Pengolahan Data Gambaran Kenyamanan Posisi Duduk Ibu saat Menyusui di Kelurahan Pisangan Tahun 2013

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis pengolahan data, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan posisi duduk dari hasil kuesioner, kesesuaian dimensi kursi dan dimensi tubuh, penilaian postur dengan metode RULA, dan hasil wawancara mendalam. Untuk pengolahan data dari hasil kuesioner, terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Data Coding Data coding merupakan kegiatan mengklasifikasi data dan memberikan kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Pengkodean data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Adanya ketidaknyamanan pada bagian tubuh : 0. Tidak 1. Iya 1 Dengan frekuensi : 1. Kadang-kadang 2. Sering 3. Selalu 2 Dengan Intensitas : 1. Tidak nyaman 2. Sakit 3. Sangat Sakit b. Dimensi kursi : 1. Sesuai dengan dimensi tubuh pengguna 2. Tidak sesuai dengan dimensi tubuh pengguna c. Skor analisis RULA berdasarkan level risiko : 1. Minimum: Skor 1-2 4. Kecil: Skor 3-4 5. Sedang: Skor 5-6 6. Tinggi: Skor 7 d. Indeks Massa Tubuh IMT : 1. Kurus: 17,0 atau 17,0-18,5 2. Normal: 18,5-25,0 3. Gemuk: 25,0-27,0 atau 27,0 e. Kebisingan : 1. 55 dB 2. 55 dB f. Pencahayaan : 1. 60 lux 2. 60 lux 3. Data Editing Data editing adalah penyuntingan memeriksa kembali data yang dilakukan sebelum proses pemasukan data data entry. Penyuntingan data ini dilakukan di lapangan. Hal-hal yang dapat dilakukan meliputi: a. Memeriksa kembali apakah semua jawaban responden dapat dibaca. b. Memeriksa kembali apakah semua pertanyaan yang diajukan kepada responden telah dijawab. c. Memeriksa kembali apakah hasil isian yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. d. Memeriksa kembali apakah masih ada kesalahan-kesalahan lain yang terdapat pada kuesioner dan jawaban responden. 3. Data Structure Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang digunakan. 4. Data Entry Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau fasilitas analisis data. 5. Data Cleaning Data cleaning merupakan proses pembersihan data setelah data di entri. Cara yang sering dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya. Untuk data continue dapat dilihat sebarannya untuk melihat ada atau tidaknya outliers. Sedangkan pengolahan data untuk melihat kesesuaian dimensi kursi dengan dimensi tubuh dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Dikumpulkan data dimensi kursi yang terdiri dari tinggi dudukan, lebar alas duduk, kedalaman alas duduk, tinggi sandaran punggung, lebar sandaran punggung, tinggi sandaran tangan, dan panjang sandaran tangan serta data dimensi tubuh yang terdiri dari tinggi duduk tegak, tinggi bahu duduk, tinggi siku duduk, jarak pantat-popliteal, tinggi popliteal, lebar bahu bideltoid dan biacromial, lebar pinggul, dan jarak siku ke ujung jari dari masing-masing responden. 2. Data tinggi dudukan yang terukur dibandingkan dengan data tinggi popliteal ibu, lebar alas duduk dibandingkan dengan lebar pinggul, kedalaman alas duduk dibandingkan dengan jarak pantat-popliteal, tinggi sandaran punggung dibandingkan dengan tinggi duduk tegak atau tinggi bahu duduk, lebar sandaran punggung dibandingkan dengan lebar bahu bideltoid atau biacromial, tinggi sandaran tangan dibandingkan dengan tinggi siku duduk, dan panjang sandaran tangan dibandingkan dengan jarak siku ke ujung jari. Kemudian masing-masing dilihat kesesuaian ukurannya antara dimensi kursi dan dimensi tubuh yang terukur. 3. Dilakukan pengklasifikasian pada masing-masing dimensi kursi, yaitu dimensi kursi yang sesuai dengan dimensi tubuh ibu dan dimensi kursi yang tidak sesuai dengan dimensi tubuh ibu. Untuk pengolahan data penilaian postur dengan metode RULA, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memberi skor pada postur tubuh grup A yang terdiri dari lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan putaran pergelangan tangan. a. Kriteria penilaian lengan atas: 1 Skor 1 untuk pergerakan lengan atas sebesar 20 o ke depan maupun ke belakang tubuh. 2 Skor 2 untuk pergerakan lengan atas lebih dari 20 o ke belakang atau 20 o -45 o . 3 Skor 3 untuk pergerakan lengan atas 45 o -90 o 4 Skor 4 untuk pergerakan lengan atas lebih dari 90 o . Penambahan atau pengurangan skor diberikan apabila sikap bahu naik ditambah 1, lengan berputar atau bengkok ditambah 1, dan terdapat sanggahan pada lengan atau lengan dalam posisi bersandar dikurangi 1. b. Kriteria penilaian lengan bawah: 1 Skor 1 untuk pergerakan lengan bawah sebesar 60 o -100 o . 