clxxi tangi lungguh angadeg tuwin lumaku,
angucap meneng anendra, duga-duga nora kari.
Yang buruk dengan yang baik, serta pertimbangan hati-hati jangan dilupakan,
itu sarana yang baik, tidak boleh ditinggalkan,
bangun, duduk, berdiri, dan berjalan, berucap dan diam dalam tidur,
pertimbangan jangan ditinggalkan.
Maksud dari bait tembang di atas, pengarang memberikan ajaran atau nasehat untuk menjalani hidup di dunia harus dengan perhitungan,
hal ini terlihat pada baris terakhir tembang Pangkur ‘duga-duga nora kari’ ‘pertimbanganperhitungan jangan ditinggalkan’. Pernyataan
tersebut memberikan penjelasan bahwa hidup di dunia haruslah dapat membedakan dan mengetahui antara yang buruk dan yang baik. Hal
tersebut sesuai dengan bait tembang di atas berikut, yaitu memperhatkan hah-hal: deduga artinya mempertimbangkan segala hal sebelum
bertindak, prayoga artinya mempertimbangkan hal-hal yang baik terhadap segala sesuatu yang akan dikerjakan, watara artinya mengira-
ira, mempertimbangkan apa yang akan dikerjakan, dan reringa artinya berhati-hati dalam menghadapi sesuatu yang belum meyakinkan. Jadi,
dalam menjalani hidup di dunia orang tidak boleh sembrono atau melakukan sesuatu hal dengan seenaknya sendiri tanpa memperhatikan
dampak atau akibat dari tindakan yang dilakukan.
5. Pengendalian Diri
Nilai pendidikan kejiwaan tertera pada bait 1 tembang Durma berikut:
clxxii Dipunsami ambanting sarirane,
cegah dhahar lawan guling, darapon sudaa,
nepsu kang ngambra-ambra, rerema ing tyassireki,
dadi sabarang, karsanira lestari.
Diharapkan untuk bekerja keras, mengurangi makan dan tidur,
agar berkurang, nafsu yang merajalela,
tenangkanlah batinmu, jadikan sesuatu,
urusanmu terlaksana juga.
Orang hidup di dunia diliputi oleh berbagai keinginan atau diliputi nafsu duniawi. Hal ini bisa menyebabkan seseorang lupa akan kewajiban,
egois, tamak, tidak peduli terhadap sesama, tidak peduli dengan lingkungan hidup. Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh hawa
nafsu akan menyebabkan malapetaka ata kerugian yang besar pada diri sendiri dan juga orang lain disekitarnya. Hawa nafsu yang dibiarkan saja
akan membawa penyakit yang serius, paling berbahaya. Karena tidak terkendalinya hati atau jiwa untuk melengkapi segala keinginannya yang
harus terpenuhi. Untuk menyikapi hal tersebut di atas dibutuhkan bimbingan yang
baik dari para guru atau seorang bisa memandu untuk menuju pada pencerahan batin. Seperti pada bait tembang berikut ‘Dipunsami
ambanting sarirane, cegah dhahar lawan guling’ ‘Diharapkan untuk bekerja keras, mengurangi makan dan tidur’. Maksud dari bait tembang
tersebut menunjukan nasehat untuk lebih mengurangi nafsu dunia dan
clxxiii melatih diri untuk bekerja keras, dilanjutkan pada baris ‘nepsu kang
ngambra-ambra, rerema ing tyassireki’ ‘nafsu yang merajalela, tenangkanlah batinmu’. Petikan tembang di atas memberikan nasehat
untuk tidak berlebih-lebihan dalam menikmati sesuatu baik berupa makanan ataupun bermalas-malasan. Dengan tujuan nafsu yang
merajalela akan berkurang dan batin atau jiwa akan mendapatkan ketenangan, sehingga apa yang kita harapkan bisa terlaksana dengan baik.
Segala hal yang berkaitan dengan kebaikan, keuntungan, kebenaran, keburukan, kesalahan itu semua berasal dari diri sendiri. Oleh karena itu,
harus bisa menahan diri dari segala nafsu dan selalu waspada dan hati- hati.
d. Nilai Pendidikan Agama dalam
Serat Wulangreh
1.
Percaya pada Kitab agama
Nilai pendidikan agama bisa dilihat pada bait 3 tembang Dhandhanggula berikut ini:
Jroning Kuran nggoning rasa yekti, nanging ta pilih ingkang uninga,
kajaba lawan tuduhe, nora kena denawur,
ing satemah nora pinanggih,
mundhak katalanjukan, temah sasar susur,
yen sira ayun waskitha, sampurnane ing badanira puniki,
sira anggugurua.
