Pelaku atau Tokoh dan Wataknya

Cerita Pendek, Apa itu? 171 1. Alur atau Plot Dalam sebuah cerita pendek Anda dapat menangkap alur cerita atau jalinan peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Berdasarkan urutannya, alur dibedakan menjadi 3, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur maju-mundur. Alur maju progresif digunakan untuk menyajikan rangkaian peristiwa permulaan hingga peristiwa terakhir secara kronologis. Kalau peristiwa pertama diberi nomor 1, peristiwa kedua 2, peristiwa ketiga 3, dan seterusnya, alur maju dapat dilukiskan sebagai berikut. Alur Maju : Peristiwa 1 o 2 o 3 o 4 o 5 Alur mundur regresif, digunakan untuk menyajikan rangkaian peristiwa dari masa lampau akhir cerita, disusul peristiwa-peristiwa sebelumnya. Secara skematis, alur mundur dapat dilukiskan sebagai berikut. Alur Mundur : Peristiwa n ... o 4 o 3 o 2 o 1 Alur maju-mundursorot balik flash back digunakan untuk menyajikan rangkaian dengan alur maju, tetapi di tengah cerita dikisahkan kembali masa lalu. Alur flashback dapat dilukiskan dengan skema sebagai berikut. Flashback : Peristiwa 4 o 5 o 1 o 2 o 3 o 6 o ... n Dalam cerita pendek suatu alur tidak dikembangkan secara bebas, tetapi selalu terarah pada fokus tertentu, mungkin pada puncak pertikaian atau pada peleraiannya.

2. Pelaku atau Tokoh dan Wataknya

Biasanya tokoh cerpen selalu orang atau yang diorangkan, satu atau lebih. Kalau lebih dari seorang, biasanya ada yang menjadi sentral cerita. Dialah pelaku utama. Dialah yang diberi peran memperjuangkan ide. Kecuali itu, ada pelaku yang mendampinginya. Pelaku sampingan ini berperan membantu misi yang diemban pelaku utama. Baik pelaku utama maupun sampingan oleh pengarang diberi sifat atau watak tertentu, ada watak yang dilukiskan secara langsung analitik. Ada pula yang dilukiskan secara tidak langsung dramatik, baik melalui lukisan fisik, tingkah laku, percakapan, maupun melalui lukisan lingkungannya. Uji Kompetensi 13.5 Tentukan 1 pelaku watak dan cara pengarang melukiskannya; dan 2 alurnya maju, mudur, atau flashback 1. Setelah menggeledah pakaianku, ia menumpahkan perhatiannya kepada arloji tanganku. Karena melihat badanku yang tak seberapa itu, ia tak peduli tanganku kuangkat atau tidak. Ia menggenggam tangan kiriku untuk mencopot arloji. Sayang bannya agak sukar membukanya kalau dengan tangan satu. Karena itu tangan kanannya ikut maju Nugroho Notosusanto, ‘Vickers Jepang’. Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 172 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ 2. Doa itu sudah berapa ratus ribu kali ia Warsi, red. ucapkan. Doa yang selalu menyertai pertumbuhan anaknya, Warih, yang kini menjadi jejaka. Waktu melaju begitu cepat, pikir Warsi. Ia ingat ketika Warih masih bayi, ia menanam pohon nangka di halaman rumahnya. Pohon itu kini telah tumbuh tinggi dan berbuah lebat. Warih pun, seperti yang selalu ia ucapkan dalam doa, kini menjelma pohon yang begitu kukuh. Warsi merasa tidak pernah sia-sia menyirami dan merabuki pohon itu. “Bu, kalau sudah besar aku ingin membunuh naga itu.” Ucapan Warih itu selalu terngiang di telinga Warsi Indra Tranggono, “Pembunuh Naga,” Kedaulatan Rakyat, 9 Juli 2006. R a n g k u m a n 1. Apabila menonton drama, sandiwara, dagelan, ketoprak, wayang, fragmen, atau sinetron, kita pada dasarnya menyaksikan sebuah lakon. Kita akan mengikuti tokoh- tokoh dengan watak dan perilaku masing-masing, jalan ceritanya, dekorasi panggung yang menggambarkan tempat, kapan, dan situasi ketita peristiwa yang dialami pelaku tersebut berlangsung. Bahkan untuk mempertegas lakon dapat diperkuat dengan ilustrasi musik dan cahaya. 