Konvensi Tembang Macapat KAJIAN TEMA, NILAI ESTETIKA, DAN PENDIDIKAN DALAM SERAT WULANGREH KARYA SRI SUSUHUNAN PAKUBUWANA IV

cxxvi semangat, yaitu pada masa tersebut manusia harus melawan hawa nafsu dengan semangat, dan sungguh-sungguh. j. Megatruh yaitu penggambaran masa kematian, pisahnya roh dengan badan. Dalam istilah Jawa ada kata “pegat” memisah, dan “roh” nyawa. Sifat tembang Macapat megatruh yaitu susah, nelangsa, sedih, prihatin karena pada masa tersebut keluarga yang akan ditinggal akan sedih. k. Pocung yaitu penggambaran kehidupan manusia telah berakhir artinya manusia telah menjadi mayat yang dipocong dikafan. Sifat tembangnya yaitu sembrono, sembarangan. Maksudnya manusia telah meninggal akan lupa segalanya.

1. Konvensi Tembang Macapat

Konvensi adalah cara penyajian yang menjadi alat pengungkapan secara mapan agar menjadi teknik yang bisa diterima umum. Konvensi tembang dalam macapat sudah mempunyai konvensi atau ketentuan yang gumathok, artinya dalam penyajian tembang harus mengikuti aturan yang ada dalam proses penciptaannya. Cara penyajian tembang merupakan alat pengungkapan imajinasi pengarang dengan memperhatikan pedoman yang ada, sehingga bisa diterima oleh umum. Karya sastra bentuk tembang termasuk jenis karya sastra bentuk puisi Jawa yang didalamnya terdapat konvensi atau ikatan-ikatan sesuai dengan jenis tembangnya, jadi dalam penciptaanya maupun penyajiaanya harus memperhatikan aturan yang dalam setiap tembang. cxxvii Isi Serat Wulangreh penuh dengan nasehat untuk kalayak isinya tentang ajaran orang hidup di dunia, dan memuat tentang kebaikan yang bisa menjadi pedoman dalam melakukan kewajiban hidup dengan masyarakat luas. Dari segi bahasa dapat dikatakan masih lumrah tidak memakai bahasa-bahasa yang tinggi-tinggi bahasa jawa kuna, sehingga memudahkan pembaca mengetahui maksud maupun isi tembang. Ditinjau dalam hal kesastraan atau bahasa sastra Serat Wulangreh menunjukan estetika dalam pemanfaatan bunyi-bunyi bahasa yang dipakai, sehingga menibulkan kesan yang indah, selain itu pengarang Serat Wulangreh merupakan pujangga yang besar, dan pantas untuk dipuji karena karyanya banyak memberikan nasehat pada masyarakat Jawa, yaitu Sri Paku Buwana IV. Konvensi dalam Serat Wulangreh terdiri atas 13 pupuh tembang dapat digambarkan sebagai berikut: Konvensi dalam Serat Wulangreh terdiri atas 13 pupuh tembang dapat digambarkan sebagai berikut: No Tembang Guru Gatra Guru Wilangan Guru Lagu Bait 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Dhandhanggula Kinanthi Gambuh Pangkur Maskumambang Megatruh Durma Pucung Mijil Asmaradana Sinom 10 baris 6 baris 5 baris 6 baris 4 baris 5 baris 7 baris 4 baris 6 baris 7 baris 10 baris 10-10-8-7-9-7-6-8-12-7 8-8- 8-8-8-8 7-10-12-8-8 8-11-7-12-8-8 12-6-8-8 12-8-8-8-8 12-7-6-7-8-5-7 12-6-8-12 10-6-10-10-6-6 8-8-8-8-7-8-8 8-8-8-8-7-9-7-6-8-12 i-a-e-u-i-a-u-a-i-a u-i-a-i-a-i u-u-i-u-o a-i-a-i-a-i i-a-i-a u-i-u-i-o a-i-a-a-i-a-i u-a-i-a i-o-e-i-i-u i-a-e-a-a-u-a a-i-a-i-i-i-a-a-a-i 8 16 17 17 34 17 12 23 26 28 33 12 13 Girisa Wirangrong 8 baris 6 baris 8-8-8-8-8-8-8-8 8-8-8-6-7-8 a-a-a-a-a-a-a-a i-o-u-i-a-a 25 27 cxxviii Jumlah bait 283 Tabel 8. Konvensi tembang dalam Serat Wulangreh

2. Perwatakan