Unsur-unsur Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj

kepada KH. Amin Siradj paman beliau pengasuh pondok pesantren Gedongan, Cirebon, Jawa Barat yang mampu menghafal Al- qur’an, Uqudul Juman, Al- fiyah, Qawaid Al-Fiqhiyyah dan beberapa kitab lain yang juga mampu mengaktualisasikan dan mensosialisasikan kepada publik, menurut beliau sosok da’i yang seperti itulah selain memahami keagamaan secara utuh serta mampu mentransformasikan ilmu-ilmu kepada masyarakat luas, mengkontekstualisasikan dalam realitas hari ini. 7 Dari hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj seorang da’i harus dapat menjadi pemikir transformatoris dan mitra dialog yang baik bagi gagasan- gagasan Islam di Indonesia. Mampu menerapkan metode dakwah yang sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi sekarang serta tuntutan era di masa mendatang. Keberadaannya tidak hanya mengurusi masalah spiritual, tetapi mampu melakukan perubahan nyata di masyarakat .8 b. Mad’u menurut KH. Said Aqil Siroj Mad’u yakni orang-orang yang menerima materi dakwah yang disampaikan. KH. Said Aqil Siroj mengartikan mad’u adalah “ummat” Allah yang akan diajak melangkah bersama untuk menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Baik umat muslim ataupun non muslim. 9 Menurut KH. Said Aqil Siroj Term “ummat” bukanlah hak paten satu golongan tertentu, semisal ummat Islam, ummat kristiani, ummat Hindu, ummat Konghuchu dan sebagainya. Al- qur’an sendiri menyebut kata tersebut sebanyak 7 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 8 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 9 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 64 kali dalam pengertian yang bervariasi. Adakalanya berarti umat manusia, makhluk hidup secara keseluruhan. Dari sekian pemakaian tersebut paling tidak ada satu benang merah yang bisa ditarik dari “ummat” yakni tatkala Nabi Muhammad membangun pemerintahan di Madinah di bawah payung “Piagam Madinah”, di mana seluruh warga bangsa muslim, yahudi, nasrani, musyrikin di anggap satu ummat oleh Rasulullah. Ketika berdakwah Rasul pun selalu berusaha bersikap ‘arif dalam mengenali tipologi mad’unya. 10 Untuk itu, bagi KH. Said Aqil berdakwah itu harus kepada siapapun tanpa mengenal golongan, rasa ataupun kelompok tertentu. 11 Sebagaimana kutipan wawancara beliau: “Dakwah bagi saya kepada siapapun, agama apapun baik muslim maupun non muslim, Mad’u adalah orang yang mau menerima pesan atau substansi isi dakwah. Mad’u saya ada pemerintah, mahasiswa, masyarakat awam, yah pokoknya kalangan akademis maupun non akademis. Berbeda mulai dari profesi, agama, variatif lah pokoknya, materi harus disesuaikan”. Dari hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj yang terpenting dalam mengemban misi dakwah, da’i haruslah lebih jeli dalam mengenal tipologi mad’unya. Karena keberadaan mad’u sangat beragam mulai dari pengetahuan, kecerdasan intelektual, pengalaman, profesi, pendidikan juga perbedaan keyakinan. Dalam hal ini tipologi dakwah khusus beliau adalah kalangan akademisi yang materinya di sesuaikan dengan tingkat kecerdasan juga pada kondisi yang tepat sasaran. 12 10 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur: 2000 h. 113 11 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 12 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 KH. Said Aqil Siroj lebih memprioritaskan mad’u yang terkonsentrasi dalam masyarakat awam ataupun mahasiswa. Menurutnya, jika mad’u di pesantren itu sudah ada yang mengendalikan dan itu lebih tercover secara sempurna, baik itu secara keilmuan islam maupun implementasinya. 