Karakteristik Pekerjaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Posisi Duduk

f. Nutrisi Sebagaimana diketahui bahwa asupan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan tubuh manusia dan sebaliknya. Oleh karena itu, nutrisi memiliki pengaruh terhadap ukuran dimensi tubuh seseorang. Selain dimensi tubuh dan faktor-faktor lain yang disebutkan di atas menurut Pheasant 2003, suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh Tan et. al 2010 pada sopir truk di Belanda menunjukkan bahwa umur, tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh Body Mass Index mempunyai hubungan yang signifikan dengan kenyamanan saat mengemudikan truk. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa sopir truk yang umurnya lebih tua lebih sering merasakan ketidaknyamanan pada bahu kanan dibandingkan dengan sopir truk yang lebih muda. Sopir truk yang memiliki tinggi badan lebih, jarang merasakan ketidaknyamanan pada kepala dan leher dibandingkan dengan sopir truk yang lebih pendek. Begitu juga dengan Indeks Massa Tubuh IMT. Sopir truk yang memiliki IMT lebih tinggi, lebih sering merasakan ketidaknyamanan pada betis kanan setelah satu jam bekerja.

3. Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan yang mempengaruhi kenyamanan seseorang ketika bekerja dengan posisi duduk menurut Pheasant 2003 terdiri dari durasi, beban visual, beban fisik, beban mental dan sosial. Sedangkan Kumar 1999, selain faktor-faktor tersebut, kondisi lingkungan, waktu istirahat dan aktivitas pada waktu istirahat juga ikut mempengaruhi kenyamanan seseorang ketika bekerja dengan posisi duduk. Delleman et. al 2004, mengatakan bahwa parameter penting menyangkut karakterisktik pekerjaan itu sendiri ditentukan oleh durasi rata- rata komponen pekerjaan atau tugas tertentu. Durasi menunjukkan pada jumlah waktu seseorang secara terus-menerus terpapar oleh faktor risiko. Pekerjaan yang membutuhkan otot yang sama atau pergerakan untuk durasi yang panjang meningkatkan kemungkinan kelelahan lokal dan umum Cohen et. al, 1997 dalam Rahmawati, 2010. Mansfield 2007 juga menyebutkan bahwa duduk dengan postur yang sama tetapstatis untuk waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan. Risiko tinggi juga telah ditemukan pada saat duduk untuk waktu yang lama, terutama di kendaraan Kelsey, 1975 dan Mangora, 1972 dalam Kumar, 1999. Menurut Kumar 1999, beban visual terdiri dari jarak dan arah pandang, ukuran objek yang dilihat, warna, tekstur, dan waktu. Sedangkan beban fisik terdiri dari ukuran objek kerja massa, bentuk, dan posisi, penggunaan tenaga, postur, perpindahan atau pergerakan tidak statis, dan waktu. Beban mental dan sosial terdiri dari pembuatan keputusan, konsentrasi, tekanan waktu, komunikasi dan interaksi sosial. Waktu istirahat dan aktivitas pada waktu istirahat terdiri dari stabilitas selama istirahat, kemampuan untuk relaks, bergerak bebas, dan mengubah postur. Sedangkan kondisi lingkungan terdiri dari pencahayaan tingkat pencahayaan, kontras, silau, dan sumber cahaya, kebisingan, suhu, iklim, bahan kimia, dan getaran. Ramadhani 2003 dalam Rusdjijati dan Widodo 2008 menambahkan bahwa dari faktor lingkungan, selain faktor-faktor tersebut di atas, juga ada faktor kimia dan biologi. Faktor kimia selain bahan kimia, keberadaan gas, uap, dan debu juga mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam bekerja. Faktor biologi antara lain seperti bakteri, jamur, virus, dan cacing penyebab penyakit. Rusdjijati dan Widodo 2008 mengatakan bahwa faktor-faktor lingkungan tersebut akan menciptakan kondisi yang nyaman apabila tidak melebihi Nilai Ambang Batas NAB yang telah ditetapkan atau tidak melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077MENKESPERV2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, kadar yang disyaratkan untuk suhu di dalam rumah adalah antara 18-30 o C dan pencahayaan minimal 60 Lux. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, tingkat kebisingan yang diperbolehkan untuk kawasan perumahan dan pemukiman adalah tidak lebih dari 55 dB. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan di suatu tempat, yaitu Mashuri, 2007 dalam Anggraini et. al, 2012: a. Jarak Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Di permukaan bumi, gelombang bunyi merambat melalui udara. Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami penurunan intensitas karena gesekan dengan udara. b. Serapan udara Gelombang suara akan mengalami gesekan dengan udara. Udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap suara daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih besar. c. Angin Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya. d. Permukaan bumi Permukaan bumi yang berupa tanah dan rumput, merupakan barrier yang sangat alami. Suara yang datang akan terserap langsung. Sebaliknya, permukaan yang tertutup aspal jalan atau konblok akan langsung memantulkan bunyi.

4. Persepsi terhadap Kenyamanan Posisi Duduk