26 Aria Tangguh
Alkisah dahulu kala, di Kerajaan Japati, lahirlah seorang anak laki-laki yang sangat
tampan. Ayah dan Ibunya memberi nama Aria Tangguh dengan harapan agar kelak menjadi
pendekar yang berani.
Aria Tangguh kecil dididik dan dilatih ayah- nya, Raden Anom, dengan keras. Diturunkannya
ilmu sakti kepada anaknya itu. Karena cerdas, Aria menyerap ilmu itu dengan cepat. Maka
sejak kecil, Aria sudah dikenal sebagai pemuda sakti.
Setelah ayahnya gugur dalam medan perang, Aria diasuh ibunya, Dewi Sekar Rini,
dengan bijaksana. Aria diajari untuk selalu berbuat kebajikan. Setelah dewasa, Aria sangat
disukai semua penduduk. Ia menjadi pemuda gagah, tampan, dan tidak sombong.
Suatu hari di tengah terik matahari, Aria asyik memancing. Ember yang dibawanya hampir
penuh dengan ikan. Ia sangat lihai memancing. “Ibu pasti senang melihat ikan yang kubawa,”
tuturnya.
Dia sudah tak sabar ingin pulang sambil membayangkan ikan mas goreng bikinan ibu-
nya. Tiba-tiba, “Ah, ini ikan terakhirku,” ternyata Aria mendapatkan satu ikan lagi. Hatinya
semakin berseri mendapatkan satu ikan mas yang cukup besar.
Setelah dilepaskan dari pancingnya, ikan itu menggelepar dan membuka mulutnya. Terlihat
sinar merah muncul dari dalam. Ia sangat heran dan berusaha mencari tahu. Dibukanya mulut
ikan itu lebar-lebar. “Hah, sebuah cincin” teriak-
MENULIS
3 Untuk terciptanya demokrasi yang baik,
pemilihan dilakukan secara langsung dan dilakukan dalam dua tahap. tidak bisa
4 Pemilihan seperti ini dilakukan untuk
memenuhi tuntutan berbagai pihak. bisa
2.4 Menulis Kembali dengan Bahasa Sendiri Dongeng
yang Pernah Dibaca atau Didengar
Kalian tentunya pernah membaca buku cerita, salah satunya buku dongeng. Membaca
buku memiliki banyak manfaat. Melalui mem- baca buku kalian akan merasa terhibur. Di
samping itu, wawasan kalian akan semakin bertambah luas.
Ciri-ciri dongeng, yaitu: 1.
tergolong prosa lama; 2.
bersifat statis dan fantastis; 3.
istana sentris; 4.
anonim; dan 5.
disampaikan secara lisan.
2.4.1 Membaca Dongeng
Pada pelajaran ini kalian akan membaca sebuah dongeng yang diambil dari salah satu
buku dongeng. Dongeng tersebut berjudul Aria Tangguh. Bacalah dongeng tersebut dengan
saksama
1. Carilah klausa yang menggunakan kata sambung untuk dan demi dari berbagai
teks 2. Tentukan makna yang dimunculkan oleh
kedua kata sambung itu dan cobalah mempertukarkan kedua kata sambung itu
3. Kesimpulan apa yang kalian temukan dari pertukaran tersebut?
4. Buatlah karangan singkat yang di dalam- nya mengandung kata sambung untuk
dan demi 5. Tukarkan hasil pekerjaan kalian dengan
teman dan perbaiki kesalahan-kesalah- annya
Aria Tangguh menemukan sebuah cincin dari ikan yang dipancingnya
27
nya sambil terkejut. Ia tidak mengira mendapat- kan cincin dari ikan yang dipancingnya.
Cincin itu terbuat dari emas dengan mata kecil dari batu mirah delima. “Cincin yang
sangat indah,” gumamnya. “Bagus sekali cincin ini, pasti pas buat ibu. Eh, tapi kalau ada yang
punya, aku bisa dikira maling,” katanya.
Ia bimbang. Ingin sekali ia memberikan cin- cin itu kepada ibunya, tetapi di sisi lain ia tidak
mau yang punya cincin ini kehilangan. “Sebaiknya besok cincin ini kuserahkan
kepada kepala desa,” pikirnya. Keputusan itu diambilnya dan membuang pikiran jauh-jauh niat
semula. Sorenya ia menunjukkan cincin itu kepada
ibunya sambil menceritakan kejadian sebenar- nya. Ibunya menyarankan agar menyerahkan
kepada kepala desa, sama seperti keputusan- nya.
