commit to user 126
tetap. Demikian juga, peningkatan yang terjadi pada siklus II ke siklus III pada indikator-indikator tersebut mencapai 10 - 32.
Pada siklus II ke siklus III persentase keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada saat apersepsi mengalami peningkatan 23,
keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran meningkat sekitar 22, dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pun
meningkat sebesar 32. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
Selain itu, pada siklus ini persentase peningkatan keberhasilan juga terjadi pada ketuntasan hasil belajar siswa dalam membaca puisi, berupa kemampuan
siswa dalam membaca puisi di depan kelas yang meningkat sekitar 19. Peningkatan tersebut tampak pada pembacaan puisi siswa yang pada setiap
siklusnya menunjukkan semakin adanya perbaikan baik dalam penggunaan irama, volume, mimik, dan kinesik. Pada siklus III nilai rata-rata siswa lebih tinggi
dibanding pada saat survei awal dan siklus-siklus sebelumnya siklus I dan II. Siklus III nilai rata-rata siswa menjadi 78,83 atau mengalami peningkatan sekitar
5,25 poin dibandingkan pada saat survei awal nilai rata-rata siswa 61,1. Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus I sampai dengan siklus III dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan
kualitas pembelajaran, baik pada proses maupun hasil kemampuan membaca puisi dengan penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
di kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Penilaian proses, dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan
commit to user 127
pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatuobyek. Sikap juga
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Ditambahkan pula oleh Sarwiji Suwandi 2010: 80-81 bahwa secara umum obyeksikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal,
yakni sikap terhadap materi pelajaran motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat; sikap terhadap gurupengajar interaksi, respons; dan sikap terhadap
proses pembelajaran perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb. sedangkan penilaian hasil, Nana Sujana 2008: 3 mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil
belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan penilaian proses dan hasil yang sudah dilakukan guru dan peneliti di atas,
dihasilkan keberhasilan peningkatan dalam tingkat keaktifan siswa pada saat apersepsi 23, keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran
22, dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 32. Selain itu, peningkatan persentase keberhasilan juga terjadi pada
ketuntasan hasil belajar siswa dalam membaca puisi, berupa kemampuan siswa dalam membaca puisi di depan kelas yang meningkat 19. Peningkatan tersebut
tampak pada pembacaan puisi siswa yang pada setiap siklusnya menunjukkan semakin adanya perbaikan baik dalam penggunaan irama, volume, mimik, dan
kinesik. Dengan demikian, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang dikemukakan peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan uraian kegiatan sebagai berikut: Sebelum dilaksanakan siklus I, peneliti terlebih dahulu
melakukan survei awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi sebenarnya di lapangan. Berdasarkan hasil kegiatan pada survei awal, peneliti menemukan
bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten masih kurang memuaskan. Hasil tersebut ditunjukkan dengan
pembacaan puisi yang dilakukan oleh murid. Pada umumnya terkesan seadanya,
commit to user 128
artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang membaca puisi. Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang. Jarang terlihat murid yang
mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid juga malu dan tidak
percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Melihat keadaan di lapangan tersebut, guru bersama peneliti mencari sebuah solusi atau jalan keluar untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Diperlukan sebuah keadaan baru dan positif dalam pembelajaran dimana dengan keadaan baru tersebut siswa akan
lebih fokus dan berkonsentrasi pada materi yang pada akhirnya mampu meningkatkan proses dan hasil tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Keinginan guru dan peneliti untuk meningkatkan proses dan hasil siswa tersebut diperkuat oleh pernyataan Agus Suprijono 2009: xi bahwa kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah pembelajaran dengan suasana
socio emotional climate
positif. Murid merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan
berkah yang harus disyukurinya. Belajar juga bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Salah satu
penerapan pendekatan yang mampu mengubah keadaan pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan adalah penerapan pembelajaran
quantum
. Pendekatan pembelajaran
quantum
, mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasan yang diperoleh dari kehidupan
rumah, kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh siswa. Oleh karenanya, peneliti melakukan kolaborasi bersama dengan guru
kelas untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
quantum
dalam pembelajaran membaca puisi. Selain itu, pendekatan pembelajaran
quantum
memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan
dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir
positif, kebugaran fisik, dan kesehatah emosional. Namun semua unsur ini bekerja
commit to user 129
sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif Bobbi DePorter, 2003: 14.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran quantum dalam siklus I sampai siklus III didasarkan pada prinsip TANDUR. Prinsip TANDUR diterapkan
sebagai metode atau petunjuk teknis pendekatan quantum. TANDUR merupakan singkatan dari beberapa langkah pembelajaran, yakni Tanamkan, Alami, Namai,
Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Semua langkah-langkah pembelajaran tersebut, menghantarkan siswa pada prestasi yang luar biasa. Lebih lanjut Bobbi
DePorter dkk 2003: 93 mengemukakan bahwa respons dalam pendekatan pembelajaran
quantum
dengan didasarkan pada prinsip TANDUR, melibatkan seluruh peserta pembelajaran. Seluruh murid terlibat secara fisik, psikis, dan
verbal. Predisposisi untuk tindakan positif yang dapat tumbuh dalam pembelajaran apresiasi sastra ini adalah sikap yang berbentuk: rasa senang
menikmati, menghayati, menghargai karya sastra, dan sekaligus menyenangi pembelajaran membaca sastra khususnya puisi.
