Tokoh-tokoh dalam kutipan novel:

126 Timothy dan Titus saling berpandangan dengan bimbang. Sarah-Jane tampak kesal. “Kalian suka madu ini?” tanyanya. “Madu ini enaaak sekali,” kata Titus. “Lezat,” Timothy menyetujuinya. “Nah, menurut kalian, dari mana asal madu ini?” tanya Sarah-Jane lagi. “Dari lebah-lebah milik tetanggaku. Jangan menghina lebah-lebah manis itu kalau kalian sudah makan madunya.” “Oke, tapi kita harus buat perjanjian,” kata Timothy. “Kami mau melihat sarang lebah itu bersamamu asal kau berhenti bilang kalau lebah-lebah itu manis. Sarah-Jane berpikir sejenak. “Baiklah,” sa- hutnya. “Tunggu saja sampai kalian melihat- nya”

Bagian 2 Lebah-Lebah Ganas

“Ngomong-ngomong,” kata Sarah-Jane, “aku sudah nggak sabar lagi ingin bertemu Pak dan Bu B” “S-J” seru Titus. Kau kan sudah setuju untuk tidak menyebut lebah dengan manis.” “Nggak kok” protes Sarah-Jane kesal. “Ngaku saja,” kata Timothy, “kau menyebut mereka Pak dan Bu. Panggilan yang manis, kan?” “Bukan, bukan, bukan, bukan” jerit Sarah- Jane. “Maksudku bukan B-E-E yang artinya le- bah, tapi huruf B. Nama tetanggaku itu panjang, sulit diingat atau dieja. Maka semua orang me- manggilnya sengan huruf pertamanya saja. Pak dan Bu B.” “Ooo,” kata Titus, “jadi Pak dan Bu B itu nama pemiliknya. Tetap aja lucu kedengar- annya.” “Tapi mereka kan tak sengaja,” sahut S-J. “Itu karena B adalah huruf awal nama mereka. Mereka tak bisa menolaknya.” Sarah-Jane memutuskan untuk tidak cerita tentang kotak surat Pak dan Bu B yang terletak di halaman depan rumah mereka, karena kotak itu dicat menyerupai lebah madu raksasa. “Kalaupun nama Pak dan Bu B kedengaran lucu, itu bukan salahku. Dan, itu artinya tidak melanggar perjanjian kita. Kalian harus ikut aku melihat melihat sarang lebah itu.” Timothy dan Titus sadar kalau mereka kalah. Begitu juga Sarah-Jane. Ia juga yakin kalau ke- dua sepupunya sebenarnya juga tertarik untuk melihat lebah dari dekat. “Kapan kita ke sana?” tanya Titus. Sarah-Jane melihat ke langit dan menge- rutkan dahi. “Kalau cuacanya cerah. Lebah tidak suka cuaca lembab dan berawan. Mereka akan berubah ganas karena tidak bisa terbang dengan bebas.” “Lebah-lebah ganas,” kata Titus. “Sepertinya menarik.” “Jangan khawatir,” kata Sarah-Jane. “Pak B tak akan mengajak kita ke sana kalau berbaha- ya. Ia juga tidak pernah ke sana jika cuacanya buruk, kecuali terpaksa.” “S-J” Timothy tercekat. “Katamu lebah-lebah itu sangat menyenangkan.” “Memang” jawab Sarah-Jane. “Tapi orang pun kadang-kadang bisa berubah jadi ganas, kan? Ia memandangi kedua sepupunya. “Apa- lagi jika mereka dikurung bersama dengan enam puluh ribu orang lain.” “Enam puluh ribu?” tanya Titus tak percaya. “Maksudmu enam puluh ribu lebah?” Sarah-Jane mengangkat bahunya. “Kurang lebih itu jumlah mereka dalam satu sarang. Aku ingin kalian cepat-cepat melihatnya Cuaca diramalkan akan cerah sore nanti. Kuharap ramalan itu benar.” Kemudian Sarah-Jane memikirkan cara lain untuk melihat sarang lebih itu. Bukan dari dekat, tapi dari loteng rumahnya.

Bagian 3 Dari Jendela Loteng

Sarah-Jane mengajak kedua sepupunya naik ke atas loteng di lantai dua rumahnya. Ayahnya baru saja merombak loteng itu menjadi ruang kerja ibunya. Ibu Sarah-Jane adalah seorang penjahit dan perancang deko- rasi. Ia memerlukan ruangan yang lebih besar