Membaca Buku Cerita Anak

7 akan segera keluar dari gardunya untuk meng- hentikan arus kendaaan umum yang melintasi jalan rel. Hal itu sudah dikerjakannya bertahun- tahun. Setiap hari, dengan jarak waktu dan urutan yang tetap, sepuluh sampai dua belas kali ia bolak-balik mengatur lalu lintas. Tetapi pada hari itu, setelah beberapa lama lonceng itu berbunyi Pak Sarpan tidak muncul- muncul juga. Padahal, kereta api yang hendak lewat sudah kedengaran derunya dari kejauhan. Anak-anak yang tengah bermain tiba-tiba tertegun melihat kejanggalan itu. “Kenapa Pak Sarpan belum juga menutup palang kereta api?” tanya Iwan. “Barangkali dia tertidur,” jawab Herman. “Tidak mungkin,” sahut Nuri, “Pak Sarpan tidak pernah ketiduran pada saat menjalankan tugasnya.” “Padahal, kereta api sudah dekat,” kata Totok. Kereta api yang makin lama makin men- dekat itu adalah kereta api ekspres. Lalu lintas di jalan raya yang memotong rel kereta itu ramai sekali waktu itu. “Kalau begitu, kita harus berusaha mence- gah terjadinya malapetaka,“ kata Herman. Terburu-buru, ia pun keluar dari dalam air sambil menyambar celana dan bajunya. Dikenakannya pakaiannya lalu berlari cepat-cepat ke arah palang kereta api. Teman-temannya segera me- nyusulnya dan dengan lambaian tangan mereka mengisyaratkan niatnya hendak menutup jalan bagi kendaraan yang akan lewat. Tanpa meng- hiraukan bunyi klakson yang bersahut-sahutan keempat anak itu menutup palang jalan. Tindakan anak-anak itu menyebabkan kemarahan pengemudi kendaraan yang merasa dipermainkan. Beberapa pengemudi truk bahkan menyumpahi anak-anak itu. Ada juga penumpang yang turun karena ingin tahu lebih banyak. Sebelum keributan itu reda, terdengar suara gemuruh dan kereta api ekspres lewat dengan cepatnya. Barulah orang-orang sadar bahwa mereka nyaris mati tergilas. Berapa banyak korban yang mungkin jatuh andaikata anak-anak itu tidak cepat-cepat menutup palang kereta api itu. Setelah jalan dibuka kembali, anak-anak itu bergegas lari ke gardu Pak Sarpan karena ingin tahu apa yang terjadi dengan penjaga palang yang sudah berumur itu. Alangkah kagetnya mereka ketika mendapati Pak Sarpan terkapar lemas di lantai. Ia kedengaran merintih kesa- kitan. “Cepat panggil dokter,” kata Iwan kepada temannya. “Jangan, jangan. Tidak usah memanggil dokter,” bantah Pak Sarpan. “Aku hanya masuk angin. Panggil saja Pak Bayan supaya ia meng- gantikan aku di sini.” “Masakan hanya masuk angin. Badan Pak Sarpan kelihatan begitu lemas. Tadi hampir saja terjadi kecelakaan karena palang jalan yang tidak tertutup. Untung, kami tidak terlambat.” “Jadi, kalian yang menutup palang itu?” “Ya, dan Pak Sarpan sekarang harus cepat mendapat pertolongan dokter,” kata Totok. “Memang aku tahu bahwa kereta api akan lewat, tetapi ketika lonceng berbunyi dan aku hendak menutup jalan, aku tidak kuat bangun,” katanya dengan tersendat-sendat. “Aku, ... aku ... tak mampu membayar ongkos dokter. Makanya biar, tak usah aja.” “Coba, saya panggil paman saya saja. Dia mantri juru rawat di rumah sakit,” kata Herman. Ia lalu keluar mencari sepeda pada tetangganya untuk menjemput pamannya itu. Tidak berapa lama, Herman pun datang membonceng sepeda beserta Pak Darman, pamannya, sambil mengempit tas alat keseha- tannya. Pak Darman langsung memeriksa Pak Sarpan dengan saksama. Dahinya berkerut- kerut melihat si sakit itu. Anak-anak dengan hati cemas menantikan hasil pemeriksaannya. Dalam batin mereka berdoa agar Pak Sarpan dapat tertolong. “Untung saja kalian cepat-cepat memanggil aku. Kalau tidak, bagaimana jadinya. Pak Sarpan sakit parah. Rupa-rupanya sudah lama ditahannya saja sampai pada puncak penderita- annya,” kata Pak Darman setelah memeriksa Pak Sarpan. Kemudian anak-anak itu pun menerima pesan dari Pak Darman tentang apa yang harus Alangkah kagetnya mereka ketika mendapati Pak Sarpan terkapar lemas di lantai 8 dilakukan oleh mereka sementara ia mencari pertolongan. “Kalian tinggal di sini dulu. Aku akan meng- ambil mobil ambulans ke rumah sakit. Pak Sarpan harus dirawat di rumah sakit,” katanya. “Herman turut dengan mobil kami nanti untuk melaporkan kejadian ini kepada kepala stasiun.” Setelah Pak Sarpan dibawa ke rumah sakit, Totok dan Iwan tinggal di gardu, sedangkan Nuri pergi menjemput Pak Bayan untuk meng- gantikan tugas Pak Sarpan sebagai penjaga pa- lang jalan. Hari itu tak akan mudah dilupakan, keempat pemuda itu yang tidak sadar bahwa mereka patut disebut pahlawan. T. Sutidja, Buku Bacaan Bahasa Indonesia

