commit to user
17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP disebutkan
bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Tujuan berkomunikasi
lewat isyarat bahasa ialah pencapaian saling paham antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pemahaman teknik dan tata cara berbahasa karena komunikasi lewat bahasa yang efektif tergantung dan terikat pada beberapa faktor. Faktor-faktor
penentu dalam komunikasi berbahasa yang efektif ialah 1 kekhasan ciri hubungan antara para pemakai bahasa atau antara para penutur, 2 waktu dan
tempat pelangsungan komunikasi berbahasa, 3 sarana yang dipakai untuk berkomunikasi berbahasa, 4 tujuan komunikasi berbahasa, 5 ciri amanat yang
berlangsung, dan 6 lingkungan pemakaian Jos Daniel Parera, 1991: 3. Selain itu, pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
bernalar, meningkatkan kemampuan wawasan dan meningkatkan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis.
Pelajaran bahasa lebih diutamakan untuk kepentingan komunikasi dengan memperhatikan kaidah kebahasaa, sedangkan sastra tak hanya berhenti pada
komunikasi namun juga pada nilai moral, emosi, seni, kreativitas, humanitas, dan
penghayatan nilai-nilai kehidupan.
Herman J. Waluyo 2008 menyatakan sastra adalah cabang kesenian dengan bahasa sebagai mediumnya atau sarananya.Karya seni lainnya
menggunakan suara sebagai mediumnya seni suara, warna sebagai mediumnya seni rupa, gerak sebagai mediumnya seni tari, dan berperan sebagai
mediumnya teater. Ditambahkan pula, hakikat karya sastra atau karya seni pada
commit to user 18
umumnya adalah imajinatif. Artinya, metode yang digunakan untuk menciptakannya dengan imajinasi hasil fantasi penciptannya. Hal ini berarti
bahwa karya seni atau karya sastra tidak diperoleh melalui penelitian, pengamatan, dan pengalaman empirik namun melalui pengalaman batin ketika
seorang pencipta atau seniman memiliki
mood
atau
passion
atau suasana hati yang luar biasa.
Pelajaran sastra harus dapat menunjang pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya sehingga murid-murid harus digiatkan dan dibangkitkan minatnya
agar mereka tertarik serta mau berhubungan dengan karya sastra. Murid-murid harus membaca puisi, naskah drama, dan novel terutama karya-karya bermutu
agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai sastra dengan baik. Ketertarikan dan hubungan yang terjalin antara murid dan karya sastra tersebut akan
menghasilkan suatu kegiatan apresiasi sastra dari murid. Menurut Andayani 2008: 1, apresiasi sastra adalah suatu aktivitas
dengan karya sastra secara sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra. Selain itu, apresiasi sastra juga dapat berupa tanggapan atau pemahaman yang intensif terhadap karya sastra. Tanggapan atau pemahaman ini
bersentuhan langsung dengan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra. Kegiatan apresiasi karya sastra bukan hanya sekedar kegiatan membaca
kemudian menggemari karya sastra tersebut. Namun, harus sampai pada tahap yang lebih tinggi yakni tahap pemahaman karya sastra sehingga nilai-nilai yang
terdapat dalam karya sastra dapat dipahami oleh pembaca. Nilai-nilai yang diungkapkan pengarang melalui karya sastra dapat memperkaya pengalaman,
wawasan, dan kehidupan batin pembaca. Seperti yang dinyatakan oleh Horace bahwa karya sastra bukan sekedar memberi hiburan
dulce
kepada pembaca, tetapi juga memberi kemanfaatan
utile
kepada pembaca. Menghibur karena mementingkan keindahan dan bermanfaat karena karya sastra dicipta melalui
renungan yang sungguh-sungguh dari penciptaan sehingga pesan atau amanat yang disampaikan pada pembaca dapat berguna.
commit to user 19
Herman J. Waluyo 2003: 44 menyatakan bahwa apresiasi puisi berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu
mendengar dan membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini
menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam, merasakan apa yang ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan
menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya. Dengan demikian, dalam pembelajaran apresiasi puisi pun murid harus
benar-benar dapat membaca puisi dengan baik. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka dapat menghayatinya sehingga dapat menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Bahasa puisi lebih padat, lebih indah, lebih cemerlang, dan lebih hidup daripada bahasa prosa ataupun bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa puisi
mengandung penggunaan lambang-lambang, metafora, dan bentuk-bentuk intuitif untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan emosi Mustopo dalam Herman J.