Keesokan harinya, dengan ditemani Daru, sahabatnya, ia menuju ke rumah kepala desa.
Dalam perjalanan, Daru menggoda Aria Tang- guh. “Eh, Guh, apa tidak sebaiknya kita jual
saja cincin ini, kita bisa membeli makanan yang enak-enak, iya to, he – he ...,” candanya sambil
memegang perutnya yang gendut.
“Makanan terus lho pikiranmu itu. Kemarin kan sudah aku kasih ikan banyak. Emang perut-
mu itu terbuat dari apa sih?” timpal Aria diselingi tawa.
Mereka memang bersahabat sejak kecil. Daru anak yatim piatu karena ayah dan ibunya
meninggal akibat bencana gunung meletus. Sejak itu ia ikut pamannya. Aria senang ber-
sahabat dengan Daru. Meskipun sedikit nakal, Daru memiliki hati yang baik.
Dalam perjalanan itu Aria dan Daru dike- jutkan oleh kerumunan penduduk yang sedang
membaca kertas yang ditempel pada sebatang pohon besar. Karena penasaran, mereka berdua
mendekatinya dan membacanya. “Perhatian, barangsiapa menemukan cincin emas dengan
batu mirah delima akan diberi hadiah oleh Paduka Raja Sentanu”. Ternyata kertas itu
sayembara. Daru cepat-cepat menarik tangan Aria. “Guh, kalau begitu, kita harus cepat-cepat
menyerahkan cincin ini kepada kepala desa, siapa tahu kamu dapat hadiah yang buaannyak,
nanti bagi-bagi aku ya ... .”
“Huh, hadiah saja yang kamu pikirkan. Nanti perut gendutmu itu bisa meledak,” gurau Aria
sambil meneruskan perjalanan. Sesampai di rumah kepala desa, mereka
langsung menuju pintu gerbang yang memang terbuka. Akan tetapi, mereka dihadang lima
pengawal. Salah seorang menghardik mereka dengan suara keras. “Mau apa kalian ke sini?
Kalian tidak tahu bahwa Raja Sentanu dan Putri Ningrum sedang berada di pendopo? Kalian bisa
dipenjara kalau masuk seenaknya.”
“Hamba hanya ingin bertemu kepala desa untuk menyerahkan cincin ini,” jawab Aria
disertai anggukan Daru yang berdiri sambil gemetar.
“Coba berikan kepadaku” kata pengawal itu sambil menyambar bungkusan yang dibawa
Aria. Mata pengawal itu terkagum-kagum meli- hatnya. Begitu juga empat pengawal yang lain.
Kemudian mereka saling berbisik, “Sebaiknya kita usir kedua pemuda ini, setelah itu baru kita
serahkan cincin ini kepada baginda raja. Pasti beliau akan sangat berterima kasih kepada kita,
he-he-he...,” ujar salah seorang pengawal pelan, takut kedengaran.
“Benar itu Kang. Toh mereka tidak tahu siapa yang menemukannya pertama kali,” timpal yang
lainnya. Sebuah rencana jahat telah dibuat. Seorang pengawal maju mendekati Aria dan
Daru, “Sekarang kalian pergi dari sini, cepat... Kalau tidak, kalian akan kulaporkan sebagai
pencuri. Mau masuk penjara?” Aria tidak ingin membuat keributan. Ia
mengajak Daru pulang. Meski enggan, Daru menyetujuinya dan mereka berpamitan kepada
lima pengawal tadi.
“Tunggu” Tiba-tiba terdengar suara wanita dari dalam rumah. Kelima pengawal itu sangat
terkejut dengan muka memerah. Ketika pintu terbuka, keluarlah seorang putri nan cantik jelita.
Dialah Putri Ningrum, putri Baginda Raja Sentanu.
“Pengawal, jangan kau usir kedua orang itu” bentak Putri Ningrum yang rupanya sudah dari
tadi memerhatikan kelima pengawal itu dari balik pintu. Maka kelima pengawal itu akhirnya
dihukum berat.
Setelah melihat cincin itu, Raja Sentanu
Aria Tangguh dihadang pengawal ketika hendak menyerahkan cincin kepada Paduka Sentanu