Bacalah penggalan Hikayat Si Miskin berikut

Hikayat, Novel Zaman Bahari 191 Uji Kompetensi 15.5

1. Bacalah penggalan Hikayat Si Miskin berikut

Ini hikayat ceritera orang dahulu kala. Sekali peristiwa Allah subhanahu wa taala menunjukkan kekayaannya kepada hambanya, maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rezekinya berkeliling negeri Antah Berantah. Adapun nama raja di dalam negeri itu Maharaja Indera Dewa namanya, terlalu amat besar kerajaan baginda itu, beberapa raja-raja di tanah dewa itu takluk kepada baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada tiap-tiap tahun. Hatta maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadap oleh segala raja- raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian ada di penghadapan, maka Si Miskin itu pun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya, maka orang banyak itu pun ramailah ia tertawa, serta mengambil kayu dan batu, maka dilemparnyalah akan Si Miskin itu, kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka segala tubuhnya pun berlumur dengan darah, maka orang pun gemparlah. Maka titah baginda, “Apakah yang gempar di luar?” Sembah segala raja-raja itu, “Ya, Tuanku Syah Alam, orang melempar Si Miskin, Tuanku.” Maka titah baginda, “Suruh usir jauh-jauh.” Maka diusirlah akan Si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan, maka orang banyak itu pun kembalilah. Maka hari pun malamlah, maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istana itu, maka segala raja-raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian itu pun masing-masing pulang ke rumahnya. M.G. Emeis, Bunga Rampai Melaju Kuno, “Hikayat Si Miskin”. 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan penggalan hikayat tersebut? a. Dari hikayat manakah penggalan tersebut dikutip? Siapakah pengarangnya? b. Bagian awal hikayat terdapat pernyataan Ini hikayat orang dahulu kala. Apa maksud pernyataan itu? c. Di mana, kapan, dan dalam situasi bagaimanakah kisah tersebut diceritakan? d. Berapakah jumlah kata hatta, maka dan konstruksi pun … lah yang terdapat pada penggalan hikayat tersebut? e. Dari jawaban di atas, tentu Anda dapat mengambil kesimpulan mengenai ciri-ciri hikayat. Bagaimanakah ciri-cirinya? Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 192 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ R a n g k u m a n 1. Pada pertunjukan drama, penonton tidak hanya menikmati alur ceritanya plot, tetapi juga gerak-geriknya acting dalam latar setting tertentu. Sebuah latar, selain memberi warna lokal, juga memperkuat watak pelaku-pelakunya. 2. Menceritakan kembali prosa naratif di depan kelas sudah sering dilakukan. Agar mudah diikuti pendengar, sebelum bercerita, Anda harus memahami jalan ceritanya. 3. Membaca hikayat berarti mengikuti jalan ceritanya. Untuk itu, Anda harus memahami makna kata-katanya, struktur kalimatnya, serta jalan pikiran masyarakat pada masa hikayat dibuat. 4. Menulis cerpen memerlukan kreativias. Pengarang harus dapat menyajikan peristiwa sederhana menjadi cerita menarik. Untuk itu, beberapa langkah yang perlu ditempuh adalah 1 menentukan topik, 2 menyusun kerangka cerita, 3 mengembangkan kerangka menjadi cerita, dan 4 menyunting cerita menjadi lebih enak dinikmati. 5. Kata hikayat, dari bahasa Arab, berarti cerita, kisah, atau dongeng. Hikayat umumnya berkisah tentang kehidupan tokoh-tokoh di seputar istana istana sentris. Ada yang khayali Hikayat Si Miskin, ada yang relevan dengan sejarah Hikayat Raja-raja Pasai, dan ada pula yang berisi biografi Hikayat Abdullah. Pengarang hikayat umumnya tidak dikenal anonim. Ciri khas hikayat terletak pada bahasa dan isinya. Dalam hikayat banyak ditemukan kata sahibul hikayat, syahdan, arkian, hatta, dan maka. Struktur kalimatnya, banyak menggunakan bentuk pun...lah; masing-masing pada subjek dan predikat. Ada hikayat yang digolongkan sebagai cerita berbingkai. Di dalamnya terdapat cerita yang dikisahkan oleh salah seorang pelakunya. E v a l u a s i 1. Penggalan drama berikut ditulis sesuai dengan yang terdengar. Dialog-dialognya ditulis tanpa huruf besar, bahkan tanpa tanda baca. Siapa sajakah pelakunya? Di