Potensi dan Peluang Pasar

tradisional dalam jumlah yang kecil 1-3 karung 20kg sehingga biaya transportasi per kg berasnya tinggi. Saluran pemasaran ini dapat dinilai tidak efisien karena menghasilkan margin yang tinggi tanpa adaya penambahan nilai produk baik kualitas maupun atribut produk lainnya.

5.8 Potensi dan Peluang Pasar

Beras merupakan bahan pangan utama masyarakat Indonesia termasuk Jakarta. Pangsa pasar beras wilayah DKI Jakarta dapat dilihat dari jumlah penduduk dan rata-rata ketersediaan per kapita. Permintaan terhadap beras tidak hanya menunjukkan jumlah konsumsi beras melainkan juga persediaan tetap dan penggunaan beras untuk kebutuhan lain yang secara keseluruhan diekspresikan sebagai ketersediaan beras. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta 2006, hingga bulan April 2006 penduduk DKI Jakarta yang terdata secara resmi berjumlah 7.519.480 jiwa dan sampai saat ini sedang dilakukan pendataan ulang. Namun pada kondisi riilnya, penduduk DKI Jakarta diperkirakan mencapai 11 juta orang pada malam hari dan lebih dari 12 juta orang pada siang hari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, 2006 . Dengan asumsi ketersediaan beras sebanyak 0,381 kg perkapita per hari atau 139,15 kg perkapita per tahun BPS, 2006, maka potensi pasar produk beras DKI Jakarta mencapai 2.867 ton per hari 1.046.336 ton per tahun hingga 4191 ton per hari 1.530.650 ton per tahun. Untuk konsistensi data dan mengurangi penyimpangan maka asumsi jumlah penduduk DKI Jakarta yang digunakan adalah nilai pertengahan antara jumlah penduduk tercatat dan jumlah perkiraan penduduk riil yaitu 9.259.740 jiwa. Dengan demikian potensi pasar beras DKI Jakarta sebesar 3.530 ton per hari 1.288.493 ton per tahun. Rincian data penduduk DKI Jakarta tercatat dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Jumlah Penduduk DKI Jakarta April 2006 Wilayah LK WNI PR WNI Jumlah WNI LK WNA PR WNA Jumlah WNA Total Jakarta Pusat 442.031 437.977 880.008 1.142 1.078 2.22 882.228 Jakarta Utara 603.826 575.119 1.178.945 282 232 514 1.179.459 Jakarta Barat 797.379 779.089 1.576.468 528 449 977 1.577.445 Jakarta Selatan 902.029 821.346 1.723.375 343 233 576 1.723.951 Jakarta Timur 1.132.969 1.003.598 2.136.567 111 84 195 2.136.762 Kepulauan Seribu 9.872 9.763 19.635 19.635 Total 3.888.106 3.626.892 7.514.998 2.406 2.076 4.482 7.519.480 Saat ini kebutuhan tersebut dipenuhi oleh pasokan beras yang masuk Pasar Induk Cipinang sebanyak rata-rata 1.700 ton per hari, sisanya berasal dari pasokan beras perusahaan daerah yang langsung melakukan penetrasi ke target pasar Jakarta sebanyak kurang lebih 1.830 ton per hari. Jumlah permintaan dan penawaran beras saat ini relatif seimbang. Kekurangan dan kelebihan yang terjadi tidak bergerak jauh dari keseimbangan terkait dengan jumlah produksi beras yang sangat pas-pasan dengan kebutuhan. Perkembangan produksi padi dan neraca perdagangan beras dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23. Tabel 22. Perkembangan Produksi Padi 2001-2005 Perkembangan Tahun Produksi Ton-GKG Ton 2001 50.460.782 - - 2002 51.489.694 1.028.912 2,039033 2003 52.137.604 647.910 1,258329 2004 54.088.468 1.950.864 3,74176 2005 53.984.590 -103.878 -0,19205 Sumber : BPS, 2006 Tabel 23. Neraca Perdagangan Beras Juta US Tahun Ekspor Impor Neraca 1998 2,476 861,7 -859,224 1999 1,883 1327,536 -1325,65 2000 0,785 320,521 -319,736 2001 0,995 135,378 -134,383 2002 1,377 343,425 -342,048 2003 0,271 219,091 -218,82 2004 - 61,75 -61,75 Sumber : BPS, 2004 Permintaan beras nasional pada tahun 2005 hingga tahun 2009 cenderung bertambah dari tahun ke tahun sebesar rata-rata 1,21 per tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Rata-rata peningkatan permintaan konsumsi tersebut sama dengan rata-rata peningkatan produksi beras. Neraca mengalami defisit yang cenderung meningkat selama 2005-2009 yaitu dari 311 ribu ton pada tahun 2005 menjadi 445 ribu ton pada tahun 2009. Defisit tersebut sangat tipis, yaitu sekitar 0,73 – 1,17 persen atau rata-rata 0,89 persen dari konsumsi Apriyantono, 2005. Necara perdagangan yang cenderung defisit merupakan peluang bagi PGIB untuk mengisi pasar. Jika dipandang secara general, defisit sebesar rata-rata 0,89 persen dari konsumsi menunjukkan saat ini tahun 2006 terjadi excess demand beras di wilayah DKI Jakarta sebesar 31,4 ton per hari atau 