Waluyo, Swandono, dan Slamet Mulyono, 2001 : 1. Kepadatan bahasa puisi sebenarnya sangat berkaitan secara sinkron dan integratif dengan penyair dalam
upaya memadatkan sejumlah pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup yang diungkapkannya. Kegiatan apresiasi sastra yang dilakukan murid akan
membuat mereka menghayati pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup penyair.
Menurut Didin Widyartono 2010 membaca puisi merupakan jenis membaca indah dan salah satu kegiatan apresiasi sastra. Secara tidak langsung,
bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan mengenali, memahami, menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan
memiliki kepekaan rasa. Semua komponen dalam karya sastra dipahami, dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang
dikemukakan oleh pengarang. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan
pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang
commit to user 20
dibacanya.Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi dengan indah.
Pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII disebutkan bahwa pembelajaran membaca puisi termuat dalam standar kompetensi SK membaca
sastra, yang berbunyi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak. Adapun kompetensi dasar KD yang harus dikuasai adalah
membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik sesuai dengan isi puisi.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan mengajar di kelas, penilaian guru terhadap kemampuan membaca puisi murid, hasil angket
dan diskusi antara guru Bahasa Indonesia dan peneliti dapat dikemukakan bahwa kemampuan membaca, khususnya membaca indah puisi siswa kelas VII B SMP
Negeri 1 Jaten belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal. Hasil tersebut ditunjukkan dengan pembacaan puisi yang dilakukan oleh murid. Pada
umumnya terkesan seadanya, artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang membaca puisi. Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang.
Jarang terlihat murid yang mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid
juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Tidak ada siswa dengan kemauan sendiri tampil di depan kelas untuk membaca puisi.
Hasilnya, siswa membaca dengan semaunya dan tidak bersungguh-sungguh. Penghayatan pada saat tampil membaca puisi di depan kelas masih sangat
kurang. Tercermin dari ekspresi saat membaca puisi. Hal itu disebabkan murid tidak memahami terlebih dahulu puisi yang akan dibaca. Beberapa murid terlihat
menutupi wajahnya dengan buku pada saat membaca puisi. Demikian juga dalam hal penampilan, siswa kurang memahami pembacaan puisi sebagai sebuah
pertunjukan yang harus memperhatikan tentang teknik, gerakan tubuh, pandangan mata, dan bloking. Saat membaca puisi, penampilan murid adalah kaki dengan
sikap sempurna, kedua tangan memegang buku hingga pembacaan selesai dan pandangan mata selalu tertuju pada teks.
commit to user 21
Adapun dari segi lafal murid kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata, dari deret belakang bangku hanya terdengar samar, bahkan ada pula yang tidak
terdengar. Tempo rata-rata pembacaan puisi murid terlalu cepat. Hal itu terkesan bahwa membaca puisi adalah sesuatu yang terlalu memberatkan sehingga
sesegera mungkin menyelesaikan puisi tersebut. Seseorang yang akan membaca sebuah puisi, sebelumnya harus
memahami dan menghayati isi puisi yang akan dibacanya dengan bersungguh- sungguh. Dia harus dapat mewujudkan kembali apa yang dikehendaki penyair.
