Tema keselamatan Keikhlasan dan kesabaran

cvii

10. Tema keselamatan

Dalam suatu karya sastra, biasanya terdapat pesan atau amanat yang bisa diambil manfaatnya. Hal tersebut sesuai dengan bait 17, 18 , dan 19 tembang Pocung berikut: Lawan maning ana ing pituturingsun, yen sira amaca, layang sabarang layange, aja pijer katungkul ningali sastra, Dan ada lagi nasehatku, jika anda membaca buku surat, pahami isi layang tersebut, jangan terlalu asyik pada sastranya, Selanjutnya pada bait 18 berbunyi; Caritane ala becik dipunweruh, nuli rasakena, laying iku saunine, den karsa kang becik sira anganggoa, Cerita baik buruk harap diketahui, kemudian renungkan, rasakan bunyi seluruhnya, anda renungkan mana yang baik itu anda pakai. Pada bait 19 berbunyi: Ingkang ala kawruhana alanipun, dadine tyasira, weruh ala lawan becik, ingkang becik wiwitana sira wruha, yang buruk harap diketahui buruknya, sehingga anda dapat memahami, mengetahui yang baik dan yang buruk, yang baik anda utamakanlah lebih awal. Maksud dari tembang di atas adalah ajaran untuk mengetahui baik dan buruk setelah membaca buku, dan tidak hanya menikmati tulisannya saja. Hal cviii itu dapat diperoleh dengan cara menilai atau merasakan mana hal yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian akhirnya akan membawa kebaikan dan keselamatan. Pesan yang disampaikan oleh Sri Susuhunan Pakubuwana IV tentang kebijaksaannya daalam hal mendidik, tidak hanya disampaikan oleh keluarga saja, yakni melalui pengetahuan dengan banyak membaca tentang diharapkan bisa mengambil nilai-nilai ajaran yang baik dari karya-karya sastra yang ada.

11. Keikhlasan dan kesabaran

Wujud dari tema keikhlasan terdapat dalam kutipan sekar Mijil bait 3 dan 4 berikut: aja kurang iya panrimane, yen wis tinitah maring Hyang Widhi, ing badan puniki, wus papancenipun. bersukurlah dengan penerimaanmu, jika sudah kehendak Tuhan, badan ini dititahkan seperti ini, itu sudah jatahnya. Selanjutnya, pada bait ke 4 menunjukan wujud kesabaran, yang berbunyi: Ana wong narima wus titahing, Hyang pandadi awon, lan ana wong tan nrima titahe, ing wekasan iku dadi becik, kawruhana ugi, aja salang surup Orang yang bersyukur sebagai makhluk, Allah yang bernasib buruk, dan ia menerima nasib buruknya itu, kemudian ia bisa dijadikan orang baik, sebaik-baiknya orang yang beryukur itu. cix Dalam bait 15 tembang Mijil ditandaskan pula tentang kesabaran seperti berikut ini: ………….. barang gawe aja age-age, anganggoa sabar lawan ririh, dadi barang kardi, resik tur rahayu. ………….. sesuatu pekerjaan jangan dilakukan dengan tergesa-gasa, harap perlahan dan bersabar, sehingga setiap pekerjaan, bersih dan selamat. Pada kutipan tembang di atas menjelaskan ajaran tentang manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna, dengan hal ini ada yang diberikan kelebihan dan kekurangan. Ajaran tersebut memberikan perintah untuk menerima dengan keikhlasan apa yang telah menjadi jatahnya nasibnya. Kemudian pada bait berikutnya dijelaskan bahwa orang yang bersyukur dan sabar menghadapi cobaan, pada akhirnya akan menerima segala kebaikan dari Tuhan berupa keselamatan dan kebahagiaan.

12. Tema Beribadah Agama dengan Baik