang tidak sama dengan
yang lain karena pada prinsipnya skala berdakwah kita berbeda. Berikut  ini  kutipan  pernyataan  beliau  saat  di  tanya  mengenai  dakwahnya
di Gereja dan label yang diberikan pada beliau yaitu Tokoh Lintas Agama: “Saya sering di undang ceramah yang mad’unya non muslim seperti saya
diundang  ceramah  ke  Atlanta  dalam  acara  “Global  Peace”  Islamnya  ada tapi  mayoritas  Yahudi  dan  Kristen.  Saya  juga  sering  di  undang  ceramah
ke  gereja-gereja,  tepatnya  pada  tanggal  1  Maret  1998  di  Gereja  Katolik Aloysius  Gonzaga  kawasan  Darmo  Satelit  Surabaya    saya  ceramah  di
depan  ribuan  umat  kristiani.  Bahwa  kita  harus  saling  menghormati, menghargai agama mereka, nah, dengan menghormati itu kita berdakwah.
Dengan  menunjukkan  sikap  yang  toleran  itu,  kita  tunjukkan  bahwa  kita dewasa,  umat  yang  berbudaya,  mengerti  sopan  santun,  berakhlakul
karimah, mereka  akan  simpati.  Itulah  dakwah  kita. Justru  ini  kesempatan yang baik, kita tunjukkan perilaku yang kongkrit. Bukan hanya ngomong,
bukan  hanya  tertulis  di  buku  tapi  kita  kongkritkan  dan  realisasikan ukhuwah  islamiyah,  ukhuwah  wathoniyah,  dan  ukhuwah  basyariyah.
Justru dengan seperti itu kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar, mereka  semua  mendengarkan  dengan  baik.  Yahudi  pun  menyalami  saya
waktu itu.”. Menurutnya,  Pendekatan  dakwah  untuk
mad’u  yang  non  muslim  lebih kepada Akhlakul Karimah. Terlebih dahulu kita berprilaku santun, berbudi luhur,
menghormati  antar  sesama  dan  menjalin  persaudaraan  baik  dengan  siapapun. Seperti  dakwah  yang  dicontohkan  Rasulullah  selama  13  tahun  di  Mekkah  tidak
pernah  memerintahkan  sahabat  untuk  memecahkan  berhala.  Padahal  pada  waktu itu  ada  360  berhala  di  Mekkah  dan  puluhan  berhala  di  Masjidil  Haram.    Karena
pendekatan  dakwah  Rasulullah  lebih  kepada  budaya  dan  mengedepankan Akhlakul  karimah,  maka  umat  yahudi  dan  nasrani  menerima  Islam  dengan  baik
yang  akhirnya  berbondong-bondong  masuk  Islam  dengan  kemauannya  sendiri tanpa terpaksa atau dengan cara kekerasan.
14
Sebagaimana dalam Q.S. An-Nashr :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya: “Apabila  telah  datang  pertolongan  Allah  dan  kemenangan,  dan  kamu
lihat  manusia  masuk  agama  Allah  dengan  berbondong-bondong,  Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penerima taubat”. Dari pengertian diatas, pemikiran dakwah  KH.  Said Aqil Siroj ini, dalam
dakwahnya tetap prioritas mad’u umat Islam baik kalangan akademis maupun non
akademis. Namun lebih luasnya berdakwah pula umat pada non muslim. Sehingga materi keislaman dapat diketahui dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.
c. Materi Dakwah
Menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj  materi  dakwah  adalah  substansi  isi  pesan dakwah  yang
di  sampaikan  kepada  mad’u.
