Kata Sapaan dan Kata Gelar

110 Dalam teks 2 terdapat kata Dok dokter dan Datuk. Dalam teks 3 terdapat kata Raden Mas, Sunan. Kata-kata tersebut tergolong gelar. Gelar yaitu sebuah kehormatan, kebangsawanan, atau kesarjanaan yang biasanya ditambahkan pada nama orang. Contoh lain: Teks 2 Dokter : Silakan duduk, Bu Pasien : Dok, perut saya sakit sekali Dokter : Ibu tadi makan apa? Pasien : Saya baru saja makan nasi ren- dang pemberian Datuk Maringgih. Dokter : Ibu, silakan berbaring akan saya periksa. Teks 3 Pemberontakan kasunanan di Surakarta masih belum berakhir. Raden Mas Said dan pangeran lainnya yang merasa tidak puas memisahkan diri dari keraton dan, atas restu Sunan, mendirikan kerajaan yang merdeka di Surakarta. Dengan gelar Mangkunegoro I, Raden Mas Said menjadi pemimpin ke- rajaan kedua di Surakarta.

a. Ridwan bangga mendapat gelar Sarjana Sastra dengan nilai IPK 3, 90.

b. Profesor Lukman sedang meneliti penye-

bab wabah virus yang melanda warga De- sa Bojongloa. MEMBACA

8.3 Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat Diteladani dari

Buku Biografi yang Dibaca Secara Intensif Kalian tentu mengenal nama Chairil Anwar. Chairil Anwar adalah penyair pelopor Angkatan ‘45. Tiga kumpulan puisi Chairil, yaitu Deru Campur Debu 1949, Kerikil Tajam, dan Yang Terampas dan Yang Pupus 1949, atau Tiga Menguak Takdir 1950.

