Postur Gambaran Karakteristik Aktivitas Menyusui oleh Ibu yang Menyusui

Hal ini disebabkan karena bayi yang memiliki berat badan kurang dari sama dengan 7 kg, 79,5 diantaranya adalah bayi yang usianya kurang dari sama dengan enam bulan, dimana frekuensi menyusuinya lebih sering dan lama waktu menyusuinya juga lebih lama serta ibu yang usia bayinya kurang dari sama dengan enam bulan lebih sering menggunakan posisi duduk daripada posisi menyusui lainnya. Sedangkan pada ibu yang berat badan bayinya lebih dari 7 kg, 79,4 usia bayi sudah lebih dari enam bulan, dimana frekuensi dan lama waktu menyusuinya sudah berkurang karena bayi sudah mendapatkan makanan lain selain ASI serta durasi menyusui lebih lama dengan posisi berbaring miring daripada posisi duduk. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa menurut Delleman et. al, 2004 posisi duduk untuk waktu yang lama akan menjadi masalah dan Mansfield 2007 juga menyebutkan bahwa duduk dengan postur yang sama tetapstatis untuk waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan.

3. Postur

Postur tubuh ibu saat menyusui dengan posisi duduk antara lain dipengaruhi oleh tempat duduk ibu saat menyusui dan kesesuaian dimensi kursi dengan dimensi tubuh ibu menyusui yang menggunakannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pheasant 2003 bahwa postur kerja dipengaruhi oleh hubungan antara dimensi tubuh dan stasiun kerjanya workstation. Misalnya, tempat kerja yang terlalu tinggi untuk pekerja yang memiliki tinggi badan rendah atau tempat kerja yang terlalu rendah untuk pekerja dengan tinggi badan lebih. Selain itu, postur duduk ibu saat menyusui juga dipengaruhi oleh posisi duduk ibu itu sendiri, dimana ibu harus menyesuaikan posisi ibu dengan bayi yang disusuinya supaya posisi bayi pas dan tepat untuk menyusu. Menurut Pheasant 2003, posisi seseorang saat duduk juga menentukan kenyamanan selama duduk karena hal ini berkaitan dengan proses fisiologis dan biomekanik dalam tubuh akibat posisi duduk tersebut. Sedangkan menurut McKeown 2008, salah satu elemen kunci untuk memastikan seseorang dapat bekerja dengan nyaman dan efektif adalah postur yang baik selama bekerja. Pada penelitian ini, berdasarkan hasil penilaian postur duduk ibu saat menyusui dengan metode RULA, diperoleh bahwa dari 59 ibu yang berhasil diobservasi, 93,22 55 orang diantaranya berada pada level risiko tinggi. Ini berarti, dibutuhkan tindakan sekarang juga untuk memperbaiki postur duduk ibu saat menyusui agar posisi duduk ibu saat menyusui lebih ergonomis dan mengurangi terjadinya ketidaknyamanan ibu selama menyusui dengan posisi duduk atau bahkan lebih jauh lagi dapat mengurangi risiko terjadinya MSDs akibat postur duduk ibu saat menyusui. Postur duduk ibu berada pada level risiko tinggi kemungkinan disebabkan karena posisi pergelangan tangan, leher, dan punggung ibu. Pada saat menyusui dengan posisi duduk, ibu membengkokkan pergelangan tangannya ke bawah untuk menyangga bayi, leher ibu menunduk dan bengkok karena selama aktivitas menyusui berlangsung ibu akan melihat ke arah bayi atau memperhatikan keluarnya ASI dari payudara ibu, sedangkan sikap punggung ibu menyesuaikan dengan ketepatan posisi bayi untuk menyusu dan kemungkinan ibu sudah terbiasa dengan sikap duduk membungkuk yang menurut ibu nyaman. Menurut Bahiyatun 2009 salah satu cara menyusui yang benar adalah ibu menyusui sambil menatap bayi dengan kasih sayang. Oleh karena itu, wajar jika postur leher ibu menunduk dan bengkok karena saat menyusui, ibu sambil menatap bayi dengan kasih sayang serta memperhatikan proses bayi saat menyusu. Namun, menurut Karjewksi et. al 2009 membelokkan kepala atau leher ke salah satu sisi, diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko ketidaknyamanan dan MSDs. Sikap duduk ibu yang membungkuk selama menyusui dengan alasan menyesuaikan posisi payudara ibu dengan mulut bayi, merupakan sikap duduk yang kurang tepat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Widodo 2011, bahwa yang seharusnya dilakukan untuk mendekatkan bibir bayi dengan payudara ibu adalah dengan mengangkat tangan, bukan membungkuk. Selain itu, menurut Anderson 1981 dan Tyson et. al 2005 dalam Klinpikul et. al 2010, duduk dengan postur membungkuk atau membengkokkan tulang belakang akan mengakibatkan otot akan lebih menegang dimana hal ini pada akhirnya akan menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan. Karjewski et.al 2009 juga menjelaskan bahwa ketika tulang atau persendian tidak berada pada posisi netral, maka terjadi postur janggal. Sedangkan menurut Mulyono 2010, sikap duduk yang salah dapat menyebabkan masalah pada punggung dan menyebabkan otot perut melembek. Postur pergelangan tangan ibu yang bengkok disebabkan karena ibu harus memegang dan menyangga tubuh bayi saat menyusui. Postur pergelangan tangan yang seperti ini merupakan salah satu bentuk postur janggal menurut Karjewski et. al 2009. Sebagaimana yang disebutkan oleh Karjewski et. al 2009, salah satu contoh postur janggal yang berkontribusi menyebabkan pergerakan mendekati posisi ekstrim adalah membengkokkan pergelangan tangan ke bawah dengan muka tangan menghadap ke bawah lebih dari 30 derajat. Sedangkan beberapa postur netral untuk beberapa bagian tubuh menurut Karjewski et.al 2009 yaitu sebagai berikut: 1. Kepala dan leher berada pada satu garis atau satu level atau bengkok sedikit ke depan, pandangan lurus ke depan, seimbang, dan berada satu garis dengan tulang belakang. 2. Tangan, pergelangan tangan, dan lengan bawah berada lurus pada satu garis. 3. Siku-siku berada dekat dengan tubuh dan miring 90-120 derajat. 4. Bahu relaks dan lengan atas menggantung normal di samping tubuh. 5. Paha dan bokong ketika duduk harus berada paralel dengan lantai. 6. Lutut ketika duduk posisinya harus sama tinggi dengan bokong, dengan kaki sedikit ke depan. 7. Punggung ketika duduk posisinya harus vertikal atau bersandar dengan dukungan lumbar. Selama melakukan aktivitas menyusui setiap menyusui, tidak seterusnya postur duduk ibu saat menyusui sama dengan pada saat dilakukan observasi. Mungkin kadangkala postur leher ibu saat menekuk kurang dari 20 derajat, atau sudut yang dibentuk oleh pergerakan lengan atas atau lengan bawah ibu lebih kecil dari yang diobservasi, pergelangan tangan ibu berada pada posisi lurus atau tidak dibengkokkan, atau sikap punggung ibu tegak, dan seterusnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan karena pada umumnya selain ibu mencari kenyamanan untuk dirinya sendiri saat menyusui, ibu juga harus memperhatikan kenyamanan dan ketepatan bayi saat menyusu. Kedua hal ini, baik kenyamanan ibu maupun ketepatan bayi saat menyusu dapat memperlancar proses menyusui. Menurut Pheasant 2003, postur yang baik untuk posisi duduk adalah subjek duduk pada posisi horizontal, pada permukaan yang datar, duduk tegak hingga tinggi badan maksimal dan pandangan lurus ke depan. Bahu relaks, dengan lengan atas menggantung bebas di samping dan lengan bawah berada pada posisi horizontal. Tinggi tempat duduk disesuaikan hingga paha berada pada posisi horizontal dan kaki bagian bawah berada pada posisi vertikal. Namun, pada ibu menyusui tidak demikian. Lengan ibu harus menggendong dan menyangga bayi selama menyusui dan posisi ibu harus menyesuaikan dengan ketepatan bayi untuk menyusu. Selain postur janggal, postur yang dibatasi juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan, misalnya postur duduk yang statis dan tidak bebas Lueder, 2004. Menurut McKeown 2008, kerja otot yang statis dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan waktu istirahat yang lebih lama dibutuhkan untuk ini. Pada ibu menyusui, postur duduknya cenderung statis, artinya tidak banyak pergerakan yang dilakukan ibu dan postur duduk ibu juga dibatasi. Mungkin hanya kaki, punggung, dan tangan ibu yang dapat melakukan pergerakan. Namun, meskipun demikian, pergerakannya tetap terbatas karena ibu masih harus tetap menggendong dan menyangga serta menjaga posisi bayi agar masih tetap pas dan tepat untuk menyusu. Menurut Grandjean 1988 dalam Mulyono 2010, masalah utama yang ditemukan pada aktivitas dalam posisi duduk adalah kelelahan otot dan tulang bagian belakang yang disebabkan posisi duduk yang terlalu tegang. Oleh karena itu, untuk menunjang posisi duduk yang efektif perlu memperhatikan perilaku aktivitas yang didukung dengan fasilitas duduk atau kursi yang tepat. Fasilitas duduk atau kursi yang tepat ini dapat membantu agar dapat duduk dengan postur alami. Grandjean 1988 dalam Kalsum 2007 mengatakan bahwa duduk dengan postur alami akan mengurangi beban kerja otot statis yang diperlukan untuk menghindari gangguan pada sendi kaki, lutut, pinggang, dan tulang belakang.

4. Kondisi Lingkungan