2. Menceritakan kembali cerpen hanya dapat dilakukan apabila ceritanya sudah dibaca dan jalan ceritanya diketahui. 3. Salah satu unsur intrinsik cerita pendek adalah pelaku dengan sifat, watak, dan perilakunya masing-masing. Sikap, perilaku, dan pembicaraan mereka biasanya menyiratkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan, seperti nilai religius, nilai moral, nilai budaya, dan nilai sosial. 4. Menulis cerita pendek itu gampang. Asal ada kisah mengenai kehidupan seorang tokoh, misalnya, lalu diceritakan, jadilah sebuah cerita pendek. Tokoh tidak harus orang lain, diri pengarang sendiri pun boleh diceritakan. 5. Dalam sebuah cerita pendek kita dapat menangkap jalinan peristiwa alur dari awal sampai akhir cerita. Anda pun dapat mengetahui tokoh yang diceritakan, watak, dan cara pengarang melukiskannya. Lebih dari itu, Anda juga dapat mengetahui persoalan yang dihadapi oleh pelaku-pelakunya. Semua itu dikisahkan secara ringkas, tetapi dapat memberikan kesan mendalam pada diri pembaca. ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Di unduh dari : Bukupaket.com Cerita Pendek, Apa itu? 173 E v a l u a s i 1. Tentukan pelaku dan perwatakannya pada penggalan drama yang mestinya hanya didengarkan berikut suara laki-laki 1 : kau boleh kawin dengan anakku. tetapi, tidak boleh kau bawa pulang ke Sumatra. suara laki-laki 2 : minah akan saya bawa pulang ke daerahku karena saya berjanji kepada orang tuaku, selesai sekolahku, aku akan membangun daerahku. suara laki-laki 1 : kalau kau pulang, pulanglah. minah tak usah dibawa suara laki-laki 2 : apa sebab, pak? suara laki-laki 1 : minah tidak bisa berbahasa Batak. nanti di sana tidak bisa ngmong apa-apa suara laki-laki 2 : oh, tidak, pak. kami di sana tidak mempergunakan bahasa Batak. kami mempergunakan bahasa Indonesia. 2. Bacalah penggalan berikut, kemudian jawablah pertanyaan yang menyertainya “Halo, Pak Pong, apa kabar? Saya senang bertemu Kakak di sini. Bagaimana Ibu, Bapak, dan Dik Tinah?” ujarnya datar tanpa emosi. Laki-laki yang bernama Pak Pong itu hanya melompong. “Kakak, Ibu, Dik Tinah?” dia sempat mencatat kata-kata baru. “Bukankah kata-kata itu dulu berbunyi, “Kakang, simbok, dan gendukku Tinah?” “Baik, Baik, Dik, semua kirim salam rindu padamu,” katanya dengan latah, ”dik”nya terasa kaku di lidah. Dulu, orang yang ada di depannya itu dipanggilnya dengan “le” saja, ketika masih sama-sama memandikan kerbau di sungai, tiap sore. Totilawati Tjitrawasita, “Jakarta” Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks tersebut a. Siapa dan bagaimana watak pelaku cerita tersebut? b. Dari sudut pandang manakah cerita di atas dikisahkan? 