E. Kenyamanan dan Ketidaknyamanan Posisi Duduk Sitting Comfort and
Discomfort
Posisi duduk mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan kenyamanan pada seseorang. Namun, posisi duduk untuk waktu yang lama tetap
akan menjadi masalah Delleman et. al, 2004. Grandjean 1973 dalam Munawwarah
2004, menggambarkan
duduk dengan
postur alami
memungkinkan tenaga kerja menjaga postur tegak yang mengurangi beban kerja otot statis yang diperlukan untuk mengunci sendi-sendi kaki, lutut, pinggang, dan
tulang belakang serta mengurangi penggunaan energi. Selanjutnya, dinyatakan bahwa sirkulasi darah pada posisi duduk lebih baik daripada posisi berdiri. Phoon
Bagan 2.2 Prosedur Analisis Postur dengan Metode RULA
1988 dalam Munawwarah 2004 menyatakan bahwa waktu duduk diusahakan berat badan tidak ditahan oleh kaki sehingga posisi tetap stabil selama bekerja.
Kenyamanan dan ketidaknyamanan posisi duduk merupakan suatu persepsi subjektif dan pengalaman sensoris. Beberapa studi mengindikasikan
bahwa kenyamanan dan ketidaknyamanan posisi duduk dipengaruhi oleh banyak variabel Kleeman, 1981; Kamijo et. al, 1982 dalam De Looze et. al, 2003.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Zhang et. al 1996 dalam De Looze et. al 2003 menyimpulkan bahwa kenyamanan dan ketidaknyamanan terjadi
berdasarkan pada faktor-faktor independen yang mempengaruhinya. Perasaan tidak nyaman berhubungan dengan rasa sakit, kelelahan, dan mati rasa.
Sedangkan perasaan nyaman berhubungan dengan perasaan relaks dan kondisi tubuh yang baik.
De Looze et. al 2003 memodelkan teori kenyamanan dan ketidaknyamanan posisi duduk menurut paparanfaktor eksternal exposure,
internal state atau kondisi internal individu dose, respon response, dan kapasitas capacity sebagai berikut:
Kondisi internal individu dapat mempengaruhi terjadinya respon dalam tubuh individu tersebut, baik respon mekanis, biomekanis, dan fisiologis. Efek
paparan eksternal terhadap kondisi dan respon internal individu tergantung pada kapasitas fisik individu. Jika hal tersebut diaplikasikan pada posisi duduk, maka
dapat dikatakan bahwa paparan eksternalnya adalah berupa karakteristik fisik tempat duduk seperti bentuk dan kelembutannya, lingkungan seperti tinggi meja,
dan pekerjaan seperti aktivitas kerja. Paparan eksternal ini akan menghasilkan aktivasi otot, beban internal, tekanan intra-discal, gerakan saraf dan sirkulasi, dan
peningkatan suhu tubuh, dimana hal ini yang dimaksud dengan kondisi internal internal state. Selanjutnya, kondisi internal ini akan menimbulkan respon dalam
tubuh berupa respon kimiawi, fisiologis, dan biomekanik. Berdasarkan
Bagan 2.3 Pemodelan Teori Kenyamanan dan Ketidaknyamanan Duduk
De Looze et. al, 2003
exterocepsis stimulus dari sensor kulit, propriocepsis stimulus dari sensor yang ada pada otot spindel, tendon, dan persendian, interocepsis stimulus dari sistem
organ dalam, dan nocicepsis stimulus dari adanya rasa sakit, maka persepsi tidak nyaman akan muncul.
Pada bagian sebelah kanan, yaitu fokus pada rasa nyaman merupakan perasaan relaks dan well-being. Pada tingkat
“context”, tidak hanya kondisi fisik saja yang berkontribusi, tetapi juga ada faktor psikososial seperti kepuasan kerja
dan dukungan sosial. Pada tingkat “seat”, estetika disain tempat duduk sebagai
tambahan dari kondisi fisik tempat duduk juga dapat mempengaruhi perasaan nyaman. Pada tingkat
“human”, diasumsikan faktor yang terlibat adalah harapan individu dan perasaan atau emosi yang lain dari individu itu sendiri. Faktor yang
dominan dari ketidaknyamanan dapat digambarkan dengan anak panah horizontal dari bagian kiri discomfort ke bagian kanan comfort. Dari model ini,
pengukuran secara objektif terhadap ketidaknyamanan discomfort diharapkan akan lebih kuat dibandingkan dengan pengukuran terhadap kenyamanan
comfort. De Looze et. al, 2003
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Posisi Duduk