11.468 ton per tahun. Peningkatan permintaan sebesar 1,21 per tahun menunjukkan terjadinya peningkatan permintaan terhadap beras sebanyak 15.591 ton per tahun 1,21 dari 1.288.493 ton per tahun. Hal ini merupakan peluang yang cukup besar bagi Bulog untuk memenuhi permintaan beras masyarakat Jakarta. Perkiraan pertumbuhan permintaan beras dari tahun ke tahun di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Perkiraan pertumbuhan permintaan dan peluang pasar di DKI Jakarta 2006-2010 Tahun Permintaan per tahun ton Pertambahan Permintaan Peluang Pasar Kumulatif Peluang 2006 1.288.493 - - 2007 1.304.084 15.591 15.591 2008 1.319.863 15.779 31.370 2009 1.335.834 15.970 47.341 2010 1.351.997 16.164 63.504 Pertumbuhan permintaan 1,21 per tahun Apriyantono, 2005 PGIB Bulog akan beroperasi dengan kapasitas terpasang 80 ton beras per hari atau 24.000 ton per tahun. Jumlah tersebut sekitar 1,86 persen dari potensi pasar. Dengan mengambil pasar yang kurang dari 2 persen tersebut, pendirian PGIB Bulog diperkirakan tidak akan merubah jumlah pasokan beras di Jakarta secara signifikan, karena produksi beras relatif tetap. Dengan asumsi PGIB mulai beroperasi pada tahun 2007, maka pada tahun tersebut terdapat peluang pasar akibat pertumbuhan permintaan sebesar 15.591 ton atau 51,97 ton per hari kerja Tabel 24. Beras produksi PGIB dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kelebihan permintaan yang terjadi akibat peningkatan total konsumsi dari tahun ke tahun. Menurut Fellows et al, 1996, untuk kondisi persaingan dengan jumlah pesaing banyak dan ukuran pesaing yang cukup besar dengan jenis produk yang sama hampir sama maka kisaran persentase pangsa pasar yang dapat diraih antara 0 – 2,5 persen dan untuk kondisi jumlah pesaing tidak ada sampai sebesar 100 persen. Saluran pemasaran supermarket juga membuka peluang yang cukup besar bagi PGIB. Hasil riset Selamet 2003 terhadap konsumen beras kalangan ekonomi menengah-atas dan bawah mengenai tempat pembelian beras menunjukkan bahwa 40 persen dari konsumen kalangan menengah-atas melakukan pembelian beras di supermarket, 46,7 persen membeli beras di pasar tradisional, 6,7 persen membeli beras di warung perumahan dan sisanya 6,7 persen melakukan pembelian di tempat lain. Pembagian segmen kalangan menengah-atas dan bawah dilakukan atas dasar pendapatan bersih konsumen. Kalangan menengah bawah adalah konsumen yang memiliki pendapatan bersih kurang dari satu juta rupiah per bulan Rp. 1.000.000 per bulan, sedangkan kalangan menengah-atas adalah konsumen yang berpendapatan bersih lebih dari satu juta rupiah per bulan. Profil penduduk DKI Jakarta berdasarkan pendapatan bersih dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Profil pendapatan penduduk DKI Jakarta berdasarkan pendapatan bersih Profil Penduduk DKI Jakarta Berdasarkan Pendapatan Bersih 1 6 10 23 21 39 200000 200000-399999 400000-599999 600000-799999 800000-999999 1000000 Rupiah bulan Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa kalangan menengah- atas di wilayah DKI Jakarta sebanyak 39 persen. Dengan demikian, jumlah konsumen yang membeli produk beras di supermarket sebanyak 15,6 persen 39 x 40 dari seluruh konsumen Jakarta. Potensi pasar beras melalui saluran pemasaran supermarket adalah sebanyak 551 ton per hari 15,6 x 3530 ton per hari. Saat ini jumlah pasokan beras yang melalui supermarket DKI Jakarta sebanyak 450 ton per hari Suriyana, 2005. Dari data di atas, terlihat bahwa ada sebagian konsumen beras supermarket yang tidak terlayani dengan baik dan harus membeli beras melalui saluran lain yaitu sebesar 101 ton per hari. Jumlah tersebut merupakan peluang pasar bagi PGIB untuk memasok beras ke supermarket. Untuk lebih jelasnya, perhitungan peluang pasar di supermarket dapat dilihat pada Tabel 25. Dengan demikian, peluang pasar total bagi PGIB baik peluang yang timbul akibat peningkatan permintaan maupun peluang akibat adanya unserved consumer di supermarket adalah sebesar 152,97 ton per hari kerja 51,97 ton +101 ton. Tabel 25. Perhitungan peluang pasar supermarket Jumlah tonhari Keterangan Potensi pasar a 3530 Segmen menengah-atas b 1377 39 1 x a Konsumen beras supermarket c 551 40 2 x b Pasokan beras supermarket d 450 2 Peluang pasar supermarket 101 c – d Sumber : 1 Dinas Kependudukan DKI Jakarta 2 Selamet,2003 3 Suriyana, 2005

5.9 Jalur Distribusi