2 Skor 2 untuk pergerakan lengan bawah 0 o -60 o atau lebih dari 100 o . Penambahan skor diberikan apabila lengan bawah bekerja melewati garis tengah atau keluar dari sisi tubuh masing-masing ditambah skor 1. c. Kriteria penilaian pergelangan tangan: 1 Skor 1 apabila pergelangan tangan berada pada posisi netral. 2 Skor 2 apabila pergerakan pergelagan tangan 0 o -15 o ke atas maupun ke bawah. 3 Skor 3 apabila pergerakan pergelangan tangan lebih dari 15 o . Penambahan skor diberikan apabila pergerakan pergelangan tangan menjauhi sisi tengah, yaitu ditambah skor 1. d. Kriteria penilaian putaran pergelangan tangan: 1 Skor 1 apabila pergelangan tangan berada pada posisi tengah dari putaran. 2 Skor 2 apabila pergelangan tangan berada pada atau dekat dari putaran. 2. Setelah penilaian pada masing-masing postur tubuh pada grup A selesai diberikan, kemudian masing-masing skornya dimasukkan ke dalam tabel A. Pertemuan silang antara masing-masing skor akan menghasilkan skor postur tubuh grup A. 3. Skor postur tubuh grup A kemudian ditambahkan dengan skor aktivitas, yaitu untuk postur statis satu atau lebih bagian tubuh statis atau diam atau pengulangan tindakan dilakukan berulang-ulang lebih dari empat kali per menit ditambahkan skor 1. 4. Setelah ditambahkan skor aktivitas, ditambahkan juga skor beban dengan kriteria sebagai berikut: a. Skor 0 ditambahkan untuk beban kurang dari 2 kg. b. Skor 1 ditambahkan untuk beban 2-10 kg dan hanya sesekali dilakukan. c. Skor 2 ditambahkan untuk beban 2-10 kg dan jika postur statis dan dilakukan berulang-ulang. d. Skor 3 diberikan untuk beban lebih dari 10 kg. 5. Skor postur tubuh grup A, skor aktivitas, dan skor beban dijumlahkan. Hasil penjumlahannya dimasukkan pada tabel C. 6. Memberikan skor pada postur tubuh grup B yang terdiri dari leher, batang tubuh, dan kaki. a. Kriteria penilaian leher: 1 Skor 1 diberikan apabila pergerakan leher 0 o -10 o ke depan. 2 Skor 2 diberikan apabila pergerakan leher 10 o -20 o ke depan. 3 Skor 3 diberikan apabila pergerakan leher lebih dari 20 o ke depan. 4 Skor 4 diberikan apabila pergerakan leher ke atas ekstensi. Penambahan skor pada leher diberikan apabila leher berputar atau menekuk. Masing-masing ditambahkan skor 1. b. Kriteria penilaian batang tubuh: 1 Skor 1 diberikan apabila berada pada posisi duduk dan ditopang dengan baik terdapat sandaran dengan sudut paha-tubuh 90 o atau lebih. 2 Skor 2 diberikan apabila pergerakan batang tubuh 0 o -20 o atau ketika duduk tidak terdapat sandaran. 3 Skor 3 diberikan apabila pergerakan batang tubuh 20 o -60 o . 4 Skor 4 diberikan apabila pergerakan batang tubuh lebih dari 60 o . Penambahan skor pada batang tubuh dilakukan apabila batang tubuh berputar atau bungkuk. Masing-masing ditambahkan skor 1. c. Kriteria penilaian kaki: 1 Skor 1 diberikan apabila posisi kaki normal atau seimbang dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki. 2 Skor 2 diberikan apabila posisi kaki tidak seimbang dimana kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata. 7. Setelah penilaian pada masing-masing postur tubuh pada grup B selesai diberikan, kemudian masing-masing skornya dimasukkan ke dalam tabel B. Pertemuan silang antara masing-masing skor akan menghasilkan skor postur tubuh grup B. 8. Setelah diperoleh hasil skor postur tubuh grup B, kemudian ditambahkan skor aktivitas dan skor beban sebagaimana disebutkan di atas. 9. Skor postur tubuh grup B, skor aktivitas, dan skor beban dijumlahkan. Hasil penjumlahannya dimasukkan pada tabel C. 10. Pertemuan silang antara skor hasil penjumlahan skor tubuh grup A, skor aktivitas, dan skor beban dengan skor hasil penjumlahan skor tubuh grup B, skor aktivitas, dan skor beban pada tabel C menghasilkan skor akhir RULA. 11. Skor akhir RULA kemudian digunakan untuk menentukan level risiko ergonomi dan tindakan yang harus dilakukan. Sedangkan pengolahan data hasil wawancara mendalam, dilakukan dengan cara mereduksi data hasil wawancara mendalam. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Miles dan Huberman 1984 dalam Sugiyono 2009 Pada penelitian ini, hasil wawancara mendalam yang telah direkam, diterjemahkan secara tertulis berupa transkrip wawancara. Selanjutnya keseluruhan data tersebut dikumpulkan dan direduksi dan disajikan dalam bentuk teks naratif sesuai dengan tujuan dilakukannya wawancara mendalam.

G. Analisis Data