13 Alasannya menurut KH. Said Aqil Siroj, berdakwah kepada masyarakat umum seperti mahasiswa kita lebih terbuka dalam menemukan figur-figur kreatif, inovatif, dan berfikir secara kritis dalam menghadapi persoalan yang berkembang. Dalam beberapa kesempatan seringkali beliau mengisi ceramah di Gereja. Seperti Gereja Algonz Surabaya dan acara Global Peace yang notabene mad’unya adalah umat non muslim. Surabaya, sabtu malam tepatnya pada tanggal 1998. Dr. Said Aqil Siroj untuk pertama kalinya berkhotbah di depan altar Gereja Katolik Aloysius Gonzaga algon, Surabaya. Doktor lulusan Ummul Quro, Mekkah ini mendapat undangan dari dari A. Kurdo Irianto Pr. Romo Paroki Algon. Di depan sekitar 4000 umat katolik, Kang Said membawa Injil Johanes 1 ayat 1. Khotbah ini dia bawakan 20 menit sebelum misa dilaksanakan. Dalam khotbahnya Kang Said menyampaikan bahwa pada intinya musuh umat beragama adalah hawa nafsu dan harus segera benar-banar taubat. Menurutnya, Ceramah atau menyampaikan ajaran Islam bisa dimana saja dan kapan saja. Siapa pun yang mengundang itu tidak bisa dipermasalahkan yang terpenting kita menyampaikan ajaran kita yaitu ajaran Allah dan Rasulullah. Pada abad IV hijriah dulu, berkhotbah di gereja sudah biasa dilakukan oleh para ulama dan sebaliknya pastor atau pendeta 13 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 berkhotbah di mesjid. Dalam sejarah Islam pemikiran klasik itu harus dihilangkan. Ketika menjadi seorang da’i kita harus punya pandangan yang tidak sama dengan yang lain karena pada prinsipnya skala berdakwah kita berbeda. Berikut ini kutipan pernyataan beliau saat di tanya mengenai dakwahnya di Gereja dan label yang diberikan pada beliau yaitu Tokoh Lintas Agama: “Saya sering di undang ceramah yang mad’unya non muslim seperti saya diundang ceramah ke Atlanta dalam acara “Global Peace” Islamnya ada tapi mayoritas Yahudi dan Kristen. Saya juga sering di undang ceramah ke gereja-gereja, tepatnya pada tanggal 1 Maret 1998 di Gereja Katolik Aloysius Gonzaga kawasan Darmo Satelit Surabaya saya ceramah di depan ribuan umat kristiani. Bahwa kita harus saling menghormati, menghargai agama mereka, nah, dengan menghormati itu kita berdakwah. Dengan menunjukkan sikap yang toleran itu, kita tunjukkan bahwa kita dewasa, umat yang berbudaya, mengerti sopan santun, berakhlakul karimah, mereka akan simpati. Itulah dakwah kita. Justru ini kesempatan yang baik, kita tunjukkan perilaku yang kongkrit. Bukan hanya ngomong, bukan hanya tertulis di buku tapi kita kongkritkan dan realisasikan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah. Justru dengan seperti itu kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar, mereka semua mendengarkan dengan baik. Yahudi pun menyalami saya waktu itu.”. Menurutnya, Pendekatan dakwah untuk mad’u yang non muslim lebih kepada Akhlakul Karimah. Terlebih dahulu kita berprilaku santun, berbudi luhur, menghormati antar sesama dan menjalin persaudaraan baik dengan siapapun. Seperti dakwah yang dicontohkan Rasulullah selama 13 tahun di Mekkah tidak pernah memerintahkan sahabat untuk memecahkan berhala. Padahal pada waktu itu ada 360 berhala di Mekkah dan puluhan berhala di Masjidil Haram. Karena pendekatan dakwah Rasulullah lebih kepada budaya dan mengedepankan Akhlakul karimah, maka umat yahudi dan nasrani menerima Islam dengan baik yang akhirnya berbondong-bondong masuk Islam dengan kemauannya sendiri tanpa terpaksa atau dengan cara kekerasan. 14 Sebagaimana dalam Q.S. An-Nashr :                        Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”. Dari pengertian diatas, pemikiran dakwah KH. Said Aqil Siroj ini, dalam dakwahnya tetap prioritas mad’u umat Islam baik kalangan akademis maupun non akademis. Namun lebih luasnya berdakwah pula umat pada non muslim. Sehingga materi keislaman dapat diketahui dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.