3. Peristiwa apa sajakah yang terdapat pada penggalan berikut? Waktu beberapa orang Belanda-Indo menaikkan bendera merah-putih-biru di hotel Yamato, orang-orang Indonesia tercengang-cengang. Orang-orang tercengang bertambah banyak dan bertambah lama bertambah mendekati hotel itu. Tiba-tiba melompat seorang pemuda ke depan. Dipanjatnya tiang bendera, dirobeknya kain biru dari bendera itu. Or- ang-orang tercengang bertepuk dan bersorak, tapi orang-orang Belanda-Indo marah-marah. Bukan untuk dirobek mereka menaikkan bendera. Mereka terkenang kepada masa tiga setengah tahun yang lalu dan kepada ayah-ayahnya – Belanda betul-betul. Dan mereka terhina seperti ayah-ayahnya sendiri ditelanjangi orang. Karena itu mereka marah-marah. Dan waktu marahnya menjadi pukulan dengan tinju, terjadi keributan seperti dalam pilem- pilem cowboy. Dan waktu pilem habis, datang mobil-mobil ambulance cepat-cepat dan setelah berisi muatan, mobil-mobil itu berangkat pula. Idrus, “Surabaya” dalam Jassin, Gema Tanah Air Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 174 4. Di mana, kapan, dan dalam situasi bagaimanakah kisah dalam penggalan berikut terjadi? Wajahnya pucat, tetapi matanya tidak redup. Seperti ada cahaya bening dan kuat memancar dari bola matanya. “Kau harus tetap menyeberang jalan ini,” kata yang perempuan lagi. “Ya, kita harus tetap menyeberang jalan sialan ini,” sahut lelakinya. Mobil, bus, becak motor, dan sepeda berseliweran di depan dan belakang mereka. Kendaraan-kendaraan itu mengeluarkan suara keras, ganas, dan aneh di telinga mereka. Bunyi mesin, klakson, dan gesekan ban dengan aspal atau rem mereka dengar seperti tidak teratur atau seperti suara rimba yang menggetarkan hati. Mustofa W. Hasyim, “Dua Orang Sakit Menyeberang Jalan” 5. Bagaimanakah cara pengarang melukiskan watak pelaku pada penggalan cerpen berikut? Setiap orang tua menganggap dirinya paling tahu, yang paling “kuasa” menentukan segalanya, padahal kenyataannya masih ada yang lebih kuasa lagi, yaitu Tuhan. Jika sekarang anakku mengira dia berhak melarangku berbuat sesuatu terhadap anaknya, cucuku, mungkin dia benar. Lingkungannya telah menempanya bersikap begitu. Aku hanya seorang nenek, sedangkan dia adalah ibu bagi anaknya. Pengalaman ini harus kucermati sebagai suatu pelajaran guna menyambut kelahiran cucu-cucuku lainnya. Untuk kesekian kalinya kunyatakan bahwa belajar tidak ada batasan waktu dan usia. NH Dini, “Ajaran Kehidupan Seorang Nenek” Kompas, 6 Maret 2005 Refleksi Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban Anda atas soal evaluasi di atas Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini. Tabel Penguasaan Materi Skor Tingkat Penguasaan Materi 85 – 100 Baik sekali 70 – 84 Baik 60 – 69 Cukup 60 Kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai. Di unduh dari : Bukupaket.com Novel, Apa itu? 175 Dalam majalah atau koran novel sering kita baca cerpen dan novel. Cerpen umumnya dimuat dalam sekali terbit. Lain halnya dengan novel. Umumnya novel tidak dimuat dalam sekali terbit, tetapi dimuat secara bersambung. Di pasaran kita mengenal beberapa novel yang laris manis. Ada novel yang mengalami cetak ulang berkali-kali. Ada pula yang digolongkan sebagai novel the best seller. Itu merupakan indikasi bahwa novel memang digemari. Lalu, apa yang digemarinya? Seperti halnya cerpen, novel disukai karena jalan ceritanya. Nah, melalui pelajaran ini Anda dapat mempelajari bagaimana memahaminya, baik secara intrinsik maupun secara ektrinsik. Pelajaran 14 Novel, Apa itu? Kemampuan Bersastra Sumber: blogger. com; sangkanparan.files.wordpress.com Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 176

A. Mendengarkan