4
1. Cari dan bacalah sebuah dongeng 2. Analisislah unsur-unsur dongeng yang
kalian baca tersebut 3. Tuliskan relevansi isi dongeng tersebut
dengan situasi sekarang pengalaman, peristiwa, atau kejadian pada orang
lain dapat disebut bercerita. Mendongeng juga merupakan salah satu bentuk bercerita.
Bagaimana cara mendongeng yang baik? Dalam pelajaran ini kalian akan memelajarinya.
Mendongeng adalah menyampaikan atau menceritakan dongeng kepada orang lain dalam
hal ini adalah teman-teman kalian di kelas. Oleh karena itu, sebelum mendongeng, kalian harus
memerhatikan beberapa teknik.
a. Urutan yang baik, berkaitan dengan alur
cerita. Alur cerita harus berjalan dengan baik sehingga ceritanya menjadi jelas ketika
didengar.
b. Suara, berhubungan dengan lafal dan
intonasi kalian. Lafal berhubungan dengan ketepatan pengucapan, sedangkan intonasi
berhubungan dengan naik turunnya nada. Hal ini harus kalian perhatikan karena lafal
dan intonasi yang baik membuat pendengar mengerti akan jalan cerita yang kalian
sampaikan.
c. Gestur atau gerak tubuh, membantu dalam
penceritaan agar pendengar bisa ikut membayangkan suasana cerita.
d. Mimik atau gerak wajah, bisa membantu
pendengar untuk membayangkan suasana yang terdapat dalam cerita. Misalnya, ketika
tokoh merasa sedih, kalian bisa menampil- kan mimik kalian yang bersedih.
Namun, sebelum mendongeng ada hal-hal yang perlu kalian siapkan.
1.2.1 Langkah-langkah Mendongeng
Langkah-langkah mendongeng antara lain: 1.
menyiapkan bahan cerita dongeng, 2.
membaca teks dongeng berulang-ulang, 3.
mengingat-ingat jalan cerita, tokoh, waktu, dan tempat kejadiannya,
4. mencoba berlatih tanpa teks sampai lancar,
dan 5.
mendongeng di depan kelas dengan suara yang jelas dan sikap berdiri yang baik.
Teks dongeng berikut ini dapat kalian ja- dikan bahan untuk mendongeng. Akan tetapi,
jika kalian sudah mempunyai bahan, kalian dapat menggunakannya untuk mendongeng
1.2 Bercerita dengan Urutan yang Baik, Suara, Lafal,
Intonasi, Gestur, dan Mimik yang Tepat
Ketika kalian mempunyai pengalaman yang menarik, tentunya kalian ingin menceritakannya
pada teman atau sahabat kalian. Menceritakan Kalian tinggal di masyarakat yang majemuk.
Masyarakat di sekitar kalian pasti memiliki karak- ter yang beragam, ada yang ramah, dermawan,
usil, sadis, penyabar, penyayang, judes, dan lain-lain. Jika dikaitkan dengan dongeng
“Mengapa Beo Selalu Menirukan Suara”, tentu kalian bisa mencocokkan watak-watak tokoh
dongeng itu dengan masyarakat di sekitar kalian.
1. Bentuklah kelompok diskusi beranggo- takan 3 orang
2. Diskusikan permasalahan berikut ini a. Menurut kalian, apakah perilaku Beo
patut dicontoh? Jelaskan beserta alasannya
b. Menurut kalian, apakah hukuman yang diterima Beo sesuai dengan
kesalahannya? Jelaskan beserta alasannya
c. Apa yang akan kalian lakukan jika di antara teman kalian ada yang mem-
punyai kebiasaan usil pada teman Jelaskan beserta alasannya
BERBICARA
5
sekuat ketika aku masih muda, aku dilepas begitu saja agar mencari makan sendiri. Namun
melihat aku gemuk, aku ditangkapnya untuk dijualnya seperti sekarang ini. Jadi, sepantas-
nya kalau manusia yang pernah menolongmu itu engkau bunuh” kata kerbau menyudahi
ceritanya.
“Kau dengar?” kata ular. ”Tepati janjimu dan bersiaplah engkau untuk mati.”
