xxxi hanya dalam kaitannya dengan keseluruhan. Unsur unsur itu hanyalah berarti
dalam total itasnya dan keseluruhannya. Di samping itu, unsur-unsur puisi juga melakukan regulasi diri, artinya mempunyai saling keterkaitan antara
unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jalinan makna dalam membentuk kesatuan dan keutuhan puisi menyebabkan keseluruhan puisi lebih bermakna
dan lengkap dari sekedar kumpulan unsur-unsur. Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui bahwa puisi merupakan
sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun yaitu struktur fisik dan struktur batin. Dalam hal struktur fisik dan struktur batin, penciptaan puisi
menggunakan prinsip pemadatan atau pengkonsentrasian bentuk makna. Unsur-unsur dalam puisi bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa
mengkaitkan unsur yang lainnya.
b. Unsur-unsur Pembangun Puisi
Puisi terdiri atas dua bagian besar yakni struktur dan struktur batin puisi. I. A Richards menyebut kedua struktur itu dengan metode puisi dan
hakikat pusi Herman J. Waluyo:2008: 66.
1. Struktur Fisik
Struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam motode puisi, yaitu unsur estetika yang membangun struktur luar puisi. Unsur -unsur tersebut dapat
ditelaah satu per satu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh. Unsur unsur tersebut disebutkan berikut ini.
xxxii a
Diksi Pemilihan Kata Diksi yang dihasilkan oleh penyair memerlukan proses yang
panjang. Seorang penyair menulis puisi menggunakan pemilihan kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang cocok dengan
suasana. Menurut Boulton 1979 diksi merupakan esensi penulisan puisi. Adapula diksi sebagai dasar bangunan puisi.
Di dalam puisi, penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata. Kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi
dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Ketepatan memilih kata
dalam puisi disebut diksi. Disamping itu, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Kata-
kata diberi makna baru dan yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair.
Pilihan kata dalam puisi bersifat konotatif, artinya memiliki kemungkinan makna lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih juga yang
puitis, artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dengan kata-kata yang dipakai dalam kchidupan sehari-hari.
b Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-
kata menjadi lebih konkret seperti yang dihayati melalui penglihatan, pendengaran atau cita rasa. Herman J. Waluyo 2008:78mengemukakan
xxxiii batasan pengimajian, bahwa pengimajian dapat dibatasi-dengan pengertian
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Baris atau bait
puisi itu seolah-olah mengandung gema suara imaji auditif, benda yang nampak imaji visual atau sesuatu yang dapat dirasakan, diraba atau
disentuh imaji taktil. Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata - kata yang konkret dan khas.
c Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji daya bayang pembaca, maka kata- kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat
menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang hiperkonkret ini erat hubungannya dengan penggunaan kiasan
dan lambang. Jika penyair mahir mcmperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah olah melihat, mendengar atau merasa apa yang dilukiskan oleh
penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin dalam puisi.
d Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Herman J. Waluyo 2008:83 bahwa bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak
makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak
xxxiv biasa, yakni secara tidak langsung mengengkapkan makna. Kata dan
bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Pengkiasan
disebut juga
silmile atau
persamaan, karena
membandingkan atau menyamakan sesuatu hal dengan hal lain. Dalam pelambangan sesuatu hal diganli atau dilambangkan dengan hal lain.
Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair
Tujuan menciptakan gaya bahasa dalam puisi, antara lain 1 agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, 2 agar menghasilkan
makna tambahan, 3 agar dapat menambahkan intensitas dan menambah konkrit sikap dan perasaan penyair, 4 agar makna yang diungkapkan
lebih padat . Gaya bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu 1
pengiasan dan 2 perlambangan. Rahmat Djoko Pradopo membagi majas ke dalam 5 bagian yaitu: metafora, simile, personifikasi, metonimi, dan
sinekdok. e
Verifikasi Rima, Ritma, dan Metrum Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk menggantikan istilah persajakan pada sistem lama, karena diharapkan penempatan bunyi
atau pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris dan bait. Dalam ritma pemotongan baris menjadi frase yang berulang-ulang, merupakan
xxxv unsur yang memperoleh puisi itu. Dalam puisi Jawa Geguritan atau
Tembang rima ini dikenal dengan istilah purwakanthi.
2. Struktur Puisi