15
Dalam  bukunya  yang  berjudul Tasawuf  Sebagai  Kritik  Sosial  2006  terdapat  suatu  hadist,  menjelang  baginda
Nabi  SAW  wafat  pada  tahun  11  H632  M,  beliau  telah  memberikan  wejangan kaum  muslimin,  agar  tidak  terperosok  dalam  jurang  kesesatan,  hendaklah  selalu
menempatkan  Kitabullah  dan  Sunnah  Rasul-Nya  sebagai  referensi  utama  dalam setiap  langkah  hidupnya.  Kitabullah,  dimaksudkan  sebagai  firman-firman  Allah
yang tertuang dalam Al- qur’an, sedangkan al-Sunnah tradisi adalah keseluruhan
14
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
15
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
perilaku  Nabi  SAW  semasa  hidupnya  sebagai  Rasulullah,  karena  sering  pula dipandang  sebagai  penjelas  dan  pelengkap  Al-
qur’an.  Dalam  hal  ini  KH.  Said Aqil  siroj  menepatkan  Al-hadist  sebagai  pedoman  untuk  berdakwah  setelah  Al-
qur’an.
16
Menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj,  dalam  pesan  Nabi  SAW  di  atas,  sepintas memberikan  suatu  ilustrasi  akan  cakupan  Al-
qur’an  terhadap  semua  persoalan kehidupan. Tidaklah berlebihan jika kemudian sebagian orang, terutama kalangan
mubalighda’i sering bersuara lantang, “Al-Qur’an itu mencakup segala-galanya”. Bahkan  yang  lebih  ekstrim  lagi,  melihat  Al-Qur
’an itu laksana Ensiklopedi atau kamus  yang  sangat  lengkap  dan  komprehensif  bagi  perjalanan  hidup  manusia,
sehingga  semua  aspek  kehidupan  itu;  baik  ekonomi,  politik,  sosial,  budaya maupun  lainnya  sudah  tersedia  di  sana.  Pendapat  semacam  ini  semakin  mantap
lagi jika dikaitkan dengan beberapa firman Allah SWT, seperti dalam ayat ke-38 Surat Al-
an’am :
17
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya
:
“Dan  tiadalah  binatang-binatang  yang  ada  di  bumi  dan  burung- burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat juga
seperti  kamu.  Tiadalah  Kami  alpakan  tinggalkan  sesuatupun  dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan”. Sebagian  mufassirin  menafsirkan  Al-Kitab  itu  dengan  Lauhul  mahfudz
dengan  arti  bahwa  nasib  semua makhluk  itu  sudah  dituliskan  ditetapkan  dalam
16
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, h. 37
17
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, h. 37
Lauhul  mahfudz.  Dan  ada  pula  yang  menafsirkannya  dengan  Al-Quran  dengan arti:  dalam  Al-Quran  itu  telah  ada  pokok-pokok  agama,  norma-norma,  hukum-
hukum,  hikmah-hikmah  dan  pimpinan  untuk  kebahagiaan  manusia  di  dunia  dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
18
Begitupun  seorang  da’i  seperti  dalam  aktivitas  dakwah  KH.  Said  Aqil Siroj  ini  cakupan  semua  materi    dakwah  adalah  Al-
qur’an  dan  hadist  lalu,  di interpretasikan  dalam  beberapa  materi  dakwah.  Materi  dakwah  paling  tidak
aqidah , syari’ah, akhlak, dan tasawuf.
19
1 Materi aqidah
Sebagai sosok da’i berkewajiban menanamkan dalam benak setiap mad’u adalah  persoalan  aqidah.  Dimana  masyarakat  bukan  hanya  bisa  mengucap
“laa ilaaha illallah”. Persoalan aqidah tidaklah bisa diyakini ‘spekulatif” tidak taqlid
atau ikut-ikutan. Setiap orang harus memiliki sense of belonging dari hati sanubari yang  paling  dalam  atas  essensi  persaksian  kita  bahwa  tidak  ada  Tuhan  selain
Allah  Laa  ilaaha  illallah  dan  Muhammad  itu  utusan-Nya.  Keyakinan  ini kemudian  dikuatkan  dalam  bentuk  ucapan  dan  dibuktikan  dalam  kehidupan
sehari-hari. 2
Materi Syari’ah Syari’ah  disini  peribadahan  secara  vertikal  ataupun  horizontal.  Syari’ah
merupakan  salah  satu  pilar  dalam  ajaran  Islam  selain  aqidah  dan  akhlak.  Untuk itu,  para  da’i  semestinya  memperlebar  dalam  materi  syari’at  ini.  Bentuk-bentuk
18
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, h. 37
19
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
fiqih  atau  pemahaman  para  fuqaha  harus  memotivasi  untuk  diaktualisasikan secara cerdas. Artinya bukan hanya persoalan materi ceramah.