c. Materi Dakwah

Menurut KH. Said Aqil Siroj materi dakwah adalah substansi isi pesan dakwah yang di sampaikan kepada mad’u. 15 Dalam bukunya yang berjudul Tasawuf Sebagai Kritik Sosial 2006 terdapat suatu hadist, menjelang baginda Nabi SAW wafat pada tahun 11 H632 M, beliau telah memberikan wejangan kaum muslimin, agar tidak terperosok dalam jurang kesesatan, hendaklah selalu menempatkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya sebagai referensi utama dalam setiap langkah hidupnya. Kitabullah, dimaksudkan sebagai firman-firman Allah yang tertuang dalam Al- qur’an, sedangkan al-Sunnah tradisi adalah keseluruhan 14 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 15 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 perilaku Nabi SAW semasa hidupnya sebagai Rasulullah, karena sering pula dipandang sebagai penjelas dan pelengkap Al- qur’an. Dalam hal ini KH. Said Aqil siroj menepatkan Al-hadist sebagai pedoman untuk berdakwah setelah Al- qur’an. 16 Menurut KH. Said Aqil Siroj, dalam pesan Nabi SAW di atas, sepintas memberikan suatu ilustrasi akan cakupan Al- qur’an terhadap semua persoalan kehidupan. Tidaklah berlebihan jika kemudian sebagian orang, terutama kalangan mubalighda’i sering bersuara lantang, “Al-Qur’an itu mencakup segala-galanya”. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, melihat Al-Qur ’an itu laksana Ensiklopedi atau kamus yang sangat lengkap dan komprehensif bagi perjalanan hidup manusia, sehingga semua aspek kehidupan itu; baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun lainnya sudah tersedia di sana. Pendapat semacam ini semakin mantap lagi jika dikaitkan dengan beberapa firman Allah SWT, seperti dalam ayat ke-38 Surat Al- an’am : 17                          Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung- burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat juga seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan tinggalkan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. Sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan ditetapkan dalam 16 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, h. 37 17 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, h. 37 Lauhul mahfudz. Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum- hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. 18 Begitupun seorang da’i seperti dalam aktivitas dakwah KH. Said Aqil Siroj ini cakupan semua materi dakwah adalah Al- qur’an dan hadist lalu, di interpretasikan dalam beberapa materi dakwah. Materi dakwah paling tidak aqidah , syari’ah, akhlak, dan tasawuf. 19 1 Materi aqidah Sebagai sosok da’i berkewajiban menanamkan dalam benak setiap mad’u adalah persoalan aqidah. Dimana masyarakat bukan hanya bisa mengucap “laa ilaaha illallah”. Persoalan aqidah tidaklah bisa diyakini ‘spekulatif” tidak taqlid atau ikut-ikutan. Setiap orang harus memiliki sense of belonging dari hati sanubari yang paling dalam atas essensi persaksian kita bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Laa ilaaha illallah dan Muhammad itu utusan-Nya. Keyakinan ini kemudian dikuatkan dalam bentuk ucapan dan dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. 2 Materi Syari’ah Syari’ah disini peribadahan secara vertikal ataupun horizontal. Syari’ah merupakan salah satu pilar dalam ajaran Islam selain aqidah dan akhlak. Untuk itu, para da’i semestinya memperlebar dalam materi syari’at ini. Bentuk-bentuk 18 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, h. 37 19 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 fiqih atau pemahaman para fuqaha harus memotivasi untuk diaktualisasikan secara cerdas. Artinya bukan hanya persoalan materi ceramah. 