Membaca Dongeng Menulis Kembali dengan Bahasa Sendiri Dongeng
27
nya sambil terkejut. Ia tidak mengira mendapat- kan cincin dari ikan yang dipancingnya.
Cincin itu terbuat dari emas dengan mata kecil dari batu mirah delima. “Cincin yang
sangat indah,” gumamnya. “Bagus sekali cincin ini, pasti pas buat ibu. Eh, tapi kalau ada yang
punya, aku bisa dikira maling,” katanya.
Ia bimbang. Ingin sekali ia memberikan cin- cin itu kepada ibunya, tetapi di sisi lain ia tidak
mau yang punya cincin ini kehilangan. “Sebaiknya besok cincin ini kuserahkan
kepada kepala desa,” pikirnya. Keputusan itu diambilnya dan membuang pikiran jauh-jauh niat
semula. Sorenya ia menunjukkan cincin itu kepada
ibunya sambil menceritakan kejadian sebenar- nya. Ibunya menyarankan agar menyerahkan
kepada kepala desa, sama seperti keputusan- nya.
Keesokan harinya, dengan ditemani Daru, sahabatnya, ia menuju ke rumah kepala desa.
Dalam perjalanan, Daru menggoda Aria Tang- guh. “Eh, Guh, apa tidak sebaiknya kita jual
saja cincin ini, kita bisa membeli makanan yang enak-enak, iya to, he – he ...,” candanya sambil
memegang perutnya yang gendut.
“Makanan terus lho pikiranmu itu. Kemarin kan sudah aku kasih ikan banyak. Emang perut-
mu itu terbuat dari apa sih?” timpal Aria diselingi tawa.
Mereka memang bersahabat sejak kecil. Daru anak yatim piatu karena ayah dan ibunya
meninggal akibat bencana gunung meletus. Sejak itu ia ikut pamannya. Aria senang ber-
sahabat dengan Daru. Meskipun sedikit nakal, Daru memiliki hati yang baik.
Dalam perjalanan itu Aria dan Daru dike- jutkan oleh kerumunan penduduk yang sedang
membaca kertas yang ditempel pada sebatang pohon besar. Karena penasaran, mereka berdua
mendekatinya dan membacanya. “Perhatian, barangsiapa menemukan cincin emas dengan
batu mirah delima akan diberi hadiah oleh Paduka Raja Sentanu”. Ternyata kertas itu
sayembara. Daru cepat-cepat menarik tangan Aria. “Guh, kalau begitu, kita harus cepat-cepat
menyerahkan cincin ini kepada kepala desa, siapa tahu kamu dapat hadiah yang buaannyak,
nanti bagi-bagi aku ya ... .”
“Huh, hadiah saja yang kamu pikirkan. Nanti perut gendutmu itu bisa meledak,” gurau Aria
sambil meneruskan perjalanan. Sesampai di rumah kepala desa, mereka
langsung menuju pintu gerbang yang memang terbuka. Akan tetapi, mereka dihadang lima
pengawal. Salah seorang menghardik mereka dengan suara keras. “Mau apa kalian ke sini?
Kalian tidak tahu bahwa Raja Sentanu dan Putri Ningrum sedang berada di pendopo? Kalian bisa
dipenjara kalau masuk seenaknya.”
“Hamba hanya ingin bertemu kepala desa untuk menyerahkan cincin ini,” jawab Aria
disertai anggukan Daru yang berdiri sambil gemetar.
“Coba berikan kepadaku” kata pengawal itu sambil menyambar bungkusan yang dibawa
Aria. Mata pengawal itu terkagum-kagum meli- hatnya. Begitu juga empat pengawal yang lain.
Kemudian mereka saling berbisik, “Sebaiknya kita usir kedua pemuda ini, setelah itu baru kita
serahkan cincin ini kepada baginda raja. Pasti beliau akan sangat berterima kasih kepada kita,
he-he-he...,” ujar salah seorang pengawal pelan, takut kedengaran.
“Benar itu Kang. Toh mereka tidak tahu siapa yang menemukannya pertama kali,” timpal yang
lainnya. Sebuah rencana jahat telah dibuat. Seorang pengawal maju mendekati Aria dan
Daru, “Sekarang kalian pergi dari sini, cepat... Kalau tidak, kalian akan kulaporkan sebagai
pencuri. Mau masuk penjara?” Aria tidak ingin membuat keributan. Ia
mengajak Daru pulang. Meski enggan, Daru menyetujuinya dan mereka berpamitan kepada
lima pengawal tadi.
“Tunggu” Tiba-tiba terdengar suara wanita dari dalam rumah. Kelima pengawal itu sangat
terkejut dengan muka memerah. Ketika pintu terbuka, keluarlah seorang putri nan cantik jelita.
Dialah Putri Ningrum, putri Baginda Raja Sentanu.
“Pengawal, jangan kau usir kedua orang itu” bentak Putri Ningrum yang rupanya sudah dari
tadi memerhatikan kelima pengawal itu dari balik pintu. Maka kelima pengawal itu akhirnya
dihukum berat.
Setelah melihat cincin itu, Raja Sentanu
Aria Tangguh dihadang pengawal ketika hendak menyerahkan cincin kepada Paduka Sentanu
28
mengucapkan terima kasih kepada Aria. “Nak, karena engkau telah menemukan cincin kesa-
yangan putriku, apa pun yang kau minta akan kuberikan. Sekarang, katakanlah”
Aria menjadi bingung, tidak tahu harus men- jawab apa. Dia terus bersimpuh menundukkan
kepala tanpa berkata-kata. Setelah lama tidak mendengar jawaban dari
Aria, Raja Sentanu melirik ke arah putrinya sambil tersenyum, kemudian melangkah ke
arah penduduk desa yang sedang berkerumun. “Wahai para penduduk desa, karena Aria
Tangguh telah berbuat baik dengan menyerah- kan cincin ini kepada putriku, maka hari ini ku-
umumkan bahwa dia kuangkat sebagai penga- wal pribadiku dan sekaligus menantuku.”
Aria Tangguh kaget luar biasa. Dia menangis haru sambil menatap Putri Ningrum. Dia me-
mang telah jatuh cinta sejak pandangan pertama tadi.
Selang beberapa hari kemudian, Aria Tangguh dan Putri Ningrum pun menikah. Para
penduduk Kerajaan Japati sangat gembira. Per- nikahannya berlangsung sangat meriah. Mereka
pun hidup berbahagia selamanya.
Dian Kartikasari Kompas, 30 Oktober 2005, dengan penyesuaian
1. Bacalah kembali dongeng “Aria Tangguh”, kemudian analisislah:
a. nama-nama pelaku, b. tempat-tempat kejadian, dan
c. peristiwa-peristiwa dalam dongeng secara berurutan.
2. Berdasarkan catatan kalian, ceritakan kembali dongeng tersebut dengan
bahasa sendiri di depan kelas secara bergiliran
3. Berilah komentar terhadap hasil pence- ritaan teman kalian