Berbakti kepada Pemerintah. Pengendalian Diri

cii Wong ing dunya wajib manuta ing Gusti, lawan dipun awas, sapratingkah dipun esthi, aja dupeh wis awirya, Orang hidup di dunia wajib tunduk patuh kepada Allah, dan hendaklah awas, terhadap tingkah lakunya agar lurus dan benar jangan membanggakan kedudukan yang tinggi. Bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan harus tunduk patuh, dan berbakti kepadanya. Manusia diciptakan dengan segala hal yang ada yang bisa disebut sebagai makhluk sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia diciptakan dengan beragam pangkat dan kedudukan, dan hendaklah selalu bersukur dan berbakti kepada Tuhan, serta tidak meninggalkan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan-Nya.

7. Berbakti kepada Pemerintah.

Ajaran tentang berbakti kepada pemerintahan dimulai dari bait pertama tembang Megathuh: Wong ngawula ing ratu luwih pakewuh, nora kena mingrang-mingring, kudu mantep sartanipun, setya tuhu marang gusti, dipunmiturut sapakon. Mengabdi kepada raja lebih sulit, tidak boleh bimbang ragu, harus mantap, serta tunduk patuh kepada gusti, harus menurut seperinyahnya. Hal tersebut di atas juga sesuai dengan bait 3 baris 4, 5, 6 berikutnya: ………… saparsa ngawuleng ratu, kudu eklas lair batin, aja nganti nemu ewoh. ciii ……….. siapa hendak mengabdi kepada raja, harus ikhlas lahir batin, jangan sampai mendapat kesukaran. Ajaran tentang berbakti kepada pemerintahan, juga disebutkan pada bait 14 tembang Megatruh: Setya tuhu saparantahe pan manut, ywa lenggana karseng gusti, wong ngawula pamanipun, lir sarah munggeng jaladri, darma lumaku sapakon. Setia kepada perintah, jangan mengingkari kehendak raja, orang mengabdi itu, ibarat sampah yang ada di samudera, dan siap bertugas apabila diperintah. Pernyataan di atas menunjukan bahwa salah satu tema yang ada dalam serat Wulangreh yaitu berbakti kepada pemerintah. Orang yang bekerja pada instansi atau lembaga tertentu wajib menjalankan tugasnya sesuai dengan kewajiban, hal-hal yang ditugaskannya. Hal tersebut disampaikan oleh pengarang dengan tujuan untuk kesejahteraan suatu negara hendaklah orang yang mengabdikan pada negaranya dapat bekerja dengan maksimal.

8. Pengendalian Diri

Wujud dari tema pengendalian diri terdapat dalam tembang Durma pada bait 1 berikut: Dipunsami ambanting sarirane, cegah dhahar lawan guling, darapon sudaa, nepsu kang ngambra-ambra, rerema ing tyas sireki, …………. civ Harap kalian bekerja keras, mengurangi makan dan tidur, agar berkurang hawa, nafsu yang menggangu, tenangkanlah dalam batinmu, ………... Tembang di atas menunjukan bahwa pengendalian diri dilakukan dengan cara prihatin, yaitu mengurangi makan, minum berpuasa, menahan nafsu. Semua hal tersebut di atas makan, minum, nafsu adalah kenikmatan hidup. Oleh sebab itu, sebagai kenikmatan, maka makan dan minum yang berlebihan akan mengakibatkan manusia lupa akan tujuan hidup di dunia. Agar manusia bisa mengontrol nafsu, supaya tidak tergoda pada perbuatan- perbuatan yang tercela menuruti hawa nafsu, maka haruslah melatih diri dengan beribadah dengan tekun, prihatin, tidak bermalas-malasan, tidak tidur dan makan yang berlebihan. Sifat-sifat itulah yang diajarkan Pakubuwana IV keoada keluarga dan rakyatnya. Pengendalian diri juga terdapat pada bait 5 tembang Durma berikut: Lawan aja mamaoni barang karya, thik-ithik mamaoni, samubarang polah, …………. Janganlah anda mencela sembarang karya, sedikit-sedikit mencela, setiap perbuatan, …………. Tembang di atas menunjukan bahwa pengendalian diri dilakukan dengan cara menjaga lisan, maka dalam ungkapan Jawa ada yang menyatakan “ajining dhiri dumunung ana ing obahing lathi” artinya, diri cv manusia akan dihargai dan dihormati karena kata-kata yang diucapkannya. Dari pernyaatan di atas agar manusia selalu berhati-hati dalam tindakan dan lisannya dalam rangka untuk mencari kesempurnaan hidup. Apabila tidak berhati-hati dalam ucapan akan mengakibatkan turunnya harkat dan martabat sebagai manusia, dengan alasan semakin banyak menghina seseorang akan membuat diri pribadi dijauhi oleh manusia disekitar dan masyarakatnya. Pakubuwana IV memberikan ajaran kepada keluarga dan kalangan kerajaan untuk selalu bisa menghargai hasil karya dari orang lain.

9. Tema kekeluargaan