xciii iku pantes sira guronana kaki,
Wr.t.Dh.b.4 Bila anda berguru,
carilah orang-orang yang benar-benar, baik martabatnya dan mengerti hukum,
yang beribadah, suka tirakat,
sukur apabila mendapatkan petapa uang bertawakal, tidak memikir pemberian orang,
kepadanyalah kamu pantas berguru, demi meningkatkan ilmu.
Bait tembang di atas memberikan penjelasan untuk meningkatkan ilmu atau kesempurnaan hidup, pilihah guru yang benar-benar
baik martabatnya dan mengerti hukum. Penjelasan di atas dapat dilihat pada
pada “Nanging yen sira nggugurukaki, amiliha manungsa kang nyata, ingkang becik martabate, sarta kang wruh ing kukum...... iku pantes sira
guronana kaki” ‘Tapi bila anda berguru, carilah orang-orang yang benar- benar, baik martabatnya dan mengerti hukum.... kepadanyalah kamu
pantas berguru’. Kriteria seorang guru yang baik yang ingin disampaikan adalah orang yang benar-benar baik martabatnya, beribadah, bertawakal,
tidak mengharapkan imbalan dan mengerti hukum baik hukum agama maupun hukum negara. Ajaran yang hendak disampaikan pengarang
kepada pembacanya yaitu untuk meningkatkan ilmu hendaklah berguru dengan ketentuan yang telah disebutkan di atas, selain itu bertujuan untuk
memperoleh kesempurnaan hidup.
2. Kebijaksanaan dan bergaul
Wujud dari tema tentang kebijaksanaan dan bergaul terdapat dalam tembang Kinanthi pada bait ke 3 dan ke 4 berikut:
xciv Yen wis tinitah wong agung,
aja sira ngunggung dhiri,
Jika anda menjadi orang besar, janganlah anda gila hormat,
Tembang di atas menunjukan bahwa seseorang ketika menjadi pemimpin atau orang besar, janganlah menjadi gila hormat, artinya merasa dirinya sudah
menjadi pejabat kemudian setiap orang harus tunduk kepanya. Nilai ajaran
yang terdapat pada kutipan di atas hendaklah untuk mawas diri dan menjaga diri dari rasa sombong, merasa diri paling besar. Sifat-sifat seperti di atas harus
jauhkan, karena apabila berlebihan dapan mengakibatkan manusia lupa akan tujuan hidup, yaitu ketika menjadi Raja atau pemimpin harus mengabdikan
kepada rakyatnya. Kemudian
dilanjutkan dengan
ajaran pergaulan,
hal tersebut
terdapat pada baris berikut: aja lekat lan wong ala,
kang ala lakunireki, nora wurung ngajak-ajak,
satemah anunulari. Janganlah dekat-dekat dengan orang yang buruk perilakunya,
yang buruk perilakunya, yang suka mendorong mengajak jahat,
akhirnya akan menulari.
Pada ungkapan Jawa yang menyatakan “aja cedhak kebo gupak” artinya jangan dekat-dekat orang yang jahat, nantinya akan
tertular. Ungkapan tersebut sesuai dengan tembang di atas. Nilai ajaran yang terdapat pada kutipan di atas hendaklah manuisa berhati-hati dalam
hal pergaulan, kaitannya dengan sifat dan watak seseorang karena apabila kurang berhati-hati nantinya akan merugikan diri sendiri. Tentang tema
xcv kebijaksanaan dan tata pergaulan manusia agar menghormati sesama, dan
mendekati kepada tindakan serta perbuatan yang positif. Pada bait 4 tembang Kinanthi berikutnya menjelaskan tentang
pergaulan, yang terdapat pada bait berikut: Nadyan asor wijilipun,
yen kalakuane becik, utawa sugih carita,
carita kang dadi misil, iku pantes raketana,
darapon mundhak kang budi
Wr.t.K.b.4 Meski orang berasal dari golongan bawah,
kalau perilakunya baik, atau kaya kebijaksanaan,
cerita berisi teladan itu pantas kau dekati, agar budi pekertimu bertambah.
Maksud dari tembang di atas memberikan penjelasan bahwa untuk bergaul engan sesama tidak harus memilih, memandang dari pangkat dan
jabatannya. Kalangan bawahpun bisa menjadi teladan atau panutan dalam rangka untuk menambah budi pekerti atau ilmu pengetahuan. Nilai yang
terdapat pada kutipan di atas bahwa perilaku yang baik meski dari golongan yang rendah dapat dipakai dalam kehidupan untuk meningkatkan
nilai budi pekerti manusia. Selain itu, pangarang memberikan ajaran bahwa untuk meningkatkan nilai budi pekerti ataupun moral dalam hidup
tidak mengharuskan dari kalangan kerajaan.
3. Kepribadian