Kepribadian KAJIAN TEMA, NILAI ESTETIKA, DAN PENDIDIKAN DALAM SERAT WULANGREH KARYA SRI SUSUHUNAN PAKUBUWANA IV

xcv kebijaksanaan dan tata pergaulan manusia agar menghormati sesama, dan mendekati kepada tindakan serta perbuatan yang positif. Pada bait 4 tembang Kinanthi berikutnya menjelaskan tentang pergaulan, yang terdapat pada bait berikut: Nadyan asor wijilipun, yen kalakuane becik, utawa sugih carita, carita kang dadi misil, iku pantes raketana, darapon mundhak kang budi Wr.t.K.b.4 Meski orang berasal dari golongan bawah, kalau perilakunya baik, atau kaya kebijaksanaan, cerita berisi teladan itu pantas kau dekati, agar budi pekertimu bertambah. Maksud dari tembang di atas memberikan penjelasan bahwa untuk bergaul engan sesama tidak harus memilih, memandang dari pangkat dan jabatannya. Kalangan bawahpun bisa menjadi teladan atau panutan dalam rangka untuk menambah budi pekerti atau ilmu pengetahuan. Nilai yang terdapat pada kutipan di atas bahwa perilaku yang baik meski dari golongan yang rendah dapat dipakai dalam kehidupan untuk meningkatkan nilai budi pekerti manusia. Selain itu, pangarang memberikan ajaran bahwa untuk meningkatkan nilai budi pekerti ataupun moral dalam hidup tidak mengharuskan dari kalangan kerajaan.

3. Kepribadian

Tema ini dapat dilihat dalam tembang Gambuh bait 1 berikut: Sekar gambuh ping catur, kang cinatur polah kang kalantur, tanpa tutur katula-tula katali, xcvi kadaluwarsa katutuh, kapatuh pandadi awon, Sekar Gambuh yang keempat yang dibicarakan, tingkah laku yang berlebihan, tanpa peduli dibanding, disaring, dikekang, apabila dibiarkan saja, akan menyebabkan keburukan. Maksud dari tembang di atas adalah berperilaku yang berlebihan tanpa perhitungan, tanpa disaring akan menjadi kebiasaan dan berakibat buruk. Manusia dalam berperilaku harus bisa mengukur diri sendiri atau selalu interopeksi terhadap diri sendiri, hal ini disebabkan bahwa manusia selalu harus waspada dan berhati terhadap perilaku dan ucapan. Perilaku yang tidak baik dan apabila sudah menjadi kebiasaan akan menjadi perilaku yang dianggap biasa yang bisa mengakibatkan hal-hal yang buruk. Selanjutnya pada bait berikutnya di jelaskan tentang berilaku-perilaku yang sangat dihindari, tercantum pada tembang Gambuh bait 4 berikut: Ana pocapan, adiguna adigang adigung, pan adigang kidang adigung pan esthi, adiguna ula iku, telu pisan mati sampyoh, Ada ungkapan, adigangadigung, adiguna, yang adigang adalah kijang, adigung itu gajah, adiguna adalah ular, ketiganya mati bersama. Dari tembang di atas menjelaskan pernyataan yang ingin disampaikan pengarang di atas merupakan contoh-contoh perilaku-perilaku yang tidak baik. Manusia dalam menjalani kehidupan dan memperoleh kesempurnaan hidup harus menghindari perilaku yang dilambangkan pada bait tembang berikut, xcvii menghindari sifat adigang yang bermakna kijang artinya selalu mengandalkan kecepatannya, jangan suka memamerkan keberaniaannya suara, padahal tidak berani untuk menghadapi suatu hal yang di depanya akhirnya menjadi bahan tertwa, adigung yang bermakna gajah yang mengandalkan besar ukuran badannya, dengan perumpamaan bahwa jangan membanggakan dhiri karena putra pejabat orang kedudukanya yang tinggi berbuat dengan semena-mena, yang terakhir adiguna disimbolkan dengan ular yang mengandalkan bisa racunnya orang yang suka mengandalkan kepandaiaanya, semua pekerjaan merasa dialah pandai, tapi kenyataan tidak bisa. Berikut diberikan gambaran tentang sikap yang positif, sesuai dengan tembang Gambuh bait 9: Ing wong urip puniku, aja nganggo ambeg kang tetelu, anganggoa rereh ririh ngati-ati, den kawangwang barang laku, den waskitha solahing wong. Orang hdup itu, jangan mempunyai watak “yang ketiga” itu, bersikaplah sabar, lembut, dan berhati-hati, Harap teliti setiap perbuatan, dan waspada terhadap ulah manusia. Tembang di atas menjelaskan bahwa dalam berkepribadian khususnya bersama dengan sesama manusia hendaknya memiliki kepribadian yang baik dilakukan dengan sikap yang sabar, lembut, dan berhati-hati, teliti dalam perbutan, dan harus waspada. Sifat atau watak di atas mencerminkan watak dari manusia yang baik, hendaklah manusia selalu waspada terhadap perilaku atapun dalam tindakan. Nilai yang disampaikan oleh Pakubuwana IV yaitu xcviii manusia dalam menjalani kehidupan harus selalu “eling lan waskitha” ‘ingat kepada Pencipta dan waspada’.

4. Tema tata krama menghormati rang lain