8.3.1 Membaca Teks Biografi

Pada pelajaran ini kalian akan membaca riwayat singkat Chairil Anwar. Bacalah teks berikut dengan saksama Chairil Anwar, Sebuah Riwayat Singkat Chairil Anwar lahir di Medan Sumatra Utara 26 Juli 1922, merupakan putra satu- satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ayahnya, Toeloes, berasal dari Kenegerian Taeh, Limapuluh Kota Sumatra Barat yang bekerja sebagai pamong praja di Sumatra Utara, dan pada zaman revolusi kemerde- kaan menjadi Bupati Indragiri, Karesidenan Riau. Sedangkan ibunya, Saleha, berasal dari Kota Gadang Sumatra Barat yang masih memiliki pertalian keluarga dengan ayah Sutan Sjahrir. Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan di kota kelahirannya, Medan, dengan bersekolah Belanda HIS Hollands Inlandshe School, setingkat SD. Di sana Chairil kecil sudah menampakkan diri sebagai siswa yang cerdas dan berbakat menulis. Kemudian dia melanjutkan sekolah- nya ke MULO Meer Uitgebreid Logerwijs, setingkat Sekolah Menengah Pertama. Ketika di kelas dua, dalam usia 19 tahun, Chairil hijrah ke Jakarta mengikuti ibunya, sebagai protes terhadap ayahnya yang menikah lagi dan bercerai dengan ibunya. Bentuklah kelompok terdiri atas 3-4 sis- wa, kemudian kerjakan soal berikut ini 1. Buatlah teks bertelepon dengan memer- hatikan keefektifan kalimat dan santun berbahasa Jangan lupa sertakan kata sapaan dan kata gelar 2. Praktikkan di depan kelas teks bertelepon tersebut 3. Daftarlah kata sapaan yang digunakan dalam praktik bertelepon 4. Jika ada kalimat yang kurang efektif dan santun, betulkanlah 111 Karena kesulitan ekonomi pada masa kolonial Jepang tahun 1942, Chairil putus sekolah. Di Jakarta, Chairil mengisi waktunya dengan membaca sebanyak-banyaknya karya sastra yang lewat di depannya: Indo- nesia, Belanda, Jerman, Inggris, Amerika, dan berbagai terjemahan sastra dunia. Sebagai pelajar MULO, Chairil otomatis menguasai tiga bahasa asing, yaitu Belanda, Inggris, dan Jerman secara aktif. Bahasa daerah yang dia kuasai adalah bahasa Minang. Dan kelak, penguasaannya terhadap ketiga bahasa asing itulah yang mengantarkan Chairil pada karya-karya sastrawan dunia sebagai referensi yang berhasil disadur dan diterjemahkan. Keber- hasilannya menyadur dan menterjemahkan karya puisi atau cerpen Andre Gide, John Steinbeck, Raine Maria Rilke, Ernest Hemingway, WH Auden, Conrad Aiken, John Cornford, Hsu Chih Mo, Archibald Macleish, Willem Elsschat, H. Marsman, Edgar du Per- ron, J. Slaverhoff, dan lain-lain telah me- nyudutkan Chairil pada klaim kritikus sastra sebagai plagiator, penyadur, atau penerima pengaruh Barat dari karya-karya itu. Chairil semakin memerlihatkan ke- matangannya sebagai penyair yang menyerahkan hampir seluruh perjalanan kehidupannya dengan penuh kesetiaan untuk sastra. Di antara kredo penciptaan puisinya yang sangat menarik adalah puisiku tiap kata akan kugali-korek sedalamnya hingga ke kernwoord, ke kernbeld. Dalam pidato radio tahun 1946, penyair ini menegaskan kembali pendapatnya, bahwa sebuah sajak puisi menjadi suatu dunia. Dunia yang dijadikan, diciptakan oleh si penyair. Tiga kumpulan puisi Chairil, yaitu Deru Campur Debu 1949, Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Pupus 1949, dan Tiga Menguak Takdir 1950. Kumpulan puisi yang ditulis bertiga dengan Asrul Sani dan Rivai Apin merupakan sejumlah puisi yang selama bertahun-tahun hidup dan me- mompakan antusiasme dalam sejarah sastra Indonesia, sekaligus referensi, yang telah memasuki lubuk teks dunia pendidikan dan bidang kajian penelitian sastra. Selain itu, Chairil juga menjadi bagian tersendiri dalam kejadian atau penelitian mengenai sastra yang ditulis sastrawan Indonesia. Terjemah- an puisinya ke dalam Bahasa Inggris adalah Selected Poems of Chairil Anwar 1970 oleh Burton Raffel, The Complete Poems of Chairil Anwar 1974 oleh Liauw Yock Fang, dan dalam bahasa Jerman Fever und Asche oleh Walter Karwath. Nama Chairil mulai dikenal di lingkungan seniman dan budayawan Jakarta ketika ia berusia 21 tahun 1943. Pada masa itu, ia sering datang ke kantor redaksi majalah Panji Poestaka mengantarkan puisi-puisi- nya. Pergaulannya dengan para sastrawan dan budayawan senior semakin luas ketika ia kerap muncul di Keimin Bunka Shidoso, pusat kebudayaan yang dibuat oleh tentara pendudukan Jepang. Chairil sempat bekerja menjadi redaksi majalah Gema Suasana 1948. Ia hanya bertahan selama tiga bulan di sana Januari- Maret, kemudian keluar dan bekerja pada mingguan berita Siasat. Di sana ia menjadi anggota redaksi ruang kebudayaan Ge- langgang bersama Ida Nasoetion, Asrul Sani, dan Rivai Apin. Dia salah seorang pe- mikir yang memberikan kontribusi pada lahirnya Surat Kepercayaan Gelanggang. Untuk menghormati kepenyairan Chairil Anwar, Dewan Kesenian Jakarta memberi- kan Anugerah Sastra Chairil Anwar, pertama kepada Mochtar Lubis di tahun 1992 dan kedua, Sutardji Calzoum Bachri di tahun 1998. Chairil menikah dengan Hapsah Wiradiredja, 6 September 1946. Putri mereka satu-satunya adalah Evani Allisa, lahir 17 Juni 1947. Eva tamat Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Eva kini telah bekerja Indonesian Herrtage Chairil Anwar dan istri