Seorang pembaca puisi adalah perantara antara penyair sebagai pencipta dengan pendengar sebagai penikmat. Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak
dapat dikatakan ringan karena pembaca puisi harus berusaha mewujudkan idepesan penyair dengan cara setepat-tepatnya. Persiapan sangat diperlukan
sebelum seseorang tampil membacakan puisi. Persiapan tersebut, antara lain: memahami isi puisi yang akan dibaca, menghayati makna dari puisi,
mengekspresikan puisi, berlatih membaca sebelum tampil, dan memberi tanda atau anotasi pada puisi.
Berdasarkan nilai dalam kegiatan membaca indah puisi tersebut diperoleh deskripsi sebagai berikut: rentangan nilai 44-53 diperoleh 3 siswa; rentangan nilai
54-63 diperoleh 4 siswa; rentangan nilai 64-73 diperoleh 15 siswa; dan rentangan nilai 74-83 diperoleh 9 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran membaca indah puisi hanya 9 siswa dari 31 siswa yang mampu membaca puisi dengan indah. Jadi, ada 29,03 siswa yang mampu membaca
puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik sesuai dengan isi puisi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 74.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang kemampuan membaca puisi timbul karena: 1 siswa kurang antusias dalam
pembelajaran membaca puisi, 2 siswa kurang percaya diri dan masih malu terhadap kemampuan membacanya karena siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran sejak awal, 3 guru belum menggunakan strategi atau model pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan membacanya, dan 4 guru kurang
memberikan motivasi kepada siswa.
commit to user 22
Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan membaca puisi masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan
perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk dapat memahami dan menghayati puisi yang akan dibacanya agar mereka mampu membaca puisi
tersebut dengan indah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran membaca puisi di sekolah lebih menarik adalah dengan mengubah pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan lebih melibatkan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran, yakni dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran
quantum.
Pembelajaran tersebut akan lebih mengoptimalkan kualitas proses dan hasil karena sesuai atau tepat dengan permasalahan yang
terjadi. Selain itu, pembelajaran tersebut lebih menekankan pada proses kreatif, praktik, interaksi antara siswa dan lingkungan kelas, dan kegiatan berapresiasi.
Berkenaan dengan hal itu, Nyoman S. Degeng dalam Andayani, 2008: 18-19 menyatakan bahwa indikator keberhasilan pembelajaran terwujud apabila
murid sejahtera dalam belajar. Untuk mewujudkannya maka perlu disajikan sebuah orkestrasi pembelajaran yang berbentuk aktivitas belajar murid yang
menyenangkan dan menggairahkan. Agus Suprijono 2009: xi menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah
pembelajaran dengan suasana
socio emotional climate
positif. Murid merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya,
melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.
Pembelajaran menyenangkan menjadikan murid ikhlas menjalaninya. Salah satu metode dari pendekatan pembelajaran
quantum
adalah metode TANDUR Tanamkan. Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan.
Metode tersebut juga mempertimbangkan segala sistem pembelajaran yang berupa interaksi dengan mempertimbangkan perbedaan kondisi murid dan
mengoptimalkan peristiwa belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran.
Melalui metode TANDUR, banyak hal positif yang bisa didapat. Bagi siswa, mereka akan mampu mengaitkan apa yang mereka dapat di sekolah dengan
commit to user 23
sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh
mereka. Bagi guru, bisa mengubah kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik. Perubahan keadaan ini akan memotivasi dan menumbuhkan minat
membaca puisi siswa, yakni pada saat membaca puisi di depan kelas murid tidak merasa malu dan timbul kepercayan diri pada mereka.
Keunggulan lain dari pendekatan pembelajaran
quantum
dengan metode TANDUR adalah 1 bisa mengubah keadaan kelas dari kelas biasa menjadi kelas
yang menarik; 2 bisa memotivasi dan menumbuhkan minat siswa; 3 membangun rasa kebersamaan; 4 menumbuhkan dan mempertahankan daya
ingat; dan 5 merangsang daya dengar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan membaca p
uisi dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Quantum
Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 20102011”.
B. Rumusan Masalah