3 Materi Tasawuf dan hadlarah
Tasawuf  atau  sufisme  perlu  disinggung  dalam  materi  ceramah.  Karena tasawuf  atau  sufisme  tidak  dapat  dipisahkan  dari  dalam  Islam,  sebagaimana
halnya  nurani  dan  kesadaran  tertinggi  juga  tidak  dapat  dipisahkan  dari  Islam. Islam  merupakan  suatu  kesadaran  abadi  yang  bermakna  penyerahan  diru  dan
ketertundukan  seperti  halnya  kata  Islam  itu  sendiri  yang  berarti  ketundukan  dan kepasrahan.  Disini,  tasawuf  adalah  intisari  ajaran  Islam  yang  membawa  pada
kesadaran  manusia  seperti  itu.  Karena  sejarah  mencatat  Rasulullah  dalam menyampaikan  dakwahnya  melalui  pendekatan  sufistik.  Seorang  sufi  adalah
penegak dan penjunjung tinggi pesan-pesan Islam.
20
Hakikat  tasawuf  tidak  lepas  dari  jati  diri  manusia  yang  terdiri  dari  dua unsur.  Pertama,  manusia  sebagai  Khalq,  sebagai  ciptaan  Tuhan  yang  bersifat
materi,  jasmani.  Kedua,  manusia  sebagai  khuluq  bentuk  tunggal  dari  akhlak,
etika  yakni  sebagai  kreasi  Tuhan  yang  bersifat  immateri,  ruhani.  Bertasawuf, dengan  demikian  merupakan  upaya  penyempurnaan  wujud  keruhanian  manusia.
Dalam bahasa agama, itmamul akhlaq, sesuai dengan hadist nabi Innama bu’itstu
liutammima  makaarimal  akhlaq  yaitu  tidaklah  aku  diutus  kecuali  untuk menyempurnakan akhlak mulia.
21
20
KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf  Sebagai Kritik Sosial,  Jakarta: Yayasan KHAS, 2010 h. 33
21
KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf  Sebagai Kritik Sosial,  Jakarta: Yayasan KHAS, 2010 h. 33
d. Metode Dakwah
Metode  dakwah  adalah  cara  penyampaian  dakwah.  Bagi  KH.  Said  Aqil Siroj  metode  bisa  dikatakatan  strategi  dalam  berdakwah.  Bahkan  metode  lebih
urgen  daripada  materi  dakwah  yang  disampaikan.  Jika  metode  dakwahnya  tepat maka kemungkinan besar materi dakwah yang disampaikan akan mudah diterima
oleh mad’u atau jama’ah. Pendapat KH. Said Aqil Siroj untuk para da’i sekarang lebih banyak menarik mad’u dalam pembawaan metode humor tapi substansi isi
pesan  dakwah  itu  sendiri  tidak  tersampaikan. jika  seperti  itu  menjadi  da’i  yang
ideal jauh tercermin. Berikut kutipan wawancara KH. Said Aqil Siroj: “Dalam  pembawaan  ceramah  da’i  jangan  terlalu  mengedepankan  humor
padahal  bagi  saya  pembawaan  serius  pun  jika  materi  nya  berkualitas  itu jauh  lebih  baik  dan  kemungkinan  besar  lebih  diterima.  Bisa  lah  pake
humor  tapi  sedikit  diminimalisir  sekedarnya  saja  jangan  berlebihan,  yang terpenting metodenya ha
rus kontekstual”. Untuk itu, sebaiknya para da’i harus bisa memposisikan kebutuhan konten
masyarakat Indonesia dalam hal ini. Materinya perlu berkualitas, dan metode nya pun harus kontekstual.