3 Materi Tasawuf dan hadlarah Tasawuf atau sufisme perlu disinggung dalam materi ceramah. Karena tasawuf atau sufisme tidak dapat dipisahkan dari dalam Islam, sebagaimana halnya nurani dan kesadaran tertinggi juga tidak dapat dipisahkan dari Islam. Islam merupakan suatu kesadaran abadi yang bermakna penyerahan diru dan ketertundukan seperti halnya kata Islam itu sendiri yang berarti ketundukan dan kepasrahan. Disini, tasawuf adalah intisari ajaran Islam yang membawa pada kesadaran manusia seperti itu. Karena sejarah mencatat Rasulullah dalam menyampaikan dakwahnya melalui pendekatan sufistik. Seorang sufi adalah penegak dan penjunjung tinggi pesan-pesan Islam. 20 Hakikat tasawuf tidak lepas dari jati diri manusia yang terdiri dari dua unsur. Pertama, manusia sebagai Khalq, sebagai ciptaan Tuhan yang bersifat materi, jasmani. Kedua, manusia sebagai khuluq bentuk tunggal dari akhlak, etika yakni sebagai kreasi Tuhan yang bersifat immateri, ruhani. Bertasawuf, dengan demikian merupakan upaya penyempurnaan wujud keruhanian manusia. Dalam bahasa agama, itmamul akhlaq, sesuai dengan hadist nabi Innama bu’itstu liutammima makaarimal akhlaq yaitu tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak mulia. 21 20 KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Jakarta: Yayasan KHAS, 2010 h. 33 21 KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Jakarta: Yayasan KHAS, 2010 h. 33 d. Metode Dakwah Metode dakwah adalah cara penyampaian dakwah. Bagi KH. Said Aqil Siroj metode bisa dikatakatan strategi dalam berdakwah. Bahkan metode lebih urgen daripada materi dakwah yang disampaikan. Jika metode dakwahnya tepat maka kemungkinan besar materi dakwah yang disampaikan akan mudah diterima oleh mad’u atau jama’ah. Pendapat KH. Said Aqil Siroj untuk para da’i sekarang lebih banyak menarik mad’u dalam pembawaan metode humor tapi substansi isi pesan dakwah itu sendiri tidak tersampaikan. jika seperti itu menjadi da’i yang ideal jauh tercermin. Berikut kutipan wawancara KH. Said Aqil Siroj: “Dalam pembawaan ceramah da’i jangan terlalu mengedepankan humor padahal bagi saya pembawaan serius pun jika materi nya berkualitas itu jauh lebih baik dan kemungkinan besar lebih diterima. Bisa lah pake humor tapi sedikit diminimalisir sekedarnya saja jangan berlebihan, yang terpenting metodenya ha rus kontekstual”. Untuk itu, sebaiknya para da’i harus bisa memposisikan kebutuhan konten masyarakat Indonesia dalam hal ini. Materinya perlu berkualitas, dan metode nya pun harus kontekstual. 22 Al- Qur’an telah menjelaskan dalam surat An-Nahl: 125, bahwa terdapat tiga bentuk metode dakwah yang tepat, yakni : 1 Hikmah Hikmah disini wisdom, cakupannya luas sekali. Menurut KH. Said Aqil Siroj hikmah adalah sikap-sikap santun yang di laku kan oleh seorang da’i selain sosok da’i harus membangun relasi yang baik dengan siapapun, Hikmah juga bisa dikatakan titik puncak kesempurnaan beragama seseorang terletak pada 22 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 kemampuan memahami ajaran Islam dan menyelaminya sehingga bersifat arif dan bijaksana al-hikmah dalam segenap pemahaman dan penafsiran itu. 23 Sebagaimana kutipan wawancara berikut ini: “Hikmah disini wisdom, cakupannya luas sekali. Metode dakwah yang paling efektif itu metode dakwah bil hikmah, Seperti dalam surat al- jumu’ah ayat 2 bahwa Allah mengutus berdakwah kepada kaum ummiyin buta huruf dengan apa? dengan hikmah yaitu kebijakan-kebijakan, pergaulan yang baik, santun, sikap- sikap santun itu semua hikmah”. Menurutnya, Al- qur’an telah menggariskan, dakwah yang ideal adalah menggunakan hikmah kebijaksanaan dan kearifan termasuk dengan ilmu pengetahuan, dengan pendekatan kemanusiaan itu sendiri, Karena berdakwah itu untuk ummat manusia. Misalnya, dalam dakwah Rasulullah