Ular melihat sekeliling. Tampak kepadanya sebatang pohon nyiur. Mereka pergi ke tempat
pohon nyiur tumbuh, ular bertanya: “Hai, pohon nyiur, apakah balasan budi baik?”
Pohon nyiur menjawab: “Manusia menjadikan kejahatan sebagai balasan untuk
kebaikan. Sudah demikian sifat manusia. Dengarkan apa sebabnya. Buahku yang muda
memberikan minum yang sedap bagi manusia. Semuanya menyukai air kelapa muda. Buah
kelapa yang tua dijadikan minyak yang hampir setiap hari digunakan oleh mereka. Tempurung,
sabut, daun yang muda maupun yang tua atau kering dapat dijadikan beraneka keperluan
manusia sehari-hari. Sekarang setelah aku tua dan tak ber-buah lagi apa yang diperbuatnya?
Akan ditebangnya aku esok hari. Batangku akan dijadikan jembatan atau kasau rumah. Saguku
yang ada di bagian ujung batangku diberikannya kepada ayam dan lembunya. Dan, berakhirlah
nyawaku esok hari”.
“Aah, sekarang engkau baru percaya bahwa akulah yang benar,” ujar ular itu pula. “Tahukah
kita bagaimana semestinya kebaikan harus dibalas. Tentang saksi-saksi sudah cukup dua
itu. Bersiaplah, supaya engkau dapat aku gigit sampai mati”.
“Ular Siapa dapat mengatakan bahwa kedua saksi itu dapat dipercaya? Ini belum dapat kita
sahkan. Sebab itu, untuk yang terakhir kali dan
1.2.2 Teks Dongeng
Cermatilah dongeng berikut ini
Seorang Pedagang dengan Seekor Ular
Seorang pedagang yang penyayang bina- tang berangkat ke pasar bersama seekor kuda
yang membawa dagangannya. Karena masih terlalu pagi, ia beristirahat dan membuat api
unggun. Kebetulan angin bertiup cukup kencang hingga bunga-bunga api beterbangan cukup
jauh.
Setelah terang, berangkatlah pedagang itu dari tempat istirahatnya. Ia agak terkejut ketika
dilihatnya rumput dan semak terbakar. Ketika ia beranjak pergi beberapa langkah, ia terkejut
oleh suara minta tolong yang ternyata seekor ular besar yang telah terkurung api. Pedagang
agak ragu sebentar sebab ular umumnya bertabiat jahat, tidak tahu berterima kasih,
apalagi membalas budi baik. Tetapi karena rasa sayangnya pada binatang, akhirnya ditolonglah
juga ular itu.
Setelah ular terlepas dari bahaya, berkatalah ular, ”Tahukah kau, hai manusia, bahwa ke-
baikan dibalas dengan kejahatan?” “Apa maksudmu?” jawab pedagang.
“Aku hendak membunuhmu dengan taring berbisaku yang sudah lama tidak kugunakan
sehingga terasa sakit.” “Hai, Ular Ingatlah Engkau masih dapat
hidup karena pertolonganku. Kini engkau akan membunuhku. Di mana rasa terima kasihmu?”
kata pedagang meradang.
“Terserah apa katamu. Yang jelas engkau tidak dapat lolos dari ketajaman gigi berbisa-
ku,” sahut ular lebih mendongakkan kepalanya sampai dekat dengan muka pedang.
“Baiklah, kalau begitu. Tetapi aku minta tiga saksi yang mau membenarkan niatmu”
Mereka pun lalu mencari tiga saksi itu. Mula- mula dijumpainya kerbau yang ditambat. Kata
ular: “Hai, Kerbau, apa pendapatmu? Apakah sudah layak kebaikan dibalas dengan
kejahatan?”
“Untuk menjawab pertanyaanmu, dengar- kanlah ceritaku” seru kerbau. “Manusia itu tak
tahu berterima kasih. Buktinya, aku alami sendiri. Ketika aku masih kuat, aku dipelihara-
nya. Waktu aku punya anak, air susuku pun diperahnya. Tetapi setelah aku tua dan tidak
Sang Kerbau menjadi saksi pertama yang dipilih ular untuk menghukum manusia