22
Al- Qur’an  telah  menjelaskan  dalam  surat  An-Nahl:  125,  bahwa  terdapat
tiga bentuk metode dakwah yang tepat, yakni : 1
Hikmah Hikmah  disini  wisdom,  cakupannya  luas  sekali.  Menurut  KH.  Said  Aqil
Siroj hikmah adalah sikap-sikap santun  yang di laku kan oleh seorang da’i selain
sosok da’i harus membangun relasi yang baik dengan siapapun, Hikmah juga bisa dikatakan  titik  puncak  kesempurnaan  beragama  seseorang  terletak  pada
22
Wawancara Pribadi dengan  KH. Said Aqil Siroj,  Jakarta 14 Mei 2013
kemampuan memahami ajaran Islam dan menyelaminya sehingga bersifat arif dan bijaksana  al-hikmah  dalam  segenap  pemahaman  dan  penafsiran  itu.
23
Sebagaimana kutipan wawancara berikut ini: “Hikmah  disini  wisdom,  cakupannya  luas  sekali.  Metode  dakwah  yang
paling  efektif  itu  metode  dakwah  bil  hikmah,  Seperti  dalam  surat  al- jumu’ah ayat 2  bahwa Allah mengutus berdakwah kepada kaum ummiyin
buta  huruf  dengan  apa?  dengan  hikmah  yaitu  kebijakan-kebijakan, pergaulan yang baik, santun, sikap-
sikap santun itu semua hikmah”. Menurutnya,  Al-
qur’an  telah  menggariskan,  dakwah  yang  ideal  adalah menggunakan  hikmah  kebijaksanaan  dan  kearifan  termasuk  dengan  ilmu
pengetahuan,  dengan  pendekatan  kemanusiaan  itu  sendiri,  Karena  berdakwah  itu untuk ummat manusia. Misalnya, dalam dakwah Rasulullah yang paling pertama
kali ditawarkan adalah masalah keadilan, masalah kebersamaan, kebersamaan hak maupun  kebersamaan  di  muka  hukum.  Istilah  yang  digunakan  adalah  ukhuwah
atau  sahabat.  Rasulullah  sendiri  sering  memanggil  anak  buahnya  dengan panggilan sahabat. Tidak pernah memanggil dengan sebutan anak buahku. Seperti
metode hikmah yang di implementasikan oleh Rasulu llah saat membuat “Piagam
Madinah”, tidak ada satu yang menyebut Islam. Piagam itu memuat kesepakatan antara  nabi  Muhammad,  kaum  musyrik,  dan  Yahudi.  Itu  salahsatu  cara  metode
hikmah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
24
2 Mau’idzah Hasanah
KH.  Said  Aqil  Siroj  menyampaikan  dakwahnya  kepada  semua  lapisan masyarakat  tanpa  mengenal  ras,  suku,  golngan  tertentu.  Hendaknya  materi
dakwah  yang  diberikan  adalah  materi  yang  mudah  dipahami  dan  harus
23
Wawancara Pribadi dengan  KH. Said Aqil Siroj,  Jakarta 14 Mei 2013
24
Wawancara Pribadi dengan  KH. Said Aqil Siroj,  Jakarta 14 Mei 2013
disampai kan dengan bahasa yang sesuai latar belakang mad’unya sehingga mudah
diterima. Yang terpenting da’i juga harus bisa mengambil ketertarikan menyentuh
hati mereka, agar dakwah kita dapat diterima olehnya. “Metode ini mempunyai arti berdakwah dengan cara memberikan nasihat,
sehingga dapat menyentuh hati mereka lebih p ada pendekatan emosional.”