Sebelum melaksanakan siklus I peneliti bersama dengan guru kelas sebagai kolaborator menyusun rencana pembelajaran RPP. Siklus I ini
merupakan tindakan awal untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran membaca puisi di kelas tersebut. Berdasarkan
kesepakatan antara guru dan peneliti pada siklus I ini tema yang digunakan dalam materi membaca
puisi adalah “Perjuangan Generasi Muda”. Oleh karenanya, lagu yang dinyanyikan pada saat apersepsi dan puisi yang digunakan disesuaikan
dengan temanya. Penilaian proses belajar didapat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung sedangkan penilaian hasil belajar didapat dari tugas siswa untuk
membaca puisi yang sudah disepakati guru dan peneliti di depan kelas. Pada siklus ini pembelajaran membaca puisi dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran
quantum
yang didasarkan pada prinsip “TANDUR” dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
Dari pelaksanaan siklus I tersebut diperoleh deskripsi hasil pembelajaran membaca puisi yang menyatakan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan-
kekurangan di dalam pelaksanaan tindakan. Kekurangan tersebut berasal dari guru
commit to user 130
dan siswa. Kekurangan dari pihak guru, yakni: 1 guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena karena posisi guru lebih banyak di depan dan
pada titik tertentu saja dekat meja guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran; 2 guru masih terkesan agak kaku dan terlalu tegas dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terkesan takut untuk beraktualisasi terhadap materi;dan 3 guru belum dapat membangkitkan
semangat siswa secara optimal khususnya untuk memberikan pendapat atau menanggapi sehingga stimulus yang diberikan guru kurang diresponss dengan
baik oleh siswa. Kelemahan yang terdapat dari pihak siswa, yakni: 1 beberapa siswa kelihatan kurang berkonsentrasi saat menyimak video pembacaan puisi; 2
sebagian siswa terlihat belum sepenuhnya fokus saat pembelajaran berlangsung melakukan aktivitas lain, seperti
menolah-noleh
, berbicara dengan teman satu meja, dan sebagainya; 3 sebagian siswa belum mampu menyesuaikan mimik
dan kinesik pada saat pembacaan puisi. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan
pada siklus I ini merupakan faktor penyebab kurang memuaskannya hasil tes kemampuan membaca puisi siswa. Hal ini didasarkan pada jumlah siswa yang
telah memperoleh nilai 74 dinyatakan tuntas dalam membaca puisi hanya 15 siswa atau sekitar 48 dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya, kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam siklus I tersebut dievaluasi oleh peneliti dan guru hingga menghasilkan perencanaan pembelajaran baru. Melalui perencanaan ini
diharapkan dapat mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan tindakan I.
