Ajaran tentang keluhuran Budi

cxi aja pegat ing panedha, mring Hyang kang amisesa, ing raina wenginipun, .................................. hendaklah kalian bersukur kepada Allah, jangan berhenti berdoa kepada Allah, pada siang dan malam. Pada kutipan tembang di atas menjelaskan tentang ajaran umat manusia untuk melaksanakan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, untuk memperoleh kecerahan lahir dan batin. Sarana yang harus dilakukan ialah meniru para Nabi yang menjadi panutan, dan melaksanakan sholat lima waktu, memahami dalil-hadis, menjalankan rukun islam, dan jangan berhenti berdoa pada waktu siang maupun malam. Hal itu disajikan dalam serat Wulangreh supaya orang yang membacanya dapat menjalankan hidup dan kehidupan dengan baik.

13. Ajaran tentang keluhuran Budi

Tema ini dapat dilihat pada bait pertama tembang Sinom berikut: Ambege kang wus utama, tan ngendhak gunaning janmi, amiguna ing guna, sasolahe kudu bathi, pintere denalingi, bodhone dinokok ngayun, pamrihe den inaa, aja na ngaran bangkit, suka lila den ina sapadha-padha. Hatinya yang merasa sudah baik, tak bisa meninggalkan untuk keperluan manusia, berguna dan bermanfaat, gerak langkahnya harus berhasil, kepandaiannya ditutupi, bodohnya diperlihatkan, agar menjadi sasara penghinaan, cxii jangan sampai ada yang mengatakan berhasil, suka dan gembira dihina oleh sesama. Maksud dari kutipan tembang di atas menjelaskan bahwa orang yang berbudi luhur, tidak akan mengambil kepandaian orang lain untuk mencari untung. Orang tersebut tidak menonjolkan kepandaiannya, tetapi kebodohanlah yang diperlihatkan. Oleh karena itu, dia rela dihina oleh sesamanya. Hal tersebut diperlihatkan oleh Pakubuwana IV dalam mencari ilmu dan mengamalkan ilmu yang dimiliki kepada rakyatnya, dalam hal ini menjauhkan sifat yang sombong dan tinggi hati, selalu rendah hati dan menerima kritikan dari berbagai pihak. Untuk mencapai hal tersebut di atas pada bait 6 berikutnya disebutkan tentang ajaran untuk memperoleh keluhuran dan keselamatan, sebagai berikut: Lan aja na lali padha, mring luluhur ingkang dhingin, satindake denkawruhan, angurangi dhahar guling, nggone ambanting dhiri, amasuh sariranipun, temune kang sineja, mungguh wong nedha ing widdhi, lamun temen lawas enggale tinekan. Dan janganlah lupa, pada leluhur dulu, ketahuilah perilakunya, mengurangi makan dan tidur, perilakunya membanting raga, dan mensucikan diri, tercapainya keinginan, dengan jalan berdoa kepada Tuhan, jika sungguh-sungguh cepat atau lambat akan dikabulkan. Berdasarkan kutipan di atas, menjelaskan perintah untuk bisa berperilaku yang luhur dengan cara meniru para leluhur dahulu,yaitu: tirakat prihatin, cxiii tidak banyak makan dan tidur, bekerja keras, mensucikan diri. Adapun orang yang berdoa atau memohon kepada Allah akan terlaksana apabila dilakukan dengan mematuhi dalil-hadis, bersungguh-sungguh cepat atau lambat akan dikabulkan keinginannya.

2. Nilai Estetika yang Terkandung dalam Serat Wulangreh Karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV