Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP

commit to user 52 Puisi gelap adalah puisi yang mempunyai banyak majas, lambang, dan kiasan sehingga sulit ditafsirkan. Puisi prismatik adalah puisi yang berisi majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu namun makna itu bagaikan makna yang keluar dari prisma sehingga ada bermacam-macam makna yang muncul karena bahasa puisi bersifat multi interpretasi. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai penyair dan kenyataan sejarah maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut. 5 Berdasarkan kandungan nilai keilmuwan, puisi dibedakan menjadi puisi parnasian dan puisi inspiratif. Puisi parnasian merupakan puisi yang mengandung unsur atau nilai –nilai keilmuwan. Puisi ini diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi inspiratif adalah puisi yang didasarkan pada mood atau passion penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat dalam puisi tersebut.

e. Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP

Pemilihan bahan ajar oleh guru yang akan disajikan pada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan tertentu. Tanpa adanya kesesuaian antara bahan ajar dan siswanya maka pembelajaran yang disampaikan akan gagal. Begitu pula pada pemilihan karya sastra sebagai materi harus diklasifikasikan tingkat kesukarannya dengan kriteria tertentu. Dalam memilih materi pengajaran ada beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan, yaitu tersedianya buku-buku di perpustakaan, kurikulum, kesesuaian, kesesuaian dengan tes akhir, dan lingkungan siswa. Selanjutnya terdapat tiga aspek dalam memilih bahan pengajaran sastra yaitu bahasa, psikologi siswa, dan latar budaya Moody dalam Maria Utami, 2010: 5- 22. 1 Aspek bahasa commit to user 53 Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Sementara perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasan dalam sastra tidak hanya meliputi masalah-masalah yang dibahas tetapi juga faktor-faktor lain seperti penulisan yang dipakai pengarang. Ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau oleh pengarang Rahmanto dalam Maria Utami, 2010: 6. Oleh karena itu, agar pembelajaran sastra dapat berhasil guru perlu mengembangkan keterampilan atau semacam bakat khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa. Jadi dalam usaha memilih bahan ajar kita akan bertolak dari kebutuhan siswa yang dianggap telah melewati tahap penguasaan bahasa tingkat dasar. Dalam praktiknya, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang diperhatikan dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasan siswa sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. 2 Aspek Kejiwaan Keterkaitan karya sastra dengan pembaca sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam penyajian karya sastra. Karya sastra akan dirasakan masyarakat atau pembacanya sebagai suatu hal yang menyenagkan dan sekaligus berguna tentunya apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pemahaman mereka. Tingkat pemahaman dan kebutuhan pembaca, antara lain ditentukan oleh tingkat perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Sebab secara psikologis, selama hidup manusia mengalami tingkat-tingkat perkembangan tertentu dengan konsekuensi, jenis-jenis kebutuhannya pun menjadi bervariasi. Sesuai dengan ciri masing-masing fase perkembangan Monks dalam Maria Utami, 2010: 7. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan pembaca menjadi faktor yang sangat penti ng dalam proses “penyapaian” karya commit to user 54 sastra kepada pembaca. Karya sastra yang sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaan mereka akan dapat dengan mudah mereka “cerna”. Dalam lingkup yang khusus, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa sangat berguna dalam upaya penentuan bahan ajar. Pemahaman terhadap tingkat kejiwaan siswa akan berimplikasi pada pemahaman atas sifat- sifat khusus dan bermacam-macam kebutuhan mereka. Hal itu akan sangat membantu dalam proses penentuan dan pemberian bahan ajar yang sesuai dengan mereka, sehingga proses penyampaian dan penerimannya akan berjalan dengan optimal. 3 Aspek Budaya Pemahaman akan suatu bahasa akan lengkap jika kita memahami kode budaya pada bahasa itu Herman J. Waluyo, 1995: 106. Banyak kata dan ungkapan yang sulit dipahami secara tepat dan langsung jika kita tidak memahami latar belakang budaya dari bahasa itu. Memahami bahasa memerlukan “ cultural understanding ”. Hal itu pula yang harus baerlaku dalam pemilihan bahan ajar puisi untuk siswa SMP, selain harus memperhatikan kemampuan siswa hendaklah juga memperhatikan keragaman lingkungan siswa Hasjim dalam Maria Utami, 2010: 7. Penduduk Indonesia tersebar di berbagai lingkungan hidup. Kehidupan mereka pun terdiri dari bemacam tempat antara lain di desa, kota, pinggir pantai, dan pegunungan. Di lingkungan petani, pedagang, pegawai dan sebagainya. Puisi yang isinya akrab dengan kehidupan anak akan lebih mudah diterima dan dimengerti daripada puisi-puisi yang renggang hubungan isinya dengan mereka. Jadi dalam memilih bahan bacaan puisi, guru hendaknya juga mempertimbangkan latar belakang budaya siswa sehingga tidak terjebak pada kemonotonan yang membosankan yang akhirnya siswa tidak mampu menerima dan mengapresiasi puisi dengan maksimal. Pemilihan puisi pada bagian ini, dikhususkan untuk siswa SMP karena penelitian ini ditujukan untuk siswa SMP khususnya kelas VII SMP. Terdapat commit to user 55 banyak pertimbangan dalam menentukan puisi. Pertimbangan-pertimbangan tersebut yakni: a Usia Siswa SMP Jenjang tingkat pendidikan di Indonesia yang berlaku sampai saat ini adalah Sekolah Dasr SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas SMA, dan Perguruan Tinggi PT. Masa yang ditempuh untuk masing-masing jenjang adalah SD=6 tahun, SMP=3 