Tindakan pada siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan yang terdapat dalam siklus I. Pada siklus II ini guru juga menerapkan pendekatan
pembelajaran
quantum
yang didasarkan pada prinsip “TANDUR” dalam pembelajaran membaca puisi. Berbeda dengan siklus I, pada siklus ini tema yang
diambil adalah “Pemberontakan Diri”. Adapun tugas yang dikerjakan siswa pada siklus II sama dengan tugas pada siklus I, yakni membaca puisi dan menentukan
tema, amanat, suasana, dan perasaan dalam puisi. Perbedaan tugas yang diberikan pada siswa dalam tidakan II adalah, ditiadakannya tugas untuk memberi
commit to user 131
anotasitanda pada teks puisi. Hal ini sudah disepakati oleh guru dan peneliti, karena akan mengurangi konsentrasi siswa pada mimik dan kinesik saat membaca
puisi. Siswa terlalu bergantung pada anotasi tanpa mengindahkan ekspresi yang seharusnya harus dimunculkan saat membaca puisi. Tugas membaca puisi ini
bersifat individu, namun tempat duduk siswa dibuat berkelompok seperti diskusi. Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan siklus II terlihat bahwa terjadi
peningkatan proses dan hasil pembelajaran membaca puisi dari siklus I. Peningkatan proses dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan siswa pada saat
apersepsi, dan keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran sedangkan minat dan motivasi siwa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran tidak mengalami penurunan atau kenaikan yakni tetap. Peningkatan hasil dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan
belajar dalam membaca puisi. Pada siklus I siswa yang dinyatakan telah tuntas dalam membaca puisi sekitar 48 15 orang dan pada siklus II ini terjadi
peningkatan menjadi 65 20 orang. Meskipun dalam siklus II ini telah ada peningkatan baik dari proses maupun hasil namun dalam pelaksanaannya masih
ditemukan kekurangan-kekurangan, seperti guru masih terlihat kurang dalam pengelolaan kelas dan mengkondisikan siswa agar tidak gaduh, beberapa siswa
masih terlihat belum sepenuhnya fokus dalam kegiatan pembelajaran, dan belum semua siswa yang meresponss stimulus yang diberikan guru.
Selanjutnya, peneliti bersama-sama dengan guru berdiskusi untuk merancang rencana pembelajaran baru yang bertujuan untuk mengatasi segala
kekurangan yang masih terdapat dalam pelaksanaan siklus II. Pada siklus III ini guru dan peneliti berusaha untuk memperkecil segala kelemahan yang terjadi
selama pelaksanaan pembelajaran membaca puisi. Hal ini dikarenakan siklus III merupakan perencanaan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada pelaksanaan
siklus III guru juga menerapkan pendekatan pembelajaran
quantum
yang didasarkan pada kerangka prinsip “TANDUR” dalam pembelajaran membaca
puisi. Tema yang diambil pada siklus ini adalah “Ketuhanan”. Berbeda dengan
siklus-siklus sebelumnya, agar kegiatan pembelajaran lebih bervariatif maka pada siklus ini dibuat apersepsi semenarik mungkin yang akan membuat siswa lebih
commit to user 132
konsentrasi, fokus dan senang dalam pembelajaran. Pemberian contoh pembacaan puisi juga dilakukan secara langsung oleh salah seorang siswa dengan sukarela.
Dari pelaksanaan siklus III terlihat bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran membaca puisi dari siklus II. Peningkatan proses dapat dilihat
dari meningkatnya keaktifan siswa pada saat apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran, serta minat dan
motivasi siwa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, sedangkan untuk peningkatan hasil dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang telah mencapai
ketuntasan belajar dalam membaca puisi yang berupa pembacaan puisi yang telah dibuat siswa pada siklus ini mencapai 84 pada siklus II sebesar 65. Dalam
siklus III kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus-siklus sebelumnya sudah dapat teratasi dan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan pun juga
telah tercapai. Oleh karenanya, dalam penelitian ini hanya dilaksanakan sampai pada siklus III.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
dalam pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMPNegeri 1 Jaten telah berhasil. Keberhasilan
pendekatan pembelajaran
quantum
dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut. 1.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran membaca puisi Penentuan persentase kualitas proses dihitung dari jumlah siswa yang
telah mendapatkan kriteria “sangat baik dan baik” pada masing-masing indikator selama kegiatan pembelajaran per jumlah siswa dalam kelas 31
dikalikan 100. Adapun bentuk keaktifan yang diamati adalah sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keaktifan dalam meresponss,
kesungguhan dalam mengerjakan tugas, dan semangat serta antusias dalam mengikuti pembelajaran.