3 Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Menurut KH. Said Aqil Siroj Mujadalah yaitu berdakwah dengan bertukar pikiran,  discuss  dengan  baik  dan  berkualitas  dalam  membahas  persoalan  klasik
ataupun  kontemporer.  Metode  ini  adalah  metode  diskusi  yang  dilandasi  dengan argumen berbeda, sehingga para da’i harus menguasai dalil-dalil yang ada untuk
menjawab  persoalan. Hal  ini  jelas  menuntut  para  da’i  untuk  pandai  mengambil
sikap secara sabar dan hati-hati.
25
KH.  Said  Aqil  Siroj  sering berdiskusi  dengan  jama’ahnya.  Hal  ini
dil akukan agar pola pikir mad’unya dapat lebih kritis lagi dan wawasan  mereka
dapat bertambah. Sehingga antara da’i dan mad’u dapat komunikatif
26
e. Media Dakwah
KH.  Said  Aqil  Siroj  berpendapat  bahwa  media  dakwah  adalah  alat  yang dilalui oleh saluran pesan yang menghubungkan antara da’i dan mad’u. Menurut
KH. Said Aqil Siroj, dunia digitalisasi dan internet saat ini tepat digunakan dalam mengemban misi dakwah.
27
Dalam kegiatan dakwahnya KH. Said Aqil Siroj tetap menggunakan  bantuan  media  untuk  penyampaian  materi  dakwah  agar  dapat
diterima  masyarakat  lebih  luas.  Kesibukan  masyarakat  saat  ini  sangat  beragam,
25
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013
26
Wawancara Pribadi dengan  Muhammad Idris Mas’udi,  Jakarta 9 Juni 2013
27
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013
sehingga  diperlukan  media  yang  tepat,  guna  mencapai  tujuan  dakwah  yang menyeluruh.
Selain dakwahnya sering di tuangkan dalam media cetak seperti di koran, majalah, terjemah, ataupun jurnal, beliau pun  sering mengisi kajian keislaman di
website NU Online, mendirikan KangSaid.net dari NU untuk Ummat juga website kajian  tasawuf  yang  disebut  Pusat  Studi  Tsaqafah-Said  Aqil  Siradj  PST-SAS
yang  lebih  dikenal  dengan  SAS  Foundation.  Dan  mendirikan  pula  website  SAS Center  yaitu  situs  resmi  dalam  media  dakwah  dalam  menggali  lebih  dalam
pemikiran sosial keagamaan dan kebudayaan KH. Said Aqil Siroj yang kemudian diformulasikan  dalam  SAS  CENTER.  Situs  ini  sekaligus  untuk  menampung
pemikiran-pemikiran  tokoh  yang  sejalan  dengan  visi  misi  Islam  rahmatan lil’alamin.  Hal tersebut adalah salah satu media dakwah yang  membantu dalam
penyampaian dakwahnya. Namun  menurutnya,  meskipun  dakwah  dapat  dilakukan  beragam  cara,
yang  paling  tepat  dan  efisien  yaitu  dengan  cara  tatap  muka  face  to  face  atau ceramah  seperti  khutbah  shalat  jum’at.  Karena  dengan  seperti  itu  antara  pesan
dakwah yang disampaikan cenderung lebih substansif.
f. Tujuan Dakwah
Tujuan  dakwah  pada  hakikatnya  menyampaikan  serta  mengamalkan  apa yang  memang  sedah  menjadi  kewajiban  berupa  syari’at  Islam,  disamping
memiliki  kewajiban  dalam  memberikan  ilmu-ilmu  pengetahuan  Islam  secara keseluruhan, tetapi tujuan  utama  dakwah  itu adalah  pengamalannya  Islam  dalam
kesalehan sosial.
Bagi KH. Said Aqil Siroj, pengamalan disini mengaktualisasikan keilmuan dengan pengamalan kongrit dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk diri sendiri,
keluarga,  terlebih  masyarakat  secara  luasnya.  Berusaha  lebih  baik  dan  menjadi contoh  dalam  segi  pengamalan  ilmu  dan  kualitas
‘ubudiyah.  Selanjutnya, mengajak  lingkungan  masyarakat  pendekatan  secara  kognitif,  afektif  lalu
behavioral  untuk  ikut  menjalankan  syari ’at  Islam.  Dakwah  harus  murni  Lillahi
ta’ala tidak usah pandang bulu siapapun mad’unya mau itu muslim ataupun non muslim.  Semata-mata  menyampaikan  agama  yang  haq  dan
amar  ma’ruf  nahi munkar. Agar terciptanya khairul ummah.