mana, kapan, dan dalam situasi bagaimanakah kisah ini terjadi? laki-laki 1 : hari mulai gelap laki-laki 2 : nah tiba di sini kita sekarang panglima laki-laki 1 : sang raja hutan di wilayah makah ini laki-laki 2 : kita berada di luar batas watonmas. laki-laki 1 : di wilayah pusat pemerintahan prabu darmawangsa laki-laki 2 : begitulah kau terkejut laki-laki 1 : penduduk sekitar daerah ini tentu dapat mengetahui kita orang asing mereka akan berpendapat bahwa kita adalah musuh dan lalu lapor pada penguasa Maidar G. Arsyad dkk., Materi Pokok Kesustraan II ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Di unduh dari : Bukupaket.com Hikayat, Novel Zaman Bahari 193 2. Sebutkanlah ciri-ciri hikayat 3. Ceritakan kembali hikayat berikut dalam bahasa kita masa kini Adapun akan Si Miskin itu apabila malam, ia pun tidurlah di dalam hutan. Setelah siang hari maka ia pun pergi berjalan masuk kampung ke dalam negeri mencari rezekinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang, apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia, maka diusirnyalah dengan kayu. Maka Si Miskin itu pun larilah ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu si Miskin datang, maka masing-masing pun datang. Ada yang melontari dengan batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka Si Miskin pun larilah tunggang-langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan tersangat lapar dahaganya seperti akan matilah rasanya. M.G. Emeis, Bunga Rampai Melaju Kuno, “Hikayat Si Miskin”. 4. Sebutkan pelaku, perwatakannya, dan latar pada penggalan hikayat berikut Sekali peristiwa pada suatu hari maka kata Hang Tuah, “Hai, saudaraku keempat, dapatkah kita ini lima bersaudara melayarkan sebuah perahu lading, supaya kita pergi merantau mencari makan barang ke mana?” Maka kata Hang Jebat dan Hang Kasturi, “Mengapatah maka tiada dapat kita lima bersaudara ini melayarkan sebuah perahu?” Maka sahut Hang Tuah, “Jika demikian, baiklah. Ada perahu bapa beta, sebuah lading, lengkap dengan layarnya. Mari kita turun dengan beras bekal barang sepuluh gantang pada seorang juga.” Maka kata Hang Jebat dan Hang Kasturi, “Marilah kita pulang, kita berlengkap.” M.G. Emeis, Bunga Rampai Melaju Kuno 5. Jelaskan komponen narasi yang terdapat dalam penggalan hikayat berikut Sekali peristiwa adalah kepada suatu masa, konon ada seorang saudagar terlalu amat kaya, duduk di dalam satu kampung dengan bersuka-sukaan makan minum pada tiap-tiap hari. Ada dekat dengan kampungnya itu sebuah rumah miskin duduk dua laki bini. Pada suatu hari perempuan si miskin itu bercakap-cakap dengan seorang daripada teman saudagar itu, katanya, “Aku makan ini manakala tuan saudagar itu bermasak rendang tumis menggulai petai baru aku memakan, dapat mencium bau segala rendang tumis gulai petai tuan saudagar itu. Kuatlah aku memakan. Jadi sebab itu gemuk sudah aku memakan ini. Begitulah adat aku makan pada tiap-tiap kali hendak makan, nanti berbau rendang tumis tuan saudagar baru makan” C. Hooykaas, “Hikayat Pelanduk Jadi Hakim,” Perintis Sastra Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 194 Refleksi Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban Anda atas soal evaluasi di atas Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini. Tabel Penguasaan Materi Skor Tingkat Penguasaan Materi 85 – 100 Baik sekali 70 – 84 Baik 60 – 69 Cukup 60 Kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai. Di unduh dari : Bukupaket.com Deklamasi dan Baca Puisi, Samakah? 195 Huruf sebelum kita kenal, karya sastra sudah dapat diciptakan. Tidak hanya prosa, tetapi juga puisi. Bentuknya beragam antara lain: mantra, syair, pantun, karmina, talibun, gurindam, dan sebagainya. Kebiasaan mencipta puisi, terutama pantun, berlanjut sampai sekarang. Sudah tentu, pilihan kata, penyusunan larik, bait, dan tipografinya berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Melalui pelajaran ini Anda diharapkan dapat mempelajari apa dan bagaimana puisi itu, dan bagaimana pula mendeklamasikannya. Pelajaran 16 Deklamasi dan Baca Puisi, Samakah? Kemampuan Bersastra Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 196

A. Mendengarkan