Perkembangan grup atau teater Perkembangan alur, latar, tokoh, tema, dan penyelesaian

Kritik, Esai, dan Aliran 295 Pada masa Pujangga Baru, penulisan naskah drama makin marak. Di antaranya berjudul Manusia Baru 1940 karangan Sanusi Pane, Jinak-Jinak Merpati karya Armijn Pane yang baru dibukukan pada 1953, Pembalasannya 1940 karya Saadah Alim, Gadis Modern 1941 karya Adlin Affandi. Pada 1940-an drama, sandiwara, dan tonil marak lantaran dimanfaatkan Jepang buat propaganda perang. Adalah grup drama Penggemar Maya pimpinan Usmai Ismail aktif melakukan pementasan di berbagai kota. Beberapa drama yang ditulis pada periode ini antara lain Sedih dan Gembira Usmar Ismail, Taufan di Atas Asia El Hakim, Kejahatan Membalas Dendam dan Keluarga Surono Idrus, dan Tuan Amin Amal Hamzah. Sejak 1950-an produktivitas penulisan drama cukup tinggi. Umumnya yang dibuat berupa drama satu babak. Banyak penulis drama yang muncul. Di antaranya adalah Arifin C Noer Tengul; Kapai-kapai, B. Soelarto Abu; Domba-domba Revolusi, Kirjomulyo Penggali Intan; Penggali Kapur; Bulan di Atas Langit Merah, Misbach Yusa Biran Bung Besar, Mohammad Diponegoro Iblis; Surat kepada Gubernur, Motinggo Busye Barabah: Nyonya dan Nyonya; Malam Pengantin di Bukit Kera, N. Riantiarno Rumah Kertas; Maaf, Maaf, Maaf, Nasyah Jamin Titik-Titik Hitam; Sekelumit Nyanyian Sunda, Putu Wijaya Aduh; Dag Dig Dug; Anu; Gerr; Dor; Edan, WS Rendra Mastodon dan Burung Kondor, Sekda, Ikranegara Topeng; Byur.

b. Perkembangan grup atau teater

Sebelum Indonesia merdeka dikenal grup drama profesional teater Komedie Stamboel pimpinan August Maheau, Penggemar Maya pimpinan Usmar Ismail. Sesudah merdeka ada Bengkel Teater pimpinan W.S Rendra, Teater Mandiri Putu Wijaya, Teater Kecil Arifin C. Noer, Srimulat Teguh, dan lain-lain. Pentas drama yang dilakukan oleh grup profesional umumnya dititikberatkan pada hiburan. Sangat wajar jika dalam pentas ada nyanyian, tarian, dan bahkan lawakan. Kecuali grup profesional, muncul grup amatir yang bersifat insidental di kalangan sekolah, perguruan tinggi, institusi, organisasi, dan bahkan partai politik. Pentas yang dilakukan umumnya didasarkan pada kaidah teater modern. Kaum terpelajar adalah pendukung utamanya.

c. Perkembangan alur, latar, tokoh, tema, dan penyelesaian

Sampai kini alur drama modern masih didominasi alur konvensional. Di dalamnya disajikan rangkaian peristiwa dalam hubungan sebab akibat. Hanya saja ada beberapa yang menggunakan teknik khas. Dalam Mahkamah, misalnya, alur ditampilkan melalui pengalaman pribadi tokoh utamanya Saiful Bahri. Dalam Dor ditampilkan perristiwa ke penjabaran ide ketidakpedulian masyarakat terhadap hukum. Latar drama menyangkut tempat, waktu, dan latar sosial. Kertajaya, Sandyakala ning Majapahit, dan Ken Arok dan Ken Dedes, misalnya mengambil latar waktu jauh sebelum Indonesia dijajah dalam latar sosial masyarakat menengah ke atas. Lain halnya dengan drama sesudah proklamasi. Aduh, Bom, dan Mahkamah yang mengambil latar sosial masyarakat menengah ke bawah. Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 296 Tokoh, protagonis maupun antagonis, umumnya menduduki posisi sentral, yang berstatus sebagai pemimpin. Dalam Perguruan, misalnya, guru adalah sosok pemimpin pesantren dan dalam Mahkamah, Syaiful Bachri adalah komandan militer. Hubungan antartokoh umumnya memperlihatkan 1 hubungan manusia dengan manusia Citra, 2 manusia dengan masyarakat Aduh; 3 manusia dengan alam Dalam Bayangan Tuhan: dan 4 manusia dengan dirinya sendiri Mahkamah. Tema yang diusung pun berkembang dari waktu ke waktu. Ada yang bertemakan sejarah Kertajaya, kebangsaan Bebasari, politik Taufan di Atas Asia, sosial Maling, moral Titik-titik Hitam, agama Masyitoh, dan lain-lain. Penyelesaian cerita dapat dipilah menjadi beberapa kemungkinan. Di antaranya adalah 1 masalahnya selesai Arloji dan Mahkamah; 2 masalahnya bertambah tajam Perguruan; dan 3 masalahnya menimbulkan perubahan nasib Dor.

2. Mengenal Kritik