B. Analisis Pelatihan Kecakapan Hidup di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta
Berikut ini akan penulis paparkan realisasi pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian anak tunalaras di Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani Jakarta yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai sumber data, observasi lapangan, dan analisis dengan pendekatan
SWOT.
1. Hasil Wawancara
a Pelatihan kecakapan hidup menurut Kepala Panti PSMP Handayani Jakarta PSMP Handayani adalah salah satu unit pelaksana teknis yang menangani
permasalahan anak nakal yang bermaksud untuk dapat memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial anak nakal sehingga mereka dapat
hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di
masyarakat serta menjadi
sumber daya
manusia yang
berguna, produktif
dan berkualitas, serta berakhlak mulia. Menghilangkan label dan stigma negatif
masyarakat terhadap anak yang menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat. Maksud tersebut
dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sehingga dapat tercipta suatu pelayanan yang komprehensif dan berorientasi pada
kepentingan penerima pelayanan. Tujuan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal di PSMP Handayani secara umum adalah pulihnya kepribadian, sikap
mental dan kemampuan anak nakal, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan kehidupan dan penghidupan sosial keluarga dan
lingkungan sosialnya.
Panti Sosial Marsudi Putra PSMP Handayani adalah lembaga Pemerintah maupun swasta yang memberikan pelayanan sosial kepada anak yang mengalami
gangguan perilaku dan emosi. Tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif,
rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan ketrampilan, resosialisasi dan bimbingan lanjut bagi anak nakal agar mampu
mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
Yang terlibat dalam pembuatan perecanaan program, menurut kepala panti meliputi: Kepala panti, instruktur, dan nara sumber teknis. Kepala panti
berpendapat bahwa pelaksanaan pelatihan yang berjalan selama ini masih kurang optimal. Kekurangan itu, berkenaan dengan:
a. Tidak tersusunnya program kerja pelatihan yang sistematis dan fleksibel
sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan, terutama tentang: kurikulum, standar keahlian intsruktur, sistem pelatihan yang efektif,
bimbingan mental yang optimal, biaya, dan sebagainya. Selama ini, pelatihan berjalan sesuai dengan petunjuk teknis dari Departemen Sosial.
b. Tidak ada tindak lanjut dari pelatihan kecakapan hidup untuk masa depan
warga belajar, masih belum terealisasikan karena untuk sekarang ini panti hanya dapat memberikan pelatihan yang berbentuk pembekalaan keaahlian
saja. c.
Tidak adanya pemisahan latar belakang sosial dan pendidikan secara proporsional sehingga anak tunalaras diarahkana kepada pelatihan keahlian
yang sudah tersedia di panti teknik otomotif, pengelasan, dan teknik pendingin sehingga ditemukan warga belajar yang kurang aktif karena bidang
keahliannya yang tidak sesuai. b Pelatihan kecakapan hidup Menurut Instruktur
Pelatihan kecakapan hidup adalah pengajaran keterampilan yang diarahkan pada keterampilan warga belajar dalam menguasai bidang keahlian
yang dilatihkan. Pelatihan kecakapan hidup ini merupakan suatu usaha panti dalam membekali warga belajar agar mempunyai kemampuan vokasional untuk
mengenal dan memasuki dunia kerja. Bekal keterampilan ini secara luas diberikan kepada warga belajar. Kemudian kurikulum belum ada untuk pelatihan
kecakapan hidup, sehingga instruktur harus membuat kurikulum pelatihan kecakapan hidup sendiri yang tidak memiliki konsistensi. Kemudian, tidak
adanya buku sumber atau panduan untuk anak dalam pelatihan keterampilan pun menghambat pelaksanaan program pelatihan. Panduan tersebut mungkin berupa
modul yang efektif. Di samping itu, Pelatihan kecakapan hidup merupakan salah satu program
penyiapan kerja bagi warga belajar untuk menghadapi lapangan kerja. Penyiapan kerja secara sederhana belum diintegrasikan dalam materi pelatihan. Seperti yang
telah diutarakan, pemberian informasi tentang pentingnya mempelajari satu keterampilan untuk masa depan anak wajib disampaikan tutor walaupun tidak
secara langsung dalam mengarahkan warga belajar pada satu pilihan program keterampilan tertentu.
d Pelatihan kecakapan hidup Menurut Warga Belajar Pelatihan ini menurut saya sangat bermanfaat. Harapan saya dengan
mengikuti keterampilan ini, saya akan lebih mudah kembali ke masyarakat dan memiliki keahluan yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan di masa datang.
2. Hasil Observasi