1.3.2 Menyebutkan Hal-hal yang

Menarik dan Tidak Menarik dengan Alasan yang Logis Banyak hal menarik dalam cerita “Pahlawan Kecil”, terutama perilaku yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya. Hal yang dilakukan tokoh Iwan dan teman-temannya patut kalian contoh. Hal-hal yang menarik dalam cerita bisa kalian tiru di dalam kehidupan kalian, sedangkan hal- hal yang tidak menarik tidak patut kalian contoh dalam kehidupan kalian. Cermati kutipan berikut ini Tindakan anak-anak itu menyebabkan ke- marahan pengemudi kendaraan yang merasa dipermainkan. Beberapa pengemudi truk bahkan menyumpahi anak-anak itu. Ada juga penumpang yang turun karena ingin tahu lebih banyak. Sebelum keributan itu reda terdengarlah suara gemuruh dan kereta api ekspres lewat dengan cepatnya. Barulah or- ang-orang sadar bahwa mereka nyaris mati tergilas. Berapa banyak korban yang mungkin jatuh andaikata anak-anak itu tidak cepat- cepat menutup palang kereta api itu. 2. Ceritakan kembali cerita anak tersebut di depan teman-teman kalian dengan urutan yang tepat 3. Apakah kalian tertarik terhadap cerita tersebut? Berikan alasannya 1. Tulislah hal-hal yang menarik dan yang tidak menarik dari cerita anak tersebut beserta alasannya

1.3.3 Penggunaan dan Makna

Imbuhan meng- Perhatikan kutipan berikut ini Kesimpulannya imbuhan meng- dapat di- lekatkan pada kata dasar yang didahului fonem vokal a, i, u, e, o, dan fonem g, h, k. Khusus fonem k, fonem tersebut luluh.

2. Kaidah 2

membangun berasal dari meng - bangun memaku berasal dari meng - paku memoto berasal dari meng - foto memveto berasal dari meng - veto Imbuhan meng- berubah menjadi mem- jika dilekatkan pada kata dasar yang diawali fonem b, p, f, v.

3. Kaidah 3

mencuci berasal dari meng - cuci mendengar berasal dari meng - dengar menjala berasal dari meng - jala menerkam berasal dari meng - terkam Dalam kutipan di atas ada peristiwa menarik. Pengemudi yang marah menjadi sadar bahwa kemarahan mereka keliru. Anak-anak itu sebe- narnya ingin menyelamatkan nyawa mereka. Pada kutipan teks di atas terdapat kata ber- imbuhan meng- yang melekat pada bentuk da- sar tetes menjadi menetes. Imbuhan meng- yang melekat pada bentuk dasar tunggu menjadi menunggu.