tahun, SMA=3 tahun, dan PT=bervariasi. Anak-anak yang memasuki kelas satu SD pada umumnya berusia 6 atau 7 tahun. Dengan demikian, siswa SD berusia antara 6 atau 7 sampai 11 atau 12 tahun, siswaSMP berusia 12 atau 13 sampai 15 atau 16 tahun, SMA berusia 16 atau 17 tahun sampai 18 atau 19 tahun, dan mahasiswa berusia di atas 19 tahun. Mengacu pada tahapan perkembangan yang telah disebutkan di atas maka siswa SMP mempunyai karakteristik dari perkembangan bahasa, perkembangan intelektualkognitif, perkembangan moral, dan perkembangan emosional. Dari segi perkembangan bahasa, siswa SMP berada pada tahap kompetensi lengkap. Pada akhir masa kanak-kanak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi. Pada usia ini, individu diharapkan telah mempelajari semua sarana bahasa dan keterampilan-ketrampilan untuk memahami dan menghasilkan bahasa tertentu dengan baik. Dari perkembangan intelektualkognitif, siswa SMP adalah remaja awal. Pada masa ini, sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mengaplikasikan berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan mengurangi simbol-simbol dan terminologi konkret dalam mengkomunikasikannya. Sedangkan dari perkembangan moral siswa SMP sedang dalam tahap mencari identitas versus kebingungan. Pada fase ini, anak mencari dan commit to user 56 mengembangkan identitas personal, berusaha mencari dan menemukan identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional. Terakhir adalah perkembangan emosional. Siswa SMP memasuki masa pubertas preadolence , yaitu umur 1011 sampai 1314 tahun. Pada masa pubertas, anak mencari mengembangkan identitas personal, berusaha mencari dan menemukan identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional. b Kriteria Puisi untuk Siswa SMP Kriteria puisi untuk siswa SMP dilihat dari unsur puisi, yaitu struktur fisik puisi, struktur batin puisi dan jenis puisinya. 1 Struktur Fisik Puisi Struktur fisik puisi yaitu diksi, citraanpengimajian, bahasa figuratifmajas, verifikasi, dan tipografi. Dari segi fiksi, siswa kelas VII bisa menerima kata lugas-kiasan, kata lugas-simbolik, dan kata lugas- bertafsir luas. Dari segi citraan, semua jenis citraan bisa diterima dan dimengerti oleh semua jenjang kelas. Namun, dari segi bahasa figuratifmajas, ternyata tidak. Siswa kelas VII baru bisa menyerap majas simile, personifikasi, dan metafora. Dari segi pelambangan, siswa kelas VII mempunyai pemahaman mengenai lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suara. Dari segi verifikasi, yaitu segi rima dan ritma, pemahaman siswa kelas VII pemahaman rima mengenai anomatopetiruan bunyi, bentuk intern pola bunyi, alitersi pengulangan huruf yang sama di awal beberapa kata dalam sebuah frasakalimat, repetisi bunyi dan kata. Sedangkan segi ritme yaitu pengulangan kata, frasa, dan kalimat. Strutur fisik yang terakhir adalah tipografi. Siswa kelas VII mempunyai pemahaman tipografi tipe blok, zig-zag, dan tangga. 2 Struktur Batin Puisi Strutur batin puisi terdiri dari tema, nada, suasana, dan perasaan. Tema puisi siswa kelas VII yakni persahabatan, pendidikan, kepahlawananpatriotisme, kemanusiaan, ketuhanan, nasionalisme, dan lingkungan. Aspek nada puisi untuk siswa kelas VII yakni nada senang, commit to user 57 sedih, main-main, religius, dan semangat. Aspek suasana yakni serius, gembira, haru, santai, dan khusyuk. Aspek selanjutnya perasaan, yakni serius, kagum, haru, khusyuk, simpati, sabar, dan sedih. Terakhir aspek amanat, siswa kelas VII mampu memahami amanat secara eksplisit dan beberapa jenis amanat yang bersifat menasehati atau mendidik. 3 Jenis Puisi Berdasarkan cara penafsirannya, siswa kelas VII mampu menafsirkan puisi jenis diafan karena pada tahap tersebut, pada umumnya siswa mempunyai pemahaman bahasa yang masih sederhana. Dari cara pengungkapannya, mereka mampu mengungkapkan jenis puisi naratif yakni epik, balada, dan syair sedangkan puisi lirik yaitu elegi dan ode. Selanjutnya, berdasarkan pada sifat isi puisi, siswa kelas VII mampu mengenal jenis puisi fisikal dan platonik karena puisi tersebut manggambarkan kenyataan dan ide cita-cita luhur. c Aspek Budaya Latar budaya puisi yang mampu dipahami siswa kelas VII yakni puisi yang isinya sudah terdengar akrab dalam kehidupan anak. Puisi yang berisi sesuatu yang renggang dari kehidupan siswa, akan membuat siswa kesulitan untuk memahami isi puisi tersebut. Oleh karena itu, sebelum memilih puisi guru hendaknya mempertimbangkan latar belakang budaya siswa sehingga tidak terjebak pada kemonotonan yang membosankan.

3. Hakikat Pendekatan Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 10 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII B PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 17

PENDAHULUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 2 6

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

1 1 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V DENGAN PENDEKATAN KONSTEKSTUAL DI MI NEGERI SROYO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN

0 1 12

PENDAHULUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V DENGAN PENDEKATAN KONSTEKSTUAL DI MI NEGERI SROYO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 6

Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Dengan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukorejo, Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 2

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Puisi di Kelas VII SMP Negeri 3 Sindue Melalui Teknik Pemodelan

0 0 13

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Puisi di Kelas VII SMP Negeri 3 Sindue Melalui Teknik Pemodelan

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI TEKNIK PARAFRASE PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 1 PURWOJATI - repository perpustakaan

0 2 11