28
g. Visi dan Misi dakwah KH. Said Aqil Siroj
Visi  dan  misi  dakwah  KH.  Said  Aqil  Siroj  adalah  ingin  menciptakan Indonesia  yang  beradab  dan  berkarakter.  Beliau  selalu  berusaha  untuk  selalu
berintegrasi  dengan  pemerintah  dalam  membangun  dan  mensejahterakan masyarakat Indonesia melalui organisasi kemasyarakatan Islam. Hal ini tercermin
langkah  kongkrit  beliau  dalam  mengemban  visi  dan  misi  dakwah  yaitu mendirikan  lembaga  keagamaan,  misalnya  Madrasah,  masjid,  pesantren,  majlis
dzikir  bertujuan  untuk  menciptakan  kader-kader  yang  berkualitas  secara  akhlak dan kelilmuan.
29
Berdasarkan  hasil  wawancara,  menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj  Jika  di  atas kekuatan bangsa kita dapat memperkokoh pondasi keagamaan, kesempatan untuk
bisa  melihat  Indonesia  yang  beradab,  Indonesia  yang  berbudaya,  Indonesia  yang
28
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
29
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
berkarakter  itu  lambat  laun  akan  terwujud.  Beliau  memiliki  visi  dakwah  yang sedikit berbeda dengan dai-dai lain. Menurutnya, terlebih dahulu mewujudkan dan
mengedepankan  kekuatan  bangsa  ukhuwah  wathoniyah    lalu  kekuatan  agama ukhuwah islamiyah. Gagasannya ini mendapat apresiasi dari Republika sebagai
Tokoh  Perubahan.  Bagi  KH.  Said  Aqil  Siroj  ini  kekuatan  bangsa  itu  sangat penting dalam mengukuhkan semua syari’at Islam.
Misi  Islam  juga  tercermin  dalam  firman-Nya,  wa  maa  arsalnaaka    illa rahmatan lil ‘alamin, dan Aku tidak mengutusmu Muhammad kecuali menjadi
rahmat  bagi  seluruh  alam  semesta.  Cakupan  rahmat  bagi  alam  seisi-Nya memberikan  ruang  gerak  bagi  tumbuhnya  masyarakat  plural  majemuk  yang
senantiasa  cinta  damai  yang  menjunjung  tinggi  nilai-nilai  moral  dan  peradaban. Hal ini dijelaskan pula dalam satu sabda Nabi Muhammad,
“inna maa bu’isttu li- utammimaa  makaarimal-
akhlaq”, Aku Muhammad  hanya diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak moralitas yang mulia.  Melalui misi tadi, dalam lintas
sejarah  umat  Islam  mampu  menapaki  kehidupan  yang  semakin  cemerlang  dari hari  ke  hari.  Di  awali  pada  periode  Mekkah  yang  masih  mengedepankan
paradigma  “ukhuwah  islmiyah”,  persaudaraan  internal  muslim,  kemudian berlanjut  pada  periode  Madinah  yang  menekankan
“ukhuwwah  wathaniyyah”, persaudaraan  lintas  agama  kebangsaan  dan  dipungkasi  dengan  peristiwa  haji
wada’  yang  menjunjung  tinggi  “ukhuwwah  basyariyyah”,  persaudaraan  lintas etnis.
30
30
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999 h. 224
Seperti  pada  masa  Nabi  Sulaiman,  ada  negeri  yang  diabadikan  sebagai salah satu negeri yang diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-
qur’an yang dikenal
“baldatun thayyibatun waa rabbun ghafur” yaitu negeri yang adil, makmur, aman dan sentosa yaitu
negeri Saba’. Negeri ini ternyata di pimpin oleh penguasa wanita, yaitu Ratu Bilqist.