yang paling pertama kali ditawarkan adalah masalah keadilan, masalah kebersamaan, kebersamaan hak maupun kebersamaan di muka hukum. Istilah yang digunakan adalah ukhuwah atau sahabat. Rasulullah sendiri sering memanggil anak buahnya dengan panggilan sahabat. Tidak pernah memanggil dengan sebutan anak buahku. Seperti metode hikmah yang di implementasikan oleh Rasulu llah saat membuat “Piagam Madinah”, tidak ada satu yang menyebut Islam. Piagam itu memuat kesepakatan antara nabi Muhammad, kaum musyrik, dan Yahudi. Itu salahsatu cara metode hikmah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. 24 2 Mau’idzah Hasanah KH. Said Aqil Siroj menyampaikan dakwahnya kepada semua lapisan masyarakat tanpa mengenal ras, suku, golngan tertentu. Hendaknya materi dakwah yang diberikan adalah materi yang mudah dipahami dan harus 23 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 24 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 disampai kan dengan bahasa yang sesuai latar belakang mad’unya sehingga mudah diterima. Yang terpenting da’i juga harus bisa mengambil ketertarikan menyentuh hati mereka, agar dakwah kita dapat diterima olehnya. “Metode ini mempunyai arti berdakwah dengan cara memberikan nasihat, sehingga dapat menyentuh hati mereka lebih p ada pendekatan emosional.” 3 Mujadalah Billati Hiya Ahsan Menurut KH. Said Aqil Siroj Mujadalah yaitu berdakwah dengan bertukar pikiran, discuss dengan baik dan berkualitas dalam membahas persoalan klasik ataupun kontemporer. Metode ini adalah metode diskusi yang dilandasi dengan argumen berbeda, sehingga para da’i harus menguasai dalil-dalil yang ada untuk menjawab persoalan. Hal ini jelas menuntut para da’i untuk pandai mengambil sikap secara sabar dan hati-hati. 25 KH. Said Aqil Siroj sering berdiskusi dengan jama’ahnya. Hal ini dil akukan agar pola pikir mad’unya dapat lebih kritis lagi dan wawasan mereka dapat bertambah. Sehingga antara da’i dan mad’u dapat komunikatif 26 e. Media Dakwah KH. Said Aqil Siroj berpendapat bahwa media dakwah adalah alat yang dilalui oleh saluran pesan yang menghubungkan antara da’i dan mad’u. Menurut KH. Said Aqil Siroj, dunia digitalisasi dan internet saat ini tepat digunakan dalam mengemban misi dakwah. 27 Dalam kegiatan dakwahnya KH. Said Aqil Siroj tetap menggunakan bantuan media untuk penyampaian materi dakwah agar dapat diterima masyarakat lebih luas. Kesibukan masyarakat saat ini sangat beragam, 25 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013 26 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 9 Juni 2013 27 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013 sehingga diperlukan media yang tepat, guna mencapai tujuan dakwah yang menyeluruh. Selain dakwahnya sering di tuangkan dalam media cetak seperti di koran, majalah, terjemah, ataupun jurnal, beliau pun sering mengisi kajian keislaman di website NU Online, mendirikan KangSaid.net dari NU untuk Ummat juga website kajian tasawuf yang disebut Pusat Studi Tsaqafah-Said Aqil Siradj PST-SAS yang lebih dikenal dengan SAS Foundation. Dan mendirikan pula website SAS Center yaitu situs resmi dalam media dakwah dalam menggali lebih dalam pemikiran sosial keagamaan dan kebudayaan KH. Said Aqil Siroj yang kemudian diformulasikan dalam SAS CENTER. Situs ini sekaligus untuk menampung pemikiran-pemikiran tokoh yang sejalan dengan visi misi Islam rahmatan lil’alamin. Hal tersebut adalah salah satu media dakwah yang membantu dalam penyampaian dakwahnya. Namun menurutnya, meskipun dakwah dapat dilakukan beragam cara, yang paling tepat dan efisien yaitu dengan cara tatap muka face to face atau ceramah seperti khutbah shalat jum’at. Karena dengan seperti itu antara pesan dakwah yang disampaikan cenderung lebih substansif.

f. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah pada hakikatnya menyampaikan serta mengamalkan apa yang memang sedah menjadi kewajiban berupa syari’at Islam, disamping memiliki kewajiban dalam memberikan ilmu-ilmu pengetahuan Islam secara keseluruhan, tetapi tujuan utama dakwah itu adalah pengamalannya Islam dalam kesalehan sosial. Bagi KH. Said Aqil Siroj, pengamalan disini mengaktualisasikan keilmuan dengan pengamalan kongrit dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk diri sendiri, keluarga, terlebih masyarakat secara luasnya. Berusaha lebih baik dan menjadi contoh dalam segi pengamalan ilmu dan kualitas ‘ubudiyah. Selanjutnya, mengajak lingkungan masyarakat pendekatan secara kognitif, afektif lalu behavioral untuk ikut menjalankan syari ’at Islam. Dakwah harus murni Lillahi ta’ala tidak usah pandang bulu siapapun mad’unya mau itu muslim ataupun non muslim. Semata-mata menyampaikan agama yang haq dan amar ma’ruf nahi munkar. Agar terciptanya khairul ummah. 28 g. Visi dan Misi dakwah KH. Said Aqil Siroj Visi dan misi dakwah KH. Said Aqil Siroj adalah ingin menciptakan Indonesia yang beradab dan berkarakter. Beliau selalu berusaha untuk selalu berintegrasi dengan pemerintah dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat Indonesia melalui organisasi kemasyarakatan Islam. Hal ini tercermin langkah kongkrit beliau dalam mengemban visi dan misi dakwah yaitu mendirikan lembaga keagamaan, misalnya Madrasah, masjid, pesantren, majlis dzikir bertujuan untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas secara akhlak dan kelilmuan. 29 Berdasarkan hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj Jika di atas kekuatan bangsa kita dapat memperkokoh pondasi keagamaan, kesempatan untuk bisa melihat Indonesia yang beradab, Indonesia yang berbudaya, Indonesia yang 28 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 29 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 berkarakter itu lambat laun akan terwujud. Beliau memiliki visi dakwah yang sedikit berbeda dengan dai-dai lain. Menurutnya, terlebih dahulu mewujudkan dan mengedepankan kekuatan bangsa ukhuwah wathoniyah lalu kekuatan agama ukhuwah islamiyah. Gagasannya ini mendapat apresiasi dari Republika sebagai Tokoh Perubahan. Bagi KH. Said Aqil Siroj ini kekuatan bangsa itu sangat penting dalam mengukuhkan semua syari’at Islam. Misi Islam juga tercermin dalam firman-Nya, wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamin, dan Aku tidak mengutusmu Muhammad kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Cakupan rahmat bagi alam seisi-Nya memberikan ruang gerak bagi tumbuhnya masyarakat plural majemuk yang senantiasa cinta damai yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan peradaban. Hal ini dijelaskan pula dalam satu sabda Nabi Muhammad, “inna maa bu’isttu li- utammimaa makaarimal- akhlaq”, Aku Muhammad hanya diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak moralitas yang mulia. Melalui misi tadi, dalam lintas sejarah umat Islam mampu menapaki kehidupan yang semakin cemerlang dari hari ke hari. Di awali pada periode Mekkah yang masih mengedepankan paradigma “ukhuwah islmiyah”, persaudaraan internal muslim, kemudian berlanjut pada periode Madinah yang menekankan “ukhuwwah wathaniyyah”, persaudaraan lintas agama kebangsaan dan dipungkasi dengan peristiwa haji wada’ yang menjunjung tinggi “ukhuwwah basyariyyah”, persaudaraan lintas etnis. 