Membaca sma11bhsind PiawaiBerbahasa Sunardi

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 4 why, where, dan how Kembangkan dan kemudian sampaikan secara lisan catatan tersebut dengan runtut dengan kata-kata yang mudah dipahami Ketika bercerita, usahakan Anda tidak melihat catatan.

C. Membaca

Tujuan Pembelajaran: Anda diharapkan dapat menemukan pokok pikiran teks esai tentang kebudayaan. Membaca intensif Bacaan umumnya terjadi dari beberapa paragraf. Setiap paragraf umumnya terjadi dari beberapa kalimat. Isi kalimat satu dan kalimat lain bertautan koheren. Semuanya menyajikan satu kesatuan ide. Ide itu disebut pokok pikiran, ide pokok, gagasan utama, atau pikiran utama. Ide biasanya diperjelas dengan beberapa ide penjelas atau pikiran penjelas. Pokok pikiran adakalanya dinyatakan dengan kalimat. Namanya kalimat utama atau kalimat topik. Pikiran penjelas pun dapat dinyatakan dengan kalimat yang disebut kalimat penjelas. Paragraf di atas diawali beberapa gagasan khusus dan diakhiri dengan gagasan umum. Paragraf seperti itu dikembangkan dengan pola khusus–umum. Sifatnya induktif. Uji Kompetensi 1.3 1. Tentukan kalimat utama paragraf-paragraf dalam bacaan berikut Pasar Tradisional Makin Terdesak Pada tahun 1970-an, masyarakat biasa menyaksikan tokoh-tokoh terkenal, seperti pejabat, pengusaha, artis, dan penyiar televisi, berbelanja di pasar. Mereka tidak segan- segan keluar masuk kawasan pasar yang kini lebih dikenal sebagai pasar tradisional. Mereka pun dengan senang hati berbelanja sayuran, buah-buahan, ikan, daging, pakaian, peralatan rumah tangga, dan kebutuhan lainnya. Kini pemandangan seperti itu sangat jarang kita jumpai. Orang-orang terkenal, selebritis, pengusaha, pejabat, dan anggota legislatif lebih suka berbelanja berbagai kebutuhan di hipermarket, supermarket, atau minimarket. Bahkan rakyat biasa pun kini makin banyak yang beralih ke tempat belanja yang disebut sebagai pasar modern itu. Tinggallah pasar tradisional makin kesepian. Ironisnya, banyak ritel modern yang berdiri tidak jauh dari pasar tradisional. Ada yang berdampingan atau bahkan menempel pada pasar tradisional. Di unduh dari : Bukupaket.com Pasar Tradisional Tulang Punggung Perekonomian Nasional 5 Tahun 90-an merupakan booming pasar modern. Masyarakat pun berbondong-bondong ke pasar modern. Tahun 2000-an, pasar tradisional makin redup. Apalagi dengan makin menjamurnya hipermarket. “Sekitar 50 – 60 persen pangsa pasar tradisional terambil oleh pasar modern,’’ tandas Asnawi. Sisa yang 40 persen itulah yang saat ini masih diraih oleh pedagang tradisional, terancam oleh pasar modern yang makin menyebar di berbagai tempat. “Itu pun setiap saat bisa makin berkurang. Pasar tradisional makin terpukul,’’ tandas Asnawi. Penyebabnya, kata Dharma, bermacam-macam. Salah satunya adalah manajemen atau pengelolaan pasar yang tidak benar. “Selain itu, kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada para pedagang kecil. Pemerintah lebih condong kepada beberapa pedagang besar yang memiliki ritel modern,’’ tegasnya. Menurut Dharma, globalisasi memang sebuah kenyataan yang tak bisa dihindari, misalnya masuknya ritel asing ke Indonesia. Tapi, mestinya tidak kebablasan. Di Singapura, misalnya, cuma ada satu outlet. “Tapi di Jakarta, ada lebih 50 outlet pasar modern, baik hipermarket maupun supermarket. Keberadaan mereka jelas mematikan pasar tradisional. Apalagi di tingkat lingkungan, kini sudah hadir minimarket, yang menjadi pesaing berat warung-warung kecil,’’ tandas Dharma. Dharma menjelaskan, pedagang pasar tradisional merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional, sebab melibatkan jutaan pedagang. ‘’Kami mempunyai anggota 24 ribu pasar, yang mencakup 12,6 juta pedagang, dan tersebar di 26 provinsi. Pasar tersebut bervariasi, dari yang kecil, terdiri atas sekitar 200 – 500 pedagang, hingga yang besar seperti Tanah Abang dan Senen, yang memiliki anggota 10.000 sampai 20.000 pedagang,’’ tutur Dharma. Republika, 19 September 2005 2. Tentukan gagasan utama dan gagasan-gagasan penjelas pada paragraf berikut a. Sukamti hanyalah satu dari beberapa pedagang di pasar Krembangan yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang. Ia hanyalah satu dari sekian ribu pedagang kecil yang tersebar di seluruh kabupaten. Seperti halnya pedagang kecil lain, ia merintis aktivitas jual beli di pasar tradisional itu. “Kalau tidak ada yang mulai jualan di sini, kapan pasar desa terpencil ini dapat hidup?” katanya. Ia memang perintis pendirian pasar itu. b. Sekilas menyerahkan perekonomian pada pasar tampak sebagai pilihan yang tepat. Namun ternyata, harga yang harus dibayar demikian mahal. Itulah nasib Indonesia yang terombang-ambing digulung ombak dan badai neoliberal. Negeri ini jatuh bangun tatkala dilucuti pasar. Harga minyak ditentukan pasar. Berbagai kebijakan pemerintah didikte pasar. Pemerintah pun didominasi para pedagang yang jelas-jelas berorientasi pasar market oriented. c. Jam sudah menunjukkan angka 9. Sukamti 50 sibuk mengemasi dagangannya. Sebentar lagi aktivitas jual beli di pasar Desa Krembangan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo akan berakhir. Sudah satu tahun ia berjualan di pasar itu. Hari itu ia dapat meraup keuntungan beberapa ribu rupiah. “Lumayan, daripada di rumah” katanya merendah. Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 6

D. Menulis