31
B. Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj di Indonesia
Berangkat  dari  pemikiran  dakwah  Langkah  inilah  yang  menjadi  motivasi KH.  Said  Aqil  Siroj  dalam  berdakwah,  mulai  dari  dakwah  bil-lisan,  bil-haal,
ataupun bil-Qolam.
1. Dakwah Bil-lisan
Menurut  KH.  Said  Aqil  Siroj  metode  dakwah  bil-lisan  yaitu  bentuk dakwah yang mengedepankan “qaulan kariman” perkataan yang mulia,  “qaulan
ma’rufa”  perkataan  yang  baik,  “qaulan  maitsura”  perkataan  yang  pantas, “qaulan  layyinan”  perkataan  yang  lemah  lembut,  “qaulan  baligha”  perkataan
yang  berbekas  pada  jiwa,  dan  “qaulan  tsaqila”  perkataan  yang  berkualitas- sebagaimana diamanatkan dalam Al-
qur’an dalam surat Fhussilat ayat 33:
 
 
 
 
 
 
 
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada  Allah,  mengerjakan  amal  yang  saleh,  dan  berkata: Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?.
32
31
KH. Said Aqil Siroj, Islam kebangsaan, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999 h. 9
32
Said Aqiel Siradj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Jakarta: Yayasan KHAS, 2010, h. 33
Dakwah  bil-lisan  yang  direalisasikan  oleh  KH.  Said  Aqil  Siroj  adalah bentuk  dakwah  seperti  pengajian,  kajian  diskusi,  atau  acara  seminar  di  berbagai
lembaga  akademis  maupun  non  akademis.  Beliau  paparkan  secara  terperinci  dan referentatif  dari  berbagai  sumber  kitab  disertai  dalil  aqli-
qath’i  sehingga pemaparannya sangat jelas dan sempurna. Terlebih menjadi penceramahmubaligh
yang  tak  terhitung  jumlahnya  di  beberapa  kabupaten,  kecamatan,  desa,  bahkan perkampungan  sekalipun,  beliau  mengupayakan  untuk  selalu  datang  demi
kepentingan syi’ar kepada umat.
33
“Walau di undang ke kampung pelosok  bagaimanapun saya pasti datang untuk  berdakwah.  Saya  pernah  ke  pulau  burung,  dari  sini  ke  Batam
pesawat  dari  Batam  ke  Pulau  Guntur  bagus,  dari  Pulau  Guntur  ke  Pulau Burung jelek sekali jalannya, dari tepi pulau ke tempat ceramah, saya naik
getek.” Pengajian  yang  diisi  oleh  KH.  Said  Aqil  Siroj  secara  garis  besar
membahas materi Tafsir,  sejarah, fiqh, akhlak namun, beliau lebih terkonsentrasi membahas pada kajian tasawuf, baik itu tasawuf Falsafi ataupun tasawuf Sunni.
34
Berikut dakwah bil-lisan yang dilakukan oleh KH. Said Aqil Siroj: a.
Pengajian Pengajian  rutin  minggu  malam  di  Pusat  Tsudi  Tsaqafah  PST-SAS
bertempat di Aula Ciganjur yaitu tempat kediaman beliau yang sekaligus menjadi pendiri  PST-SAS.  Pengajian  rutin  ini  menerjemahkan  disertasi  beliau  yang
berjudul  Allah  wa  Shillatuhu  bi  al-Kaun  fi  al-Tasawwuf  al-Falsafi  Hubungan Antara Allah dan Alam Kosmos: Perspektif Tasawwuf Falsafi pengajian ini lebih
banyak  diikuti  oleh  kalangan  mahasiswa.  Dewan  Penasehat  di  Said  Aqil  Siroj
33
Wa wancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013
34
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013
SAS  Foundation  ini  juga  seringkali  hadir  pada  acara  bahtsul  masail,  atau seminar  ‘Keislaman  Nusantara’  di  pesantren  Hidayatul  Mubtadi’ien  Lirboyo.
