Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra

commit to user 35 efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total. Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca. Inilah bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang untuk dilakukan. Cara mengucapkan puisi harus tunduk kepada aturan-aturan, yakni di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri. Tanda anotasi tersebut antara lain: ------- diucapkan biasa saja, berhenti sebentar untuk bernafas biasanya pada koma atau di tengah baris, berhenti agak lamabiasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya dengan baris berikutnya, berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi, suara perlahan sekali seperti berbisik, suara perlahan saja, suara keras sekali seperti berteriak, V tekanan kata pendek sekali, VV tekanan kata agak pendek, VVV tekan kata agak panjang, VVVV tekan kata agak panjang sekali, ____ tekanan suara meninggi, dan ____ tekanan suara agak merendah.

e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra

Sejalan dengan pernyataan Didin Widyartono, Sawali dalam Maria Utami, 2010: vii-x mengemukakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra yang penting dan strategis adalah puisi. Melalui pembelajaran apresiasi puisi yang optimal, siswa secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadian dan karakter mereka. Dengan puisi, hati dan perasaan siswa akan terlibat secara intens dan emosional ke dalam teks puisi yang mereka pelajari, sehingga kepekaan murni mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah. Dengan cara demikian, tanpa melalui pola instruksional dan indoktrinasi yang monoton dan membosankan, siswa secara tidak langsung akan belajar mengenal, memahami, dan menghayati berbagai macam nilai kehidupan, untuk selanjutnya mereka aplikasikan dalam ranah kehidupan nyata sehari-hari. commit to user 36 Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Suharianto dalam Nanang Ismail, 2010 menyatakan bahwa membaca puisi tidak hanya menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Ditambahkan pula bahwa, membaca puisi atau poetry reading juga berupaya untuk menangkap curahan perasaan, buah pikiran, dan pengalaman batin penyair yang tertuang dalam karya sastra berbentuk puisi. Membaca puisi yang baik selalu didahului interpretasi yang tepat seperti yang diinginkan penyairnya. Apapun yang dilakukan pembaca oleh puisi di depan publik sebenarnya merupakan pencerminan perasaan, pikiran, dan pengalaman batin penyairnya. Kesedihan, kegembiraan, kebencian, semangat yang menyala-nyala, dan kebahagiaan pembaca puisi sebenarnya merupakan manifestasi pengalaman batin penyairnya. Suharianto dalam Nanang Ismail, 2010 menambahkan pula bahwa selama membaca puisi di depan publik atau hadirin yang dapat dilihat atau didengar tidak dapat ditinggalkan. Semua yang terlahir pada waktu membaca puisi, baik teknik vokal maupun performance atau penampilan adalah sesuatu yang wajar sesuai dengan tuntunan puisi yang dibacanya. Bila puisi yang dibaca menghendaki semangat yang menyala-nyala, maka pembaca puisi harus bersemangat. Pembaca puisi akan bersedih, bila puisi yang dibacanya menuntut untuk bersedih. Dengan demikian interpretasi puisi yang dilakukan pembaca puisi sudah tepat, bila sudah mencerminkan apa yang diharapkan penyairnya. Jadi, membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi. Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup.Irama dalam commit to user 37 bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritme M. Atar Semi, 1993: 120-121. Bonita. D Sampurno 2010 menyatakan bahwa volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan oleh pembaca puisi. Volume suara yang dihasilkan saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi. Volume suara pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar. Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan tertawaan pendengar puisi. Kartomiharjo dalam Muhammad Zakii Al-aziz, 2010 menyatakan bahwa kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-jemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala. Maria Utami 2010: 41 berpandangan bahwa setidaknya ada 9 karakter yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi puisi, di antaranya: 1 cinta Tuhan, 2 bertanggung jawab, mempunyai amanah, disiplin, dan mandiri, 3 bersikap jujur, 4 bersikap hormat dan santun, 5 mempunyai rasa kasih sayang dan peduli, 6 percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, 7 mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemimpinan serta mampu bekerja sama,8 commit to user 38 baik, rendah hati dan mengampuni, dan 9 mempunyai toleransi dan cinta damai. Pandangan ini cukup menarik dan sesuai jika dikaitkan dengan situasi kekinian yang dinilai menunjukkan adanya kecenderungan perilaku anomali sosial yang menghinggapi kaum remaja yang semakin mengabaikan nilai-nilai luhur baku.

f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 10 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII B PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 17

PENDAHULUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 2 6

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

1 1 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V DENGAN PENDEKATAN KONSTEKSTUAL DI MI NEGERI SROYO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN

0 1 12

PENDAHULUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V DENGAN PENDEKATAN KONSTEKSTUAL DI MI NEGERI SROYO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 6

Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Dengan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukorejo, Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 2

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Puisi di Kelas VII SMP Negeri 3 Sindue Melalui Teknik Pemodelan

0 0 13

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Puisi di Kelas VII SMP Negeri 3 Sindue Melalui Teknik Pemodelan

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI TEKNIK PARAFRASE PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 1 PURWOJATI - repository perpustakaan

0 2 11