Menganalisis Isi Puisi Ada Apa dalam Sastra Kita

Deklamasi dan Baca Puisi, Samakah? 201

E. Ada Apa dalam Sastra Kita

Tujuan Pembelajaran: Anda diharapkan dapat menganalisis puisi bait, larik, rima, irama dan isi pengindraan, pekerjaan, perasaan, imajinasi. Membaca intensif teks esai 1. Menganalisis bentuk puisi Untuk menganalisis bentuknya, lebih dahulu kita amati puisi berikut. Dengarkan tuan suatu riwayat, raja di desa negeri kembayat, dikarangkan fakir jadi hikayat, disajakkan dengan syair ibarat. C. Hoykaas, Penjedar Sastra Puisi di atas terjadi dari bunyi, kata, frase, dan kalimat. Masing-masing ditata berlarik- larik dalam tipografi yang khas. Setiap larik terjadi atas 8 – 12 suku kata. Masing-masing disusun teratur, terus-menerus, susul-menyusul tanpa putus-putus. Keteraturan serupa itu disebut irama. Kata-katanya pun dipilih yang memiliki kesamaan bunyi rima, terutama kesamaan bunyi akhir larik. Bunyi akhir larik pertama, kedua, ketiga, dan keempat sama. Berdasarkan jumlahnya larik, puisi yang 2 larik per bait disebut distikon, 3 larik terzina, 4 larik kuatren, 5 larik kuin, 6 larik sektet, 7 larik septima, dan 8 larik stansa, dan 14 larik per judul soneta. Ditinjau dari rima akhir larik pada setiap baitnya, ada puisi yang memiliki rima akhir dengan pola aaaa, abab, aabb, abba, abcabc, dan ada yang tidak berpola. Ditinjau dari panjang pendeknya larik, panjang pendeknya bait, keteraturan irama, keteraturan rima, dan tipografinya, ada puisi yang mematuhi “aturan” dan ada yang tidak. Puisi yang mematuhi “aturan” disebut puisi terikat; yang tidak mematuhi aturan disebut puisi bebas. Lebih dari itu, puisi dapat dianalisis dari keberadaannya. Kalau pada zaman dahulu kala bentuk puisi yang dianalisis sudah ada, kita tetapkan bahwa bentuk itu termasuk puisi lama. Mantra, pantun, syair, karmina pantun kilat, talibun, dan gurindam contohnya. Akan tetapi, puisi yang dikenal sesudah kita berkenalan dengan budaya dan sastra barat disebut puisi baru.

