Pengujian Hipotesis Ketiga Pengujian Hipotesis

dimaksudkan untuk membantu siswa dalam meraih prestasi belajar secara optimal. Namun pada kenyataaannya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Dari hasil penelitian didapatkan untuk indikator memudahkan siswa untuk menangkap isi pelajaran dan mendukung pencapaian hasil belajar mendapatkan skor rendah. Menurut penulis dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru dalam menggunakan media pembelajaran tidak sesuai dengan prinsip penggunaan media pembelajaran yaitu belum mempertimbangkan tujuan pemilihan media pembelajaran. Ketidaksesuaian tersebut dapat dilihat dari tidak adanya media pembelajaran yang komunikatif dan interaktif. Yang terjadi guru seringkali hanya menggunakan media pembelajaran konvesional papan tulis dan beberapa kali menggunakan media pembelajaran berupa slide powerpoint hanya menampilkan ringkasan materi pelajaran. Saat guru menggunakan media pembelajaran tersebut terkadang siswa hanya memandang media pembelajaran tersebut sebagai sebuah hiburan dan bukan sebagai alat mengembangkan pikiran siswa dan memahami materi ajar. Media interaktif merupakan media yang mampu melibatkan banyak indera dalam penggunaannya, sedangkan media pembelajaran komunikatif adalah media pembelajaran yang dapat menggugah siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran interaktif dan komunikatif ini dapat merangsang siswa untuk belajar mandiri, sehingga dapat diketahui pula kecepatan belajar siswa. Ketika siswa dapat menggunakan media pembelajaran yang dapat mereka gunakan sendiri dalam kelas ataupun di rumah maka siswa akan lebih bisa memahami materi yang diajarkan oleh guru dan siswa pun dapat mengatur sendiri kecepatan mereka agar prestasi belajar yang mereka harapkan dapat tercapai. Suasana belajar dalam kelas juga akan lebih hidup karena setiap siswa mampu menyampaikan ide dan gagasan mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidakefektivan penggunaan media pembelajaran menjadi faktor utama dalam kegagalan penggunaan media pembelajaran.

2. Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan

Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Menurut hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa tidak ada pengaruh penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Kesimpulan tersebut didasarkan pada perhitungan chi kuadrat yang menunjukkan bahwa nilai chi kuadrat hitung sebesar 0.239 lebih kecil dari chi kuadrat tabel sebesar 3.840. Deskripsi data pengaruh penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual terhadap prestasi belajar ekonomi siswa menunjukkan bahwa 82 siswa 87.23 setuju dengan penggunaan penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan untuk nilai prestasi yang diukur dengan nilai rapor untuk mata pelajaran ekonomi menunjukkan 83 siswa atau 88.3 berada pada kategori nilai yang sangat rendah. Penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual diduga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dengan kehidupan yang sebenarnya. Siswa diharapkan bisa menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri ilmu yang mereka dapatkan. Peran guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Pendekatan kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Dengan demikian penggunaan pendekatan kontekstual ini diduga akan mempermudah siswa untuk mencapai prestasi belajar mereka secara optimal. Namun pada kenyataaannya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Menurut penulis, penyebab tidak adanya pengaruh tersebut berkaitan dengan masih diberlakukannya Ujian Nasional UN sebagai hasil akhir penentuan kelulusan. Akibat diberlakukan ujian nasional, peran guru dalam proses pembelajaran menjadi semakin menipis Saptono, 13:2008. Dengan demikian dengan adanya ujian nasional guru menjadi tidak leluasa untuk mengembangkan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual. Mau tidak mau guru dan sekolah akan lebih memfokuskan siswa pada bagaimana siswa memperoleh nilai yang bagus dan dapat lulus ujian. Kriteria kelulusan bukan berdasarkan penilain awal, proses, dan penilaian akhir seperti yang ada pada pendekatan kontekstual, melainkan lebih condong kepada nilai akhir yang diperoleh oleh siswa. Padahal, bagi siswa yang lulus ataupun tidak lulus, keterampilan dan sikap transformasi diri adalah dua hal penting yang sangat menentukan kualitas hidup anak didik kelak. Penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh guru hanya sebatas strategi saja dalam artian guru hanya membuat konsep untuk mempermudah penyampaian materi sehingga siswa bisa hapal akan materi dan bukan paham mengenai materi yang diberikan. Menurut Saptono 13:2008, banyak fakta ditemukan bahwa sekolah menempuh berbagai cara agar peserta didik lulus ujian. Para pimpinan sekolah tidak yakin dengan strategi mengajar yang dilakukan guru dan tidak yakin dengan kemampuan siswa, sehingga mereka tidak segan-segan untuk melakukan kontrak kerja dengan lembaga belajar di luar sekolah, padahal dengan adanya pendekatan kontekstual siswa akan mendapat tidak hanya prestasi belajar dalam bentuk nilai tapi juga perubahan sikap dan ketrampilan yang dapat digunakan sebagai modal agar dapat digunakan untuk melangkah kedepan. Kondisi ini menjadi