Dalam Qur’an tempatnya rasa sesungguhnya nyata, hanya insan terpilih yang tahu,
clxxiv selain dengan petunjukNya,
tidak boleh dikarang, akhirnya tidak akan ketemu,
semakin menjadi-jadi tidak karuan, akhirnya tersesat bingung,
jika anda ingin melihatnya, sempurnakan badan anda,
pergilah berguru.
Dalam setiap agama terdapat hukum-hukum, peraturan-peraturan, ritual-ritual, syariat yang baik dan harus dijalankan. Sebagai umat manusia
yang baik tidak hanya mengetahui saja segala hukum-hukum, peraturan- peraturan tetapi harus dipahami dan menjalankan segala perintahNya,
dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepribadian menjadi makhluk yang bermoral baik. Tanpa adanya pemahaman terhadap intisari agama
tidak akan terjadi peningkatan kepribadian maupun kesadaran masing- masing. Peraturan-peraturan yang ada dalam agama apabila dijalankan
akan mengantarkan ada kebaikan diri dan umatnya.
2.
Kewajiban Umat Islam untuk mengerjakan Sholat
Pada bait pertama tembang Asmaradana menyebutkan tentang ajaran atau perintah umat manusia untuk menjalankan segala perintah dan
kewajibanny sebagai umat beragama. Hal ini tercantum pada baris tembang berikut:
Padha netepana ugi, kabeh parentahing sarak,
terusna lair batine, salat limang wektu uga,
tan kena tininggala, sapa tinggal dadi gabug,
yen maksih dhemen neng praja.
clxxv Harap melaksanakan,
semua perintah sarak, teruskan lahir dan batin,
shalat lima waktu, jangan sampai ditinggalkan,
siapa meningalkan akan merugi, jika kalian masih suka hidup didunia.
Hidup manusia tidak akan pernah lepas dari Tuhan sebagai Sang Pencipta. Manusia adalah makhluk Tuhan yang mempunyai kewajban
untuk mendharmabaktikan hidupnya kepada Tuhan. Wujud dari dharma bakti manusia kepada Tuhan, yaitu beriman dan bertaqwa. Indikator
beriman antara lain percaya dan yakin dengan sepenuh hati tentang adanya Tuhan, Malaikat, Kitab, Rasul atau Nabi, hari akhir, takdir. Indikator dari
bertaqwa yaitu mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala perintahNya. sesuai dengan baris tembang di atas ‘Padha netepana ugi,
kabeh parentahing sarak’ ‘ melaksanakan semua perintahNya hukumperaturan agama. Hal tersebut di atas menjelaskan sebagai
makhluk beragama wajib menjalankan semua perintah dan kewajibannya.
3.
Ajaran untuk melaksanakan Rukun Islam
Nilai pendidikan tentang agama juga terdapat pada bait 2 tembang Asmaradana:
Wiwit ana badan iki, iya teka ing sarengat,
ananing manungsa kiye, rukun islam kang lilima,
nora kena tininggal, iku parabot linuhun,
mungguh wong urip neng dunya. Mulai ada badan ini,
juga sampai sari’at,
clxxvi mulai dari lahir manusia,
harus melaksanakan rukun islam yang lima, tidak boleh ditinggalkan,
itu adalah sarana agung, bagi orang hidup di dunia,
Dari uraian tembang di atas, memberikan ajaran bahwa manusia sebagi makhluk Tuhan harus selalu tunduk dan patuh. Manusia sebagai mahkluk
Tuhan yang memiliki keyakinan terhadap agama, harus diwajibkan untuk melaksanakan syariat dan ajaran yang telah ditentukan. Yakni pada agama
Islam yang dalam ajarannya terdapat tentang kewajiban dalam menjalankan syariatnya berupa rukun Islam yang berjumlah lima.
Dalam serat Wulangreh bait di atas menjelaskan tentang menjelaskan tentang kewajiban manusia untuk bisa memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia. Sarana yang baik untuk memperoleh kebahagiaan bagi orang yang menganut Agama Islam yaitu dengan menjalankan rukun Islam. Rukun Islam
merupakan rukun agama Islam yang berjumlah lima, yaitu sahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji. Dalam larik tembang di atas, selain memberikan ajaran
tentang Islam juga merupakan syiar terhadap agama untuk membentuk pribadi manusia yang baik.
4. Persamaan dan Perbedaan antara serat Wulangreh dengan serat