2. Menganalisis Isi Puisi

Menganalisis isi puisi umumnya dapat difokuskan pada unsur bahasa bunyi, kata, frase, kalimat, situasi, dan kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi kelahirannya. Seperti kita ketahui setiap kata umumnya memiliki makna dasar denotasi tertentu. Kata hujan, misalnya, memiliki makna dasar titik-titik air yang berjatuhan dari udara lewat proses pendinginan. Akan tetapi, bagi penduduk yang kekurangan air, hujan berarti rahmat. Bagi daerah yang sering dilanda banjir, hujan berarti bencana. Rahmat dan bencana adalah konotasi makna tambahan kata hujan. Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 202 Makna kata kadang-kadang diganti atau digeser ke makna lain hingga terjadi berbagai majas. Bahkan pada 1970-an beberapa penyair menggunakan kata-kata yang tidak lumrah, tidak ada dalam kamus, seperti kata-kata yang digunakan dalam kebanyakan puisi Sutardji Calzoum Bahri. Kecuali dengan kata, puisi juga dibangun dengan bunyi, rima, dan irama. Ketiganya tidak mempunyai arti, tetapi dapat menimbulkan rasa, bayangan, serta membangkitkan suasana tertentu. Kata yang dirangkai dengan rima dan irama estetis dapat menggugah perasaan, pikiran, dan imajinasi. Dominasi vokal u, misalnya, memberikan nuansa makna berat, gelap, keruh, sendu, sedih, dan lain-lain. Sebaliknya, dominasi vokal a memberikan nuansa riang, ceria, gembira, dan lain-lain. Tidak ada penyair yang tinggal dalam kesendirian. Mereka selalu berada dalam suatu komunitas. Oleh karena itu, apa yang diungkapkan tentu berkaitan dengan lingkungan sosial budayanya, baik langsung maupun tidak. Masih ingat puisi Karangan Bunga? Puisi tersebut mengungkapkan kesan penyair ketika pada tahun 1965 melihat anak-anak SD dan SMP datang ke Salemba, markas pejuang Angkatan 66, mengantarkan karangan bunga sebagai tanda berduka atas meninggalnya seorang mahasiswa dalam suatu aksi demonstrasi menuntut kebenaran dan keadilan? Isi puisi tak terbatas. Walaupun demikian, beberapa puisi mengungkapkan isi secara spesifik, seperti balada kisah, elegi ratapan, epigram ajaran hidup, himne pujian kepada Tuhan, ode sanjungan kepada pahlawan, dan satire kritik atas ketimpangan sosial. Uji Kompetensi 16.5 Analisislah bentuk dan isi puisi berikut 1. Bukan beta bijak berperi, pandai menggubah madahan syair Soetarno, Peristiwa Sastra Indonesia 2. Kayon pohon purba -di tengah hutan merah tua- tahu akan makna dunia maka diam tak bicara Subagio Sastrowardoyo, Keroncong Motinggo 3. Kurang pikir kurang siasat, Tentu dirimu kelak tersesat. Pikir dahulu sebelum berkata, Supaya terelak silang sengketa. S.T. Alisjahbana, Puisi Lama 4. pot apa pot itu pot kaukah pot aku pot pot pot yang jawab pot pot pot kaukah pot itu Di unduh dari : Bukupaket.com Deklamasi dan Baca Puisi, Samakah? 203 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ yang jawab pot pot pot kaukah pot aku potapa potitu potkaukah potaku POT Dari Sutardji Calzoum Bahcri, O Amuk Kapak R a n g k u m a n 1. Kesesuaian penokohan dalam pertunjukan drama tergantung pada kepiawaian bermain peran. Jika piawai, dialog dan aktingnya tentu sesuai dengan sifat dan watak tokoh yang diperankannya. 2. Deklamasi merupakan bentuk penyampaian puisi secara lisan agar pendengar memahami isinya dan tergugah rasa keindahannya. Bekal awal deklamatordeklamatris adalah ketepatan interpretasi dan kemampuan presentasi. Aspek psikis berani, percaya diri, kemampuan verbal lafal, nada, tempo, aksentuasi, dan aspek nonverbal mimik, pantomimik, busana, aksesori pada saat presentasi perlu dikuasai. 3. Cerita pendek merupakan cerita khayali, tetapi tidak lepas dari kehidupan manusia. Apabila diresapi, cerita pendek bukan sekadar cerita pengantar tidur atau pengisi waktu luang. Ada nilai yang terkandung di dalamnya, seperti nilai religi, moral, budaya, dan nilai sosial. 4. Menulis puisi pada hakikatnya menyusun karya seni dengan bahan kata-kata. Bunyi, kata, frase, dipilih dengan cermat dan tepat agar rima, irama, gaya, makna, dan tipografinya bernilai seni. 5. Puisi selalu terbentuk dari komponen bunyi, kata, frase, kalimat yang disusun dalam bait dan larik dengan rima dan irama yang memiliki nilai seni. Ditinjau dari bentuknya, ada puisi bebas dan puisi terikat. Ditinjau dari tipografinya, ada puisi konvensional dan inkonvensional. E v a l u a s i 1. Jelaskan faktor penentu kesesuaian penokohan dalam pertunjukan drama 2. Berilah tanda jeda singkat dengan tanda , jeda panjang dengan , dan enjambemen dengan = pada puisi berikut Rasanya Baru Kemarin K.H.A. Mustofa Bisri Rasanya Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta Atas nama kita menyiarkan dengan saksama Kemerdekaan kita di hadapan dunia Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 204 Rasanya Gaung pekik merdeka kita Masih memantul-mantul tidak hanya Dari para jurkam PDIP Dari Jawa Pos, 17 Agustus 2004 3. Susunlah sebuah puisi baru Tema, bentuk, dan panjangnya bebas. Agar indah, kata, kalimat, larik, bait, kalau berbait-bait, tipografi, dan isi puisi yang Anda buat hendaknya sesuai dengan tema dan perasaan Anda masing-masing 4. Jelaskan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Sutan Duano pada ilustrasi berikut Walau apa katamu terhadapku, walau kauhina, kaucaci-maki aku, kaukutuki aku, aku terima. Tapi untuk membiarkan Masri dan Arni hidup sebagai suami istri, padahal Tuhan telah melarangnya, ooo, itu telah melanggar prinsip hidup setiap orang yang percaya pada-Nya. Kau memang telah berbuat sesuatu yang benar sebagai ibu yang mau memelihara kebahagiaan anaknya. Tapi, ada lagi kebenaran yang lebih mutlak yang tak bisa ditawar- tawar lagi, Iyah, yakni kebenaran yang dikatakan Tuhan dalam kitab-Nya. Prinsip hidup segala manusialah menjunjung kebenaran Tuhan.” 5. Analisislah bentuk puisi berikut, kemudian tentukan namanya Banyak bulan perkara bulan, tidak semulia bulan Puasa. Banyak Tuhan perkara Tuhan, Tidak semulia Tuhan Yang Esa Dari Sabaruddin Ahmad, Seluk Beluk Bahasa Indonesia Refleksi Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban Anda atas soal evaluasi di atas Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini. Tabel Penguasaan Materi Skor Tingkat Penguasaan Materi 85 – 100 Baik sekali 70 – 84 Baik 60 – 69 Cukup 60 Kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai. Di unduh dari : Bukupaket.com Nonton Drama 205 Melalui tayangan televisi kita selalu disuguhi hiburan yang berbasis drama seperti sinetron, sinekuis, telenovela, drama, film, wayang, ketoprak, dan lawak. Bentuk-bentuk hiburan ini merupkan indikator bahwa pertunjukan yang berbasis drama digemari masyarakat. Oleh karena itu, pada pelajaran ini Anda tidak hanya belajar menganalisis pementasan drama, tetapi juga belajar menulis, dan mementaskan drama. Selain itu, Anda belajar mendeskripsikan relevansi hikayat dengan kehidupan masa kini. Pelajaran 17 Nonton Drama Kemampuan Bersastra Sumber: blogger. com; sangkanparan.files.wordpress.com Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XI Program Bahasa 206

A. Mendengarkan