A. Bentuk imbuhan meng-

Berikut ini 6 kaidah dalam pembentukan imbuhan meng-.

1. Kaidah 1

mengarah berasal dari meng - arah menginjak berasal dari meng - injak mengubah berasal dari meng - ubah mengelak berasal dari meng - elak mengolah berasal dari meng - olah mengganggu berasal dari meng - ganggu mengharap berasal dari meng - harap 1 Jika hujan turun, air menetes memba- sahi buku siswa. 2 Sambil menunggu balasan surat, Udan dan Ketua Komite Sekolah terkait, Faisal 47, mendatangi kantor-kantor pemerin- tah di Kabupaten Bogor. 9 4. Kaidah 4 merokok berasal dari meng - rokok melatih berasal dari meng - latih memakan berasal dari meng - makan mewabah berasal dari meng - wabah meyakini berasal dari meng - yakin Imbuhan meng- berubah menjadi me- jika dilekatkan pada kata dasar yang didahului fonem l, m, r, w, y. Imbuhan meng- berubah menjadi meny- jika dilekatkan pada kata dasar yang didahului fonem s.

5. Kaidah 5

menyapu berasal dari meng - sapu menyusu berasal dari meng - susu menyela berasal dari meng - sela

6. Kaidah 6

mengebom berasal dari meng - bom mengepel berasal dari meng - pel mengetik berasal dari meng - tik mengecor berasal dari meng - cor mengebor berasal dari meng - bor mengelas berasal dari meng - las Imbuhan meng- berubah menjadi menge- jika dilekatkan pada kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata.

B. Fungsi imbuhan meng-

Berdasarkan contoh-contoh di atas, kalian dapat memahami fungsi imbuhan meng-. Imbuhan meng- memiliki dua fungsi, yaitu: 1. membentuk kata kerja transitif, contoh: a. Adik sedang mencari pekerjaan. meng + cari menjadi mencari

b. Ibu membeli sayur di pasar.

meng + beli menjadi membeli 2. membentuk kata kerja tak transitif, contoh: a. Sejak pagi petani itu belum berhenti mencangkul. meng + cangkul menjadi mencangkul

b. Ayahnya sudah lama tidak melaut.

meng + laut menjadi melaut

C. Makna imbuhan meng-

Makna imbuhan meng- antara lain: 1. melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar, contoh:

a. Adik membeli buku di toko buku.

meng + beli menjadi membeli

b. Kakak memakai baju baru.

meng + pakai menjadi memakai 2. menjadi, contoh: a. Es itu telah membatu. meng + batu menjadi membatu 3. berfungsi sebagaimenyerupai dasar, contoh: a. Wanita itu sudah lama menjanda. meng + janda menjadi menjanda 4. makanminum, contoh: a. Ayah tidak pernah mengopi. meng + kopi menjadi mengopi 5. menuju dasar, contoh: a. Kapal itu sudah menepi sejak pagi tadi. meng + tepi menjadi menepi 6. mencarimengumpulkan dasar, contoh: 7. mengeluarkan bunyi, contoh:

a. Kucing itu mengeong terus-menerus.

meng + ngeong menjadi mengeong

a. Pemuda itu sedang mendamar di

dekat hutan. meng + damar menjadi mendamar 1. Coba kalian tuliskan kata berimbuhan meng- yang terdapat dalam teks dongeng 2. Tentukanlah perubahan bentuk yang terjadi dalam kata berimbuhan yang kalian temukan dan maknanya 4. Kerjakan di rumah a. Carilah bacaan dan daftarlah kata-kata yang berimbuhan meng- dan tentukan makna imbuhannya b. Bacakan hasil pekerjaan kalian di de- pan kelas Imbuhan meng- berubah menjadi men- jika dilekatkan pada kata dasar yang didahului fonem c, d, j, t.