Mengidentifikasi kalimat verbal dan kalimat nominal

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 58 Sayang, hal itu tak berlanjut. Ketika hadir di dunia, banyak yang lupa bahkan membangkang pada aturan-Nya. Mereka menganggap dirinya mampu mengatur dunia dengan akal yang dikaruniakan kepadanya. Seolah-olah mereka mengetahui segala hal yang terjadi di muka bumi ini. Muncullah kemudian sikap hidup atas dasar kebebasan. Bebas berperilaku, bebas berbicara, bebas memiliki, bebas ... bebas ... dan bebas. Akhirnya muncul pula jargon ‘semau gue’, dan ‘terserah masyarakat’. Tidak ada patokan yang pasti. Fenomena ini telah melahirkan kerusakan di muka bumi. Pola kontrol masyarakat terhadap perilaku menyimpang akan hilang karena alasan ‘itu kan urusan masing-masing’. Republika, 29 Juli 2005.

3. Mengidentifikasi kalimat verbal dan kalimat nominal

Berdasarkan kategori kelas, jenis kata predikatnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat verbal dan kalimat nominal. Predikat kalimat verbal tergolong verba disingkat V dan predikat kalimat nominal umumnya tergolong nomina disingkat N. Contoh kalimat verbal: Mereka makan dan minum di kantin sekolah. Kami sedang berdoa. Contoh kalimat nominal: Kami pelajar SMA. P-nya nomina atau benda. Bahasa Indonesia tidak sulit. P-nya adjektifa atau sifat. Saya di Yogya, dia di Samarinda. P-nya adverbia atau keterangan. Uji Kompetensi 5.7 Tentukan kalimat verbal dan kalimat nominal yang terdapat dalam penggalan berikut Pemilihan umum masih jauh. Namun, aromanya mulai terasa. Partai politik baru telah bermunculan. Partai-partai lama yang lolos threshold berlomba memperkuat barisan untuk menjadi pemenang. Yang tidak kalah menarik adalah adanya wacana agar anggota TNI memperoleh hak pilih. Kontan wacana itu mendapatkan reaksi dari publik. Ada yang pro dan ada yang kontra. Yang pro beranggapan bahwa memilih dan dipilih dalam pemilu merupakan hak setiap warga negara. Wajar bila sebagai warga negara, anggota TNI menuntut haknya dalam pemilu. Bagi yang kontra kiprah TNI di panggung politik pada masa Orde Baru begitu menakutkan. Wajar bila pemberian hak suara bagi anggota TNI dikhawatirkan mengganggu proses demokrasi yang sedang dibangun Jawa Pos, 6 Oktober 2006. Di unduh dari : Bukupaket.com Merdeka ... Mari Bung Kita Pertahankan 59 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ R a n g k u m a n 1. Mendengarkan wawancara kini mudah dilakukan karena hampir setiap saat televisi menayangkannya, bahkan secara langsung. Dengan mendengarkan wawancara banyak manfaat yang kita peroleh, seperti informasi, pendapat, wawasan, ide, pemikiran, tanggapan, dan pengalaman narasumber secara langsung. 2. Wawancara dapat dilakukan oleh perseorangan atau kelompok kecil. Beberapa pedoman yang perlu diketahui pewawancara, antara lain 1 menentukan topik, 2 memiliki izin, 3 memilih narasumber yang relevan dengan topik, 4 menyiapkan beberapa pertanyaan dasar, 5 melakukan wawancara dengan sopan, dan 6 melaporkan hasilnya 3. Membaca dikatakan intensif kalau dilakukan dengan penuh kesungguhan untuk memahami isinya. Salah satu indikatornya adalah dapat menyusun ringkasan, ikhtisar, atau rangkuman. 4. Berbagai Jenis Kalimat a. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor Kalimat yang memiliki unsur S dan P disebut kalimat lengkap atau kalimat mayor. Kalimat jenis ini biasanya digunakan untuk menyusun 1 buku teks, 2 laporan, 3 pidato resmi, 4 undang-undang, 5 peraturan, 6 surat dinas, dan lain-lain. Kalimat yang tidak memiliki unsur S dan P disebut kalimat tak sempurna atau kalimat minor. Kalimat minor biasanya digunakan untuk 1 berdialog, 2 bertelepon 3, mengucapkan salam, 4 menyusun iklan, petunjuk, atau slo- gan walaupun tidak semua, dan 5 menyusun karya sastra walaupun tidak semua. b. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk Kalimat yang terjadi dari satu klausa disebut kalimat tunggal, yang terjadi dua klausa atau lebih disebut kalimat majemuk. Kalimat majemuk yang klausa- klausanya sederajat disebut kalimat setara, yang salah satu klausanya menjadi bagian bawahan dari unsur klausa lain kalimat majemuk bertingkat. c. Kalimat Verbal dan Kalimat Nominal Berdasarkan katergori kelas, jenis kata predikatnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat verbal dan kalimat nominal. Kalimat verbal berpredikatkan kata kerja verba, sedangkan kalimat nominal berpredikatkan kata selain kata kerja. Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 60 E v a l u a s i 1. Tentukan apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam wawancara berikut Buku sastra dewasa ini laris manis di pasaran. Ada komentar? Saya kira sudah waktunya kita mengalami zaman keemasan buku-buku sastra. Mengapa? Ada beberapa faktor buku-buku sastra sekarang ini laris manis. Satu, ini berkat jasa badan Adi Karya IKAPI yang mendapat bantuan dari Yayasan Ford Foundation yang mendapat tugas untuk menerbitkan buku-buku sastra. Dengan demikian, ketakutan penerbit rugi akan terhapus. Dengan banyaknya buku sastra di toko buku itu akan menarik perhatian. Faktor itulah penyebab sekarang ini penerbit mendapatkan untung. Sejak saat itu dua atau tiga kali lipat penerbit berlomba-lomba menerbitkan buku-buku sastra. Kedua, masalah pemasaran sekarang sudah semakin baik. Dalam pengertian banyak cara yang digunakan untuk memasarkan buku. Dengan mengiklankan, melakukan peluncuran buku besar-besaran, dan sebagainya. Segi ini sangat penting. Dulu tidak ada cara seperti itu. Republika, 8 Februari 2004 2. Identifikasikan pelaku, peristiwa, serta masalah yang terkandung di dalam penggalan biografi berikut Hamka dilahirkan pada 17 Februari 1908 di Kampung Molek, Maninjau, Agam, Sumatra Barat. Nama sebenarnya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Akronim namanya menjadi begitu populer serta menjadi identitas dirinya. Dibesarkan dalam tradisi Minangkabau, masa kecil Hamka dipenuhi gejolak batin karena pada saat itu terjadi pertentangan keras antara kaum adat dan kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam. Banyak hal yang tidak dibenarkan dalam agama justru dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Inilah yang ditentang kaum pembaharu di mana Hamka menjadi salah satu pendukungnya,” papar Dr. Gusti Asnan, sejarawan dari Universitas Andalas, Padang, Sumbar. Liputan 6 SCTV. Di unduh dari : Bukupaket.com Merdeka ... Mari Bung Kita Pertahankan 61 3. Susunlah kembali kalimat acak berikut sehingga terbentuk paragraf yang baik a. Ancaman ini bukan main-main. b. Bukankah peningkatan jumlah penganggur berpotensi mengganggu stabilitas politik dan keamanan? c. Dibandingkan dengan kondisi per Oktober 2005, telah terjadi pembengkakan penganggur hingga 1,35 juta orang. d. Ini tidak bisa ditoleransi lagi e. Pada Agustus 2004, penganggur mencapai 10,25 juta orang atau 9,86 persen dari jumlah angkatan kerja. 4. Sebutkan kalimat mayor, kalimat minor, kalimat tunggal dan kalimat majemuk yang terdapat pada penggalan berikut. Masing-masing satu kalimat saja Masa kampanye. Banyak hal tak terduga. Juga pengalaman baru. Kalau selama ini aku ikut ramai-ramai kampanye sebagai satgas partai, kali ini aku ikut kampanye sebagai calon anggota dewan. Status dan pengalaman yang kuperoleh berbeda. Namaku ada di daftar calon tetap. Ini serius. Pengurus partai benar-benar tulus meloloskan aku. Sebab partai akan mendapat nama baik jika berhasil mengangkat tukang becak menjadi anggota Dewan Kota. Berarti partai betul-betul mendengarkan dan memperjuangkan nasib rakyat. Pak pengurus partai itu berkata, dengan mencalonkan tukang becak seperti aku jadi anggota dewan berarti partai mampu mempraktikkan demokrasi secara benar. Demokrasi mengandung kesetaraan bagi semua rakyat, untuk bersuara, dan untuk meraih jabatan publik, katanya Mustofa W. Hasyim, Kali Code Pesan-Pesan Api. 5. Sebutkan kalimat verbal dan kalimat nominal yang terdapat dalam dialog pada penggalan berikut Masing-masing dua kalimat saja Lelaki 1 : “Mungkin harus digasak dulu supaya dia menjawab.” Lelaki 2 : “Jangan” Lelaki 1 : “Yang lain saja. Potongannya saja sudah salah.” Lelaki 2 : “Ssst.” Lelaki 1 : “Bapak tahu apa yang Bapak makan ini?” Lelaki 2 : “Basa-basi supaya hatinya terhibur sedikit.” Lelaki 1 : “Cengar-cengir seperti reklame pasta gigi.” Lelaki 2 : “Pikiran dan perbuatannya bertolak belakang.” Lelaki 1 : “Sebentar .... Wah, terang saja. Ini kan orang buta.” Lelaki 2 : “Pantas. Baunya tak sedap. Seperti bau apa ini ya?” Lelaki 1 : “Haaaaatsi.” Putu Wijaya, Edan Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 62 Refleksi Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban Anda atas soal evaluasi di atas Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini. Tabel Penguasaan Materi Skor Tingkat Penguasaan Materi 85 – 100 Baik sekali 70 – 84 Baik 60 – 69 Cukup 60 Kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai. Di unduh dari : Bukupaket.com Sekali Berarti, Sudah itu Mati. Itu kata Chairil Anwar dalam syairnya, Diponegoro. Itu barangkali “kesimpulan” Chairil Anwar setelah mencermati perjuangan pahlawan kita dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Kita tidak akan mempermasalahkan apakah kesimpulan itu benar atau salah. Namun, pahlawan dan kepahlawanan seseorang tidak ada salahnya jika diangkat sebagai tema pelajaran ini. Dari tema ini kita akan belajar melakukan wawancara dengan narasumber sekaligus memahami gagasan-gagasannya. Melalui biografi, kita akan belajar mengidentifikasi pelaku, peristiwa, serta masalah yang terkandung di dalamnya; melalui pengamatan, kita belajar menyusun paragraf eksposisi, membedakan berbagai jenis kalimat ditinjau dari berbagai sudut pandang; bahkan melalui cerita dan drama kita pun dapat mempelajari masalah yang serupa. Pelajaran 6 Sekali Berarti Sudah itu Mati Sumber: Indonesia Merdeka Kemampuan Berbahasa Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 64

A. Mendengarkan