baru. Kondisi ini merupakan sebuah kekuatan bagi PGIB yang memiliki daya serap bahan baku besar dan teknologi proses yang memadai sehingga PGIB akan
kompetitif di pasaran. Pada saluran pemasaran supermarket terdapat barier yang cukup besar
bagi pesaing baru yang akan masuk pasar. Pengelola supermarket menerapkan persyaratan yang ketat bagi pemasoknya. Hanya produsen pemasok dengan
produk yang berkualitas yang bisa masuk ke pasar supermarket sehingga persaingan dan ancaman dari pesaing baru relatif lebih kecil dibandingkan dengan
saluran pasar tradisional.
5.10.5. Persaingan Dari Produk Substitusi
Usaha penganekaragaman pangan sudah dicanangkan sejak dikeluarkan instruksi Presiden Inpres No. 14 Tahun1974 tentang perbaikan Menu Makanan
Rakyat PMMR dan kemudian disempurnakan dengan Inpres No. 20 Tahun 1979. Maksud dari instruksi tersebut adalah untuk lebih menganekaragamkan
jenis dan gizi makanan rakyat, baik kualitas maupun kuantitas sebagai usaha penting bagi pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat Departemen Pertanian RI, 2002. Program penganekaragaman pangan ini turut berpengaruh terhadap
konsumsi beras masyarakat. Data BPS 2005 menunjukkan bahwa konsumsi beras per kapita masyarakat pada tahun 2003 hingga 2005 berkurang sebesar 2,23 per
tahun. Penurunan ini menunjukkan ketergantungan masyarakat terhadap beras mulai berkurang walaupun belum terlalu signifikan. Sebagian masyarakat mulai
mengkonsumsi produk substitusi beras untuk memenuhi kebutuhan kalori energinya. Meskipun demikian, pertumbuhan jumlah permintaan terhadap beras
masih positif 1,21 per tahun. Persaingan dari produk substitusi juga sudah mulai tampak. Salah satu
produk substitusi beras yang paling berpengaruh adalah produk olahan gandum. Gandum tepung terigu merupakan bahan pangan yang banyak digunakan
sebagai bahan dasar berbagai macam produk olahan seperti mie instan, roti, kue, biskuit dan produk lainnya. Data BPS tahun 2005 menunjukkan jumlah impor
gandum Indonesia yang sangat besar mencapai sekitar 4.333.107 ton per tahun.
Meskipun belum bisa menggantikan beras secara besar-besaran, perkembangan konsumsi gandum cukup pesat dilihat dari semakin memasyarakatnya produk mie
instan dan roti. Persaingan dari produk olahan gandum harus menjadi perhatian serius
bagi PGIB terkait strategi dan kelangsungan industri ke depan. Konsumsi bahan pangan pokok khususnya beras merupakan kebiasaan sejak kecil dan telah
mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Butuh waktu yang lama untuk mengubah kebiasaan masyarakat mengkonsumsi beras sebagai bahan
pangan pokok. Paling tidak, diperkirakan perubahan pola konsumsi tersebut tidak akan terjadi secara besar-besaran dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan.
Di Indonesia, perkembangan konsumsi produk olahan gandum pun memperoleh hambatan mengingat gandum bukan hasil tanam dalam negeri.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Departemen Pertanian RI dan perusahaan penggilingan gandum belum ada yang menunjukkan gandum bisa ditanam di
Indonesia dalam jumlah massal besar. Bahkan dalam salah satu tujuan rencana aksi program diversifikasi pangan pemerintah adalah mengurangi ketergantungan
terhadap beras dan pangan impor termasuk gandum melalui peningkatan konsumsi pangan baik nabati maupun hewani dengan peningkatan produksi
pangan lokal dan produk olahannya Departemen Pertanian RI, 2002. Mengingat produk subsitusi beras dalam negeri seperti singkong, ubi, dan jagung belum ada
yang memasyarakat secara luas maka diperkirakan dalam jangka waktu beberapa puluh tahun ke depan beras akan tetap menjadi bahan pangan utama masyarakat
Indonesia.
5.11 Strategi Pemasaran