30 30 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999 h. 224 Seperti pada masa Nabi Sulaiman, ada negeri yang diabadikan sebagai salah satu negeri yang diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al- qur’an yang dikenal “baldatun thayyibatun waa rabbun ghafur” yaitu negeri yang adil, makmur, aman dan sentosa yaitu negeri Saba’. Negeri ini ternyata di pimpin oleh penguasa wanita, yaitu Ratu Bilqist. 31

B. Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj di Indonesia

Berangkat dari pemikiran dakwah Langkah inilah yang menjadi motivasi KH. Said Aqil Siroj dalam berdakwah, mulai dari dakwah bil-lisan, bil-haal, ataupun bil-Qolam.

1. Dakwah Bil-lisan

Menurut KH. Said Aqil Siroj metode dakwah bil-lisan yaitu bentuk dakwah yang mengedepankan “qaulan kariman” perkataan yang mulia, “qaulan ma’rufa” perkataan yang baik, “qaulan maitsura” perkataan yang pantas, “qaulan layyinan” perkataan yang lemah lembut, “qaulan baligha” perkataan yang berbekas pada jiwa, dan “qaulan tsaqila” perkataan yang berkualitas- sebagaimana diamanatkan dalam Al- qur’an dalam surat Fhussilat ayat 33:               Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?. 32 31 KH. Said Aqil Siroj, Islam kebangsaan, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999 h. 9 32 Said Aqiel Siradj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Jakarta: Yayasan KHAS, 2010, h. 33 Dakwah bil-lisan yang direalisasikan oleh KH. Said Aqil Siroj adalah bentuk dakwah seperti pengajian, kajian diskusi, atau acara seminar di berbagai lembaga akademis maupun non akademis. Beliau paparkan secara terperinci dan referentatif dari berbagai sumber kitab disertai dalil aqli- qath’i sehingga pemaparannya sangat jelas dan sempurna. Terlebih menjadi penceramahmubaligh yang tak terhitung jumlahnya di beberapa kabupaten, kecamatan, desa, bahkan perkampungan sekalipun, beliau mengupayakan untuk selalu datang demi kepentingan syi’ar kepada umat. 33 “Walau di undang ke kampung pelosok bagaimanapun saya pasti datang untuk berdakwah. Saya pernah ke pulau burung, dari sini ke Batam pesawat dari Batam ke Pulau Guntur bagus, dari Pulau Guntur ke Pulau Burung jelek sekali jalannya, dari tepi pulau ke tempat ceramah, saya naik getek.” Pengajian yang diisi oleh KH. Said Aqil Siroj secara garis besar membahas materi Tafsir, sejarah, fiqh, akhlak namun, beliau lebih terkonsentrasi membahas pada kajian tasawuf, baik itu tasawuf Falsafi ataupun tasawuf Sunni. 34 Berikut dakwah bil-lisan yang dilakukan oleh KH. Said Aqil Siroj: a. Pengajian Pengajian rutin minggu malam di Pusat Tsudi Tsaqafah PST-SAS bertempat di Aula Ciganjur yaitu tempat kediaman beliau yang sekaligus menjadi pendiri PST-SAS. Pengajian rutin ini menerjemahkan disertasi beliau yang berjudul Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi Hubungan Antara Allah dan Alam Kosmos: Perspektif Tasawwuf Falsafi pengajian ini lebih banyak diikuti oleh kalangan