Terlebih  menjadi  ketua  PBNU  yang  mengatur  segala  kegiatan  dakwah  di  PBNU khususnya di PWNU, PCNU,  IPNU, IPPNU, STAINU, dll.
35
Secara  rutin  dwi  mingguan  beliau  membuka  open  house  untuk  semua masyarakat  sekitar  yakni  pengajian  kitab  Tafsir  al-kabiir,  dan    Mafaatihu  al-
ghaib  setiap  malam  rabu  hingga  sekarang.  Dan  pada  Rabu  malam  Kamis  beliau mengadakan diskusi atau sharing seputar wacana Islam kekinian biasanya dihadiri
oleh para senior yang kebanyakannya adalah santri-santri alumni Lirboyo, khatib, ustadz,  dosen,  pengajar,  mahasiswa,  pejabat,  dsb.  Pengajian  tersebut  pengganti
pengajian  hari  jum’at  pagi  yang  dibuka  sepanjang  tahun  1995  hingga  kisaran tahun 1999. Karena animo permintaan masyarakat yang begitu antusias biasanya
disela-sela  pengajian,  juga  dikupas  persoalan-persoalan  aktual  up  to  date kemasyarakatan.
36
b. Mengadakan pengajian kilat setiap Ramadhan
Setiap  tahun  di  bulan  ramadhan  beliau  mengadakan  pengajian  kilat  yang disebut  dengan  pasaran  terbuka  bagi  siapapun  yang  ingin  mengikutinya  di
pesantren  Al-Tsaqafah  yang  didirikan  beliau  di  Ciganjur.  Pasaran  ini    yang dipandu  langsung  oleh  KH.  Said  Aqil  Siroj  dengan  mengambil  kitab
safinatunnaja dan karya-karyanya Imam Ghazali.
37
35
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013
36
Mohammad Dawam Sukardi, Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said, Jakarta: SAA Center, 2010, h. 24
37
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013
c. Menjadi pembicara atau pemateri dalam kegiatan dakwah, antara lain
38
: 1
Pembicara  dalam  Seminar  Nasional  dengan  tema:  Rekonsiliasi  Tasawuf  dan Syari’at: Perspektif Sejarah di Bengkulu pada tanggal 3-4 Desember 1996.
2 Pembicara  dalam  forum  Simposisium  DIKBUD  RI  dengan  tema  Peringatan
hari AIDS se-Dunia di Jakarta pada tanggal 29 November 1997. 3
Pembicara  dalam  Seminar  Nasional  dengan  tema  Temu  Tahunan  Jaringan Penelitian  IAIN  se-Indonesia  di  Palembang  pada  tanggal  17  sampai  19  Juni
1997. 4
Pembicara  dalam  Seminar  Badan  Musyawarah    Antar  Gereja  dengan  tema Wawasan Kebangsaan II dan III di Malang pada tanggal 6 sampai 7 Agustus
1997 dan 4 sampai 6 Agustus 1998. 5
Pemateri  dalam  Dialog  Nasional  Forum  Mahasiswa  Syari’ah  se-Indonesia dengan  tema  Formasi  Hukum  dan  Pluralisme  Politik  di Jakarta  pada tanggal
17 Februari 1999. 6
Pembicara  dalam  Dialog  Kerukunan  Antar  Umat  Beragama  dengan  tema Menjalin  Persaudaraan  Sejati  yang  Terbuka  di  Jakarta  pada  tanggal  27
Februari 2000. 7
Pembicara  dalam  Seminar  Nasional  Depdiknas  dengan  tema  Reformasi Pendidikan Nasional di Yogjakarta 16 sampai 17 Maret 2001.
8 Pembicara  dalam  Musabaqoh  Al-Qur’an  tingkat  V  TELKOM  dengan  tema
Implementasi Akhlaq Qur’ani di Jakarta 23 April 2002.
38
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013 yang dimuat pada curriculum  vitae KH. Said Aqil Siroj