Pendekatan Model Prosedur Penerapan Model Indikator Keberhasilan

d. Proses pelatihan kecakapan hidup memerlukan suasana saling membutuhkan, saling belajar, suasana aman, hangat, suasana saling menghargai, dan saling percaya. Model pelatihan kecakapan hidup bukanlah suatu model yang kaku akan tetapi memerlukan jaringan hubungan antara warga belajar dan sumber belajar serta bersama lingkungannya. e. Kemandirian merupakan paradigma sosial dengan tiga karakteristik, yaitu mandiri secara fisik dapat bekerja sendiri dengan baik, mandiri secara mental dapat berpikir secara kreatif dan analitis dalam menyusun dan mengekspresikan gagasan dan mandiri secara emosional nilai yang ada dalam diri sendiri.

4. Pendekatan Model

Agar model pendidikan kecakapan hidup yang dikembangkan efektif, maka dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang relevan dengan permasalahan dan tujuan yang dikembangkan dalam konseptualisasi dan implementasi model, antara lain: pendekatan partisipatif, kolaboratif, dan berkelanjutan.

5. Prosedur Penerapan Model

Langkah-langkah penerapan model program pemberdayaan melalui pelatihan integratif ini dapat diterapkan dengan prosedur yang dapat dilihat pada Tabel 4.24.berikut. TABEL 4.24 PROSEDUR PENERAPAN MODEL No Tahap Langkah 1 Perencanaan a. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait pada pemerintah daerah; Dinsos dan Dinkes. b. Identifikasi kebutuhan warga belajar c. Identifikasi taraf kecakapan vokasional warga belajar d. Menetapkan kriteria WB e. Menetapkan kriteria tutor f. Menetapkan tujuan g. Mengembangkan kerangka kurikulum h. Mengidentifikasi media pelatihan i. Merancang dan mengembangkan bahan ajar j. Merancang teknik penyampaian delivery system k. Menetapkan teknik evaluasi 2 Pelaksanaan a. Pelatihan kecakapan hidup otomotif, pengelasan, dan teknik pendingin b. Proses Pelatihan Keterampilan c. Monitoring kegiatan pelatihan pelatihan kecakapan hidup kecakapan vokasional 3 Evaluasi a. Evaluasi awal pretest b. Evaluasi proses c. Evaluasi akhir

6. Indikator Keberhasilan

Pengembanggan model pelatihan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian anak tunalaras lebih ditekankan pada vocational skills. Oleh karena itu, keberhasilan program pelatihan kecakapan hidup ini adalah sebagai berikut : a. Program pelatihan ini memiliki tingkat kesesuaian kebutuhan warga belajar dalam peningkatan kecakapan akademik, kecakapan vokasional, kecakapan personal, dan kecakapan sosial sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta sumber daya yang ada di masyarakat; b. Kebermaknaan model program kemandirian melalui pelatihan kecakapan hidup yang dikembangkan agar para warga belajar memiliki motivasi untuk belajar dan berusaha sehingga muncul keberdayaan dalam dirinya untuk berubah dari diri-sendiri dan bersama orang lain. Refleksinya adalah terbentuknya kemandirian warga belajar, yaitu mandiri secara fisik dapat bekerja sendiri dengan baik, mandiri secara mental dapat berpikir secara kreatif dan analitis dalam menyusun dan mengekspresikan gagasan dan mandiri secara emosional nilai yang ada dalam diri sendiri. Model pendidikan kecakapan hidup yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat pada visualisasi gambar sebagai berikut. Model empirik lihat di file gambar model Model empirik yang menjadi produk akhir penelitian ini dikembangkan berdasarkan model konseptual yang telah melalui berbagai tahap validasi dan uji coba. Secara umum model empirik tidak jauh berbeda dengan model konseptual. Pengembangan model empirik terjadi pada bagian dampak pelatihan atau outcomes. Secara sistematika atau alur pelatihan yang dikembangkan, model empirik memiliki kesepadanan dengan model konseptual, maka penjelasan model empirik hanya dipaparkan yang berkenaan dengan dampak pengembangan model saja. Tujuan pelatihan model pelatihan kecakapan hidup adalah membentuk warga belajar agar memiliki kecakapan hidup sesuai dengan keahliannya masing- masing. Akan tetapi, kecakapan hidup tersebut harus dikembangkan dalam bentuk program nyata melalui berbagai bentuk usaha. Oleh karena itu, model pelatihan yang dikembangkan penulis merekomendasikan agar pelatihan kecakapan hidup dilanjutkembangkan melalui kegiatan pengembangan pelatihan kecakapan hidup. Pengembangan yang dimaksud adalah: 1 Adanya kontrol yang intensif dan berkelanjutan dari pihak keluarga, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait. Kontrol terhadap anak tunalaras yang sudah dilatih melalui pelatihan ini belum tentu akan mencapai keberhasilan yang memadai apabila tidak dikontrol melalui berbagai bentuk. 2 Pelatihan kecakapan hidup harus dilandasi oleh pengembangan potensi diri anak tunalaras dalam bentuk penyaluran kerja atau pengembangan usaha yang difasilitasi oleh lembaga, baik swasta maupun pemerintah. Anak tunalaras memiliki keterbatasan dalam mengaktualisasikan dirinya di masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan ini menyarankan agar pengembangan potensi diri anak tunalaras dan pengembangan usaha menjadi program intensif dampak pengembangan model.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Umum