a. Siswa lebih aktif saat mengikuti apersepsi
Selama pelaksanaan penelitian pada siklus I hingga III, tampak bahwa siswa antusias dalam mengikuti apersepsi. Keantusiasan ini ditunjukkan
commit to user 133
dengan kemauan siswa untuk menyanyikan lagu yang diminta guru dengan penuh semangat, membaca puisi di depan kelas, dan respons siswa
terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi. Keaktifan siswa saat apersepsi ditunjukkan dengan “kriteria sangat baik dan baik”
yang diindikatori adanya kemauan siswa untuk mengikuti apersepsi ikut menyanyikan lagu dan memberikan respons terhadap stimulus yang
diberikan guru. Dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa antar siklus, yaitu 45
atau sebanyak 14 siswa siklus I menjadi sekitar 61 atau sebanyak 19 siswa pada siklus II dan mencapai 84 atau sebanyak 26 siswa pada
siklus III. b.
Siswa terlihat lebih aktif dan perhatian saat mengikuti pelajaran Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran di setiap
siklus semakin menunjukkan adanya peningkatan. Indikator yang menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah
kemauan siswa untuk memperhatikan atau fokus terhadap kegiatan pembelajaran serta kemauan dan keaktifan siswa untuk meresponss
stimulus yang diberikan guru bertanyamenjawabmenanggapimenamai. Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
pada siklus I hanya 48 atau sebanyak 15 siswa, siklus II sekitar 58 atau sebanyak 18 siswa, dan siklus III menjadi 81 atau sebanyak 25 siswa.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat survei awal, beberapa siswa terlihat kurang fokus pada saat kegiatan
pembelajaran. Selain itu, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga belum begitu terlihat, karena saat pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan dan sebagian siswa kurang aktif dalam meresponss stimulus yang diberikan guru. Setelah adanya tindakan melalui penerapan
pembelajaran
quantum
sebagai pendekatan pembelajaran dalam membaca puisi keaktifan siswa semakin meningkat.
commit to user 134
c. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi
Pada mulanya, pembelajaran yang dilakukan di kelas tampak monoton dan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik. Saat pembelajaran guru lebih banyak memberikan penjelasan yang menitik beratkan pada
aspek kognitif dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran pun juga belum tampak, kemudian dilanjutkan dengan tugas membaca puisi
yang tanpa memanfaatkan suatu media sehingga dalam membaca pun siswa tampak kesulitan dan bingung.
Dikarenakan kurang bervariasi dan monoton mengakibatkan siswa kurang
bersemangat dan
kurang termotivasi
dalam mengikuti
pembelajaran. Namun setelah diterapkannya pendekatan pembelajaran
quantum
siswa mulai menunjukkan adanya ketertarikan saat mengikuti pembelajaran. Hal ini dilihat dari kesungguhan siswa saat mengerjakan
tugas, antusias dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi termotivasi karena dalam kegiatan pembelajaran siswa
tidak lagi hanya diam dan mendengarkan tetapi dibuat untuk lebih aktif. Selain itu, siswa juga tampak termotivasi karena dalam membaca puisi
siswa dibuat seolah seperti kompetisi yang mana usaha siswa akan diberikan penghargaan sehingga setiap siswa berusaha semaksimal
mungkin untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan pembelaran
quantum
membuat siswa tampak lebih berminat dan termotivasi saat mengikuti pembelajaran membaca puisi. Hal ini didasarkan pada
pengamatan peneliti dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria sangat baik dan baik di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang tampak
berminat dan memiliki motivasi saat mengikuti pembelajaran sekitar 48 dan pada siklus II tetap menjadi 48. Pada siklus terakhir terjadi
peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 81 atau sebanyak 25 siswa tampak berminat serta termotivasi pada pembelajaran membaca
puisi.
commit to user 135
2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran membaca puisi
Peningkatan kualitas hasil dapat dinilai dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Peningkatan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca puisi didasarkan pada ketuntasan siswa dalam membaca puisi yang penilaiannya didasarkan pada
beberapa kriteria, yakni: a.