mahasiswa. Dewan Penasehat di Said Aqil Siroj 33 Wa wancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013 34 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013 SAS Foundation ini juga seringkali hadir pada acara bahtsul masail, atau seminar ‘Keislaman Nusantara’ di pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo. Terlebih menjadi ketua PBNU yang mengatur segala kegiatan dakwah di PBNU khususnya di PWNU, PCNU, IPNU, IPPNU, STAINU, dll. 35 Secara rutin dwi mingguan beliau membuka open house untuk semua masyarakat sekitar yakni pengajian kitab Tafsir al-kabiir, dan Mafaatihu al- ghaib setiap malam rabu hingga sekarang. Dan pada Rabu malam Kamis beliau mengadakan diskusi atau sharing seputar wacana Islam kekinian biasanya dihadiri oleh para senior yang kebanyakannya adalah santri-santri alumni Lirboyo, khatib, ustadz, dosen, pengajar, mahasiswa, pejabat, dsb. Pengajian tersebut pengganti pengajian hari jum’at pagi yang dibuka sepanjang tahun 1995 hingga kisaran tahun 1999. Karena animo permintaan masyarakat yang begitu antusias biasanya disela-sela pengajian, juga dikupas persoalan-persoalan aktual up to date kemasyarakatan. 36 b. Mengadakan pengajian kilat setiap Ramadhan Setiap tahun di bulan ramadhan beliau mengadakan pengajian kilat yang disebut dengan pasaran terbuka bagi siapapun yang ingin mengikutinya di pesantren Al-Tsaqafah yang didirikan beliau di Ciganjur. Pasaran ini yang dipandu langsung oleh KH. Said Aqil Siroj dengan mengambil kitab safinatunnaja dan karya-karyanya Imam Ghazali. 37 35 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013 36 Mohammad Dawam Sukardi, Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said, Jakarta: SAA Center, 2010, h. 24 37 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013 c. Menjadi pembicara atau pemateri dalam kegiatan dakwah, antara lain 38 : 1 Pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema: Rekonsiliasi Tasawuf dan Syari’at: Perspektif Sejarah di Bengkulu pada tanggal 3-4 Desember 1996. 2 Pembicara dalam forum Simposisium DIKBUD RI dengan tema Peringatan hari AIDS se-Dunia di Jakarta pada tanggal 29 November 1997. 3 Pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema Temu Tahunan Jaringan Penelitian IAIN se-Indonesia di Palembang pada tanggal 17 sampai 19 Juni 1997. 4 Pembicara dalam Seminar Badan Musyawarah Antar Gereja dengan tema Wawasan Kebangsaan II dan III di Malang pada tanggal 6 sampai 7 Agustus 1997 dan 4 sampai 6 Agustus 1998. 5 Pemateri dalam Dialog Nasional Forum Mahasiswa Syari’ah se-Indonesia dengan tema Formasi Hukum dan Pluralisme Politik di Jakarta pada tanggal 17 Februari 1999. 6 Pembicara dalam Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama dengan tema Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka di Jakarta pada tanggal 27 Februari 2000. 7 Pembicara dalam Seminar Nasional Depdiknas dengan tema Reformasi Pendidikan Nasional di Yogjakarta 16 sampai 17 Maret 2001. 8 Pembicara dalam Musabaqoh Al-Qur’an tingkat V TELKOM dengan tema Implementasi Akhlaq Qur’ani di Jakarta 23 April 2002. 38 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 14 Juni 2013 yang dimuat pada curriculum vitae KH. Said Aqil Siroj