Nilai Estetika yang Terkandung dalam Serat Wulangreh Karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV Rima dan Ritma Purwakanthi guru swara

cxiii tidak banyak makan dan tidur, bekerja keras, mensucikan diri. Adapun orang yang berdoa atau memohon kepada Allah akan terlaksana apabila dilakukan dengan mematuhi dalil-hadis, bersungguh-sungguh cepat atau lambat akan dikabulkan keinginannya.

2. Nilai Estetika yang Terkandung dalam Serat Wulangreh Karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV

. Struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yaitu unsur estetika yang membangun struktur luar puisi. Unsur-unsur tersebut dapat ditelaah satu persatu. Unsur-unsur tersebut meliputi:

a. Pemanfaatan Bunyi Bahasa dalam tembang Macapat karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV.

1. Rima dan Ritma

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk menggantikan istilah persajakan pada sistem lama, karena diharapkan penempatan bunyi atau pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris dan bait. Dalam ritma pemotongan baris menjadi frase yang berulang-ulang, merupakan unsur yang memperoleh puisi itu. Dalam puisi Jawa Geguritan atau Tembang rima ini dikenal dengan istilah purwakanthi. Purwakanthi secara etimologis berasal dari kata purwa dan kanthi. Kata purwa berarti permulaan dan kanthi berarti menggandeng. Purwaknthi mempunyai pengertian sebagai pengulangan bunyi, baik vokal maupun konsonan ataupun kata yang telah tersebut pada bagian depan. Purwakanthi cxiv ada tiga jenis yaitu purwakanthi guru swara, purwakanthi guru sastra, purwakanthi lumaksita. Ritma dalam puisi dapat dibaratkan gerak yang teratur yang ditimbulkan oleh adanya perulangan bunyi, adanya pergantian yang teratur, variasi-variasi bunyi dari kata kata-kata dalam bait-bait puisi sehingga menimbulkan keindahan puisi. Ritma dalam puisi keberadaanya terikat dengan rima. Ritma dalam puisi dapat juga ditimbulkan adanya rima dalam larik-larik puisi. Rima dan ritma dalam puisi Jawa tradisional banyak dibangun oleh adanya purwakanthi. Penggunaan purwakanthi atau pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi. Adapun rima dalam serat Wulangreh diuraikan sebagai berikut:

2. Purwakanthi guru swara

Purwakanthi guru swara adalah purwakanthi yang berpedoman pada vokal, atau bunyi vokal yang sama, misalnya: a. Serat Wulangreh, tembang Dhandhanggula bait 1 baris 8: tinalaten rinuruh kalawan ririh. Tekun luhur dengan sabar Baris tersebut mengulang fonem yang sama yaitu [in], [in] dalam kata tinalaten dan rinuruh. b. Serat Wulangreh, tembang Dhandhanggula bait 2 baris 2,6: mapan ewuh yen ora weruha, tur durung wruh ing rasa. susah bila tidak tahu, dan belum mengenal rasa. cxv Baris tersebut mengulang fonem yang sama yaitu [uh] pada kata ewuh, diulangi pada kata [uh] dalam wruh, dan weruh. c. Serat Wulangreh, tembang Dhandhanggula bait 5 baris 2: tan mupakat ing patang prakara. Tidak sesuai dengan empat perkara. Baris tersebut mengulang fonem yang sama yaitu [at] pada kata mupakat, [at] dalam kata patang. d. Serat Wulangreh, tembang Kinanthi bait 8, baris 4,6: um bag gumunggung ing dhiri, kumenthus lawan kumaki. Sombong memuji diri sendiri, congkak dan arogan. Kutipan sekar di atas mengulang fonem [um] dalam kata umbag, diulang fonem [um] pada kata gumunggung, kumenthus, dan kumaki. e. Serat Wulangreh Tembang Gambuh bait 1. b. 1,2,3,4 Sekar gambuh ping catur, kang cinatur polah kang kalantur, tanpa tutur katula-tula katali. Sekar Gambuh yang keempat, yang dibicarakan tingkah laku yang berlebihan, tanpa peduli disaring. Penggalan sekar di atas mengulang fonem [ur] pada kata catur, diulang pada kata cinatur, kang kalantur , tutur. f. Serat Wulangreh, Tembang Gambuh bait 12. b. 2,3: kakehan panggunggung dadi kumprung, pengung bingung wekase pan angoling. Fonem [ung] ditulis berulang-ulang pada kata kumprung, pengung, bingung. cxvi g. Serat Wulangreh Tembang Gambuh bait 16. b. 2 : durung weruh tuture angupruk, belum mengetahui bicaranya sudah tidak bisa disela, purwakanthi guru swara dalam kutipan sekar di atas terdapat pada semua baris tembang, dengan mengulang vokal [u]. h. Serat Wulangreh, Tembang Pangkur bait 9, b. 5: iren meren panasten dahwen, iri mengiri emosional menggunjing. purwakanthi guru swara dalam kutipan sekar di atas terdapat pada semua baris tembang, dengan mengulang fonem [en], yaitu pada kata iren meren panasten dahwen.

3. Purwakanthi guru sastra