Penggunaan irama Siswa telah mampu menggunakan irama dengan baik sesuai dengan isi
puisi yang dibacanya. Pada saat pretes siswa membaca puisi hanya berdasarkan pada imajinasi atau pengetahuannya tanpa ada suatu media
yang mendukung. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam membaca karena siswa tidak memiliki gambaran.
Berbeda dengan saat adanya tindakan. Pendekatan pembelajaran
quantum
mengoptimalkan segala hal yang terdapat di sekitar lingkungan pembelajaran, termasuk pemanfaatan media. Oleh karenanya, pada saat
tindakan guru menggunakan media LCD dan nara sumber terjadi kenaikan pada nilai hasil membaca puisi siswa. Dengan adanya media tersebut siswa
memperoleh gambaran atau inspirasi serta dapat mengimajinasikannya kemudian membacakan puisi yang sudah dipersiapkan dengan
menirukankan video pembacaan puisi. Pada setiap siklus, aspek ini mengalami peningkatan yang signifikan.
b. Volume
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa tampak bahwa siswa telah mampu menggunakan tingkat volume yang tepat dan sesuai dengan isi puisi dan
jumlah pendengar meskipun masih sedikit malu. Sebagian besar siswa dalam membaca puisi telah mampu menggunakan volume yang sesuai
sehingga pendengar puisi tersebut mampu menikmatinya. Berbeda saat pretes, yang mana sebagian besar siswa saat pembacaan puisi masih belum
mampu menggunakan volulme yang sesuai. Hal ini menyebabkan unsur keindahan pada puisi dirasa sangat kurang dan masih seperti cerita biasa.
commit to user 136
Namun setelah adanya tindakan dapat dilihat pada karya siswa hal tersebut dapat diminimalkan.
c. Mimik
Salah satu cara agar pendengar pembacaan puisi merasakan apa yang dirasakan penulis puisi adalah dengan penggunaan mimik atau ekspresi
wajah pembaca puisi yang harus sesuai dengan isi puisi. Dengan kesesuaian antar isi puisi dan mimik pembaca puisi, mampu meningkatkan
pemahaman dan penghayatan teks puisi yang dibaca. Setelah dilakukan tindakan antara peneliti dan guru dalam setiap pembacaan puisi siswa telah
mampu menggunakan mimik yang sesuai. Dari siklus ke siklus siswa mulai dapat menggunakan mimik dengan cukup baik sehingga puisi yang
dibacakan siswa juga terlihat semakin indah dan harmonis. d.
Kinesik Sebagian siswa sudah terlihat menggunakan kinesik dalam pembacaan
puisinya meski awalnya hanya beberapa siswa yang mendapatkan kriteria baik. Hal ini diindikatori oleh penggunaan kinesik atau gerak tangan dan
tubuh yang sesuai dengan isi puisi. Pada awalnya, siswa merasa masih malu untuk menggunakan kinesik namun setelah diberikan pendekatan
pembelajaran quantum oleh guru, peningkatan siswa yang menggunakan kinesik tiap siklus bertambah secara signifikanl. Hal itu membuat
pembacaan puisi lebih indah dan menarik untuk didengarkan dan dihayati. Adanya peningkatan pada setiap kriteria pembacaan puisi tersebut
menjadikan nilai siswa dalam membaca puisi juga mengalami peningkatan. Pada saat pretes, terlihat bahwa kemampuan membaca puisi siswa masih kurang
memuaskan. Hal tersebut tampak pada jumlah siswa yang telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan 74. Persentase ketuntasan belajar yang
dicapai siswa pada saat pretes hanya sekitar 28 9 siswa dari jumlah siswa keseluruhan 31 dengan nilai rata-rata 68,51.
Peningkatan mulai tampak pada siklus I dari 31 siswa 15 siswa sekitar 48 telah mencapai ketuntasan hasil belajar dan nilai rata-ratanya adalah 68,34.
Pada siklus II kemampuan siswa dalam membaca puisi mengalami peningkatan
commit to user 137
yang signifikan. Hal ini tampak pada persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai 65 20 siswa dengan nilai rata-rata 73,5. Pada siklus III
persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 84 26 siswa dari jumlah keseluruhan dengan nilai rata-rata 78,83.
Dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran
quantum
dalam pembelajaran membaca puisi, kemampuan membaca puisi siswa dalam bentuk
pembacaan puisi di depan kelas mengalami peningkatan yang dinyatakan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar.
Pada penelitian yang dilakukan peneliti ditemukan juga beberapa fakta mengenai kemampuan siswa dalam membaca puisi baik proses maupun hasilnya.
Beberapa siswa menunjukkan nilai proses yang kurang baik tidak tuntas, namun pada nilai hasil membaca puisi siswa-siswa tersebut mencapai nilai yang tinggi
tuntas. Begitupun sebaliknya, terdapat beberapa siswa lain yang nilai proses membaca puisinya sangat baik tuntas namun nilai hasil membaca puisinya
kurang baik tidak tuntas. Menurut peneliti, keadaan di atas terjadi karena beberapa faktor. Bakat,
minat, jenis kecerdasan, dan tingkat kepercayaan diri menjadi faktor-faktor dalam hal tersebut. Siswa yang kemampuan kognitifnya tinggi namun tidak memiliki
bakat membaca puisi, minat terhadap sastra dan kurang memiliki rasa kepercayaan diri akan sulit sekali untuk mampu membaca puisi di depan kelas.
Mereka cenderung kurang mampu mengekspresikan diri saat membaca puisi di depan kelas. Dari diskusi yang dilakukan antara guru dan peneliti, siswa-siswa
tersebut merasa malu dan kurang nyaman jika harus berada di depan kelas dan menjadi pusat perhatian siswa lain. Sebaliknya, terdapat siswa-siswa yang tingkat
kognitifnya kurang namun memiliki bakat dan minat yang besar terhadap sastra khususnya membaca puisi, mereka sangat berkompeten di bidang ini. Mereka
mampu berekspresi sesuai hatinya, merasa nyaman dan percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Mereka juga tidak malu jika harus berteriak atau
menangis demi penghayatan tehadap puisi yang dibacanya.
commit to user 138
Siswa-siswa tersebut memang memiliki kecerdasan linguistik sehingga mampu mengungkapkan apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan dalam
bentuk kemampuan membaca, menulis, atau berkomunikasi. Berdasarkan pemaparan di atas tampak bahwa penerapan pendekatan
pembelajaran
quantum
dalam pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Peningkatan proses didasarkan pada meningkatnya keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran baik pada saat apersepsi maupun keaktifan
siswa dalam meresponss stimulus yang diberikan guru, kesungguhan dalam mengerjakan tugas, keantusiasan dan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Dan peningkatan hasil didasarkan pada meningkatnya hasil pekerjaan siswa dalam membacas puisi jumlah siswa yang mendapatkan nilai
74. Selain itu, berdasarkan hasil angket pasca tindakan siswa kelas VIIB 25 siswa menyatakan bahwa melalui penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
dapat membantu mereka dalam pembelajaran ataupun pengajaran membaca puisi sehingga kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten
pun meningkat.
commit to user 139
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Hal
ini terbukti dengan adanya peningkatan proses pembelajaran, yang meliputi: a meningkatnya keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi. Hal tersebut dapat
dilihat dari peningkatan keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi pada tiap siklus. Pada siklus I keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi sebesar 45,
pada siklus II sebesar 61, dan pada siklus III meningkat menjadi 84; b meningkatnya keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti pembelajaran. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam merespons stimulus yang diberikan guru bertanya, menjawab, menanggapi, menamai dan
perhatian pada saat pembelajaran di setiap siklusnya. Siklus I siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar 48. Pada siklus-siklus berikutnya
keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut sebesar 58 pada siklus II
dan 81 pada siklus III; c meningkatnya motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi. Hal ini tampak pada kesungguhan
siswa saat mengerjakan tugas serta keantusiasan dn semangat siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada siklus I siswa yang tampak berminat
dan termotivasi sebanyak 43, pada siklus berikutnya tetap pada hasil 43 pada siklus II dan meningkat menjadi 81 pada siklus III.
2. Penerapan pendekatan pembelajaran
quantum
dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
Adanya peningkatan hasil pembelajaran membaca puisi dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca puisi. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca puisi yang penilaiannya didasarkan pada penggunaan irama, volume, mimik, dan kinesik