II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan
Pengembangan dari proyek investasi industri mulai dari tahap penggagasan ide hingga industri beroperasi dapat digambarkan dalam bentuk siklus proyek
investasi yang terdiri dari tiga fase yaitu fase pra-investasi pre-investment, fase investasi investment dan fase operasi operational phase. Fase pra-investasi
meliputi identifikasi peluang atau kemungkinan investasi, analisis alternatif proyek, pemilihan proyek dan persiapan proyek pra-studi kelayakan dan studi
kelayakan. Selang penyimpangan yang dapat diterima untuk tahap kajian peluang investasi adalah + 30 persen, tahap pra-studi kelayakan sebesar + 20 persen,
sedangkan pada tahap studi kelayakan penyimpangan yang masih dapat diterima sebesar + 10 persen. Behrens, W dan Hawranek P.M, 1991.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil
Husnan dan Suwarsono, 2000. Menurut Sofyan 2004 ruang lingkup studi kelayakan bisnis meliputi aspek pemasaran, aspek operasi, aspek manajemen
organisasi, aspek finansial, dan aspek sosial-lingkungan. Khususnya studi kelayakan investasi industri, aspek operasi meliputi aspek teknis dan teknologi
seperti proses produksi, peralatan dan mesin, layout pabrik, neraca massa, neraca energi dan lain-lain.
2.2 Grading Beras
Setiap kota atau daerah pada umumnya mempunyai pusat industri beras, karena beras merupakan makanan pokok yang dibutuhkan di setiap daerah. Pusat
industri beras merupakan daerah yang menjadi transaksi pembelian dan penjualan beras. Pembelian dilakukan setelah dilakukan pengiriman dari daerah-daerah
untuk ditampung sementara. Sedangkan penjualan dilakukan setelah produk yang dibeli tersebut mengalami perubahan sebagai perwujudan nilai tambah melalui
perbaikan kualitas dengan rekayasa teknologi, seperti pengemasan, pensortiran, grading
dan lain-lain.
Grading merupakan proses memilah-milah produk menjadi terstruktur
berdasarkan tingkatan kualitas tertentu. Dengan sistem grading maka produk seperti beras dapat dipisahkan menjadi beberapa tingkat kualitas yang berbeda.
Kualitas produk yang berbeda akan berakibat pada harga yang berbeda pula, yang pada gilirannya akan dikonsumsi oleh jenis konsumen yang berbeda. Dengan kata
lain, produk menjadi terdiferensiasi untuk berbagai konsumen yang sesuai.
2.3 Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Konsep inti pemasaran meliputi kebutuhan needs, keinginan
wants, permintaan ; produk ; nilai , biaya dan kepuasan ; pertukaran dan transaksi ; hubungan dan jaringan ; pasar ; serta pemasar dan prospek. Kebutuhan
adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar. Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Permintaan adalah keinginan akan produk
spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu
kebutuhan dan keinginan Kotler, 1997. Kotler 1997 menambahkan bahwa ada lima konsep yang dapat dipilih
organisasi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran mereka antara lain konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran dan konsep
pemasaran berkesetiakawanan sosial. Konsep produksi memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi dan distribusi
yang jelas. Konsep produk memusatkan perhatian pada usaha untuk menghasilkan produk yang unggul dan terus menyempurnakannya. Konsep penjualan
memusatkan pada usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep pemasaran memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan, memadukan semua kegiatan
yang akan mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba melalui pemuasan pelanggan. Konsep pemasaran berwawasan sosial menyatakan bahwa tugas
organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien
daripada pesaing dengan mempertahankan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
Menurut Behrens, W dan Hawranek P.M 1991 studi kelayakan aspek pemasaran meliputi lingkungan bisnis, target pasar, segmentasi pasar, saluran
distribusi, kompetisi, siklus hidup produk, permintaan dan penawaran, strategi pemasaran, pangsa pasar, harga proyeksi biaya, dan penjualan pendapatan,
implikasi terhadap kapasitas produksi dan kebutuhan bahan baku.
2.3.1 Segmentasi
Menurut Kotler 1997 segmentasi adalah proses mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen yang berbeda yang mungkin
meminta produk danatau bauran pemasaran tersendiri. Proses pembentukan segmen tediri dari tiga langkah yaitu tahap survei, tahap analisa, dan tahap
pembentukan. Segmentasi dapat dibentuk dengan berbagai cara. Beberapa dasar yang umum digunakan untuk melakukan segmentasi pelanggan antara lain
segmentasi geografis, segmentasi demografis seperti usia, jenis kelamin, penghasilan, generasi, dan kelas sosial, segmentasi psikografis seperti gaya hidup
dan kepribadian, dan segmentasi perilaku seperti manfaat, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, dan sikap. Persyaratan segmentasi yang efektif antara
lain : • Dapat diukur. Ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat diukur.
• Besar. Segmen cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani. • Dapat diakses. Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
• Dapat dibedakan. Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisah-pisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program
bauran pemasaran yang berbeda. • Dapat diambil tindakan. Program-program yang efektif dapat dirumuskan
untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.
2.3.2 Targetting
Setelah melakukan segmentasi, langkah berikut adalah memilih target yang tepat bagi produk yang akan dijual, atau sering disebut dengan Targetting.
Terdapat lima pola pemilihan pasar sasaran antara lain Kotler, 1997 :
• Konsentrasi segmen tunggal. Perusahaan memilih sebuah segmen tunggal untuk dilayani dan tidak melayani segmen lainnya.
• Spesialisasi selektif. Perusahaan memilih sejumlah segmen, masing-masing menarik secara objektif dan memadai, berdasarkan tujuan dan sumber daya
perusahaan. • Spesialisasi produk. Perusahaan berkonsentrasi dalam menghasilkan produk
tertentu yang dijualnya pada beberapa segmen. Produk yang dijual sejenis namun memiliki atribut yang berbeda-beda untuk masing-masing segmen.
• Spesialisasi pasar. Perusahaan berkonsentrasi dalam melayani banyak kebutuhan dari suatu kelompok pelanggan tertentu.
• Cakupan seluruh pasar. Perusahaan berusaha melayani seluruh kelompok pelanggan dengan semua produk yang mungkin mereka butuhkan.
2.3.3 Positioning
Tahap selanjutnya dalam perumusan strategi pemasaran adalah menetapkan citra yang ingin ditanamkan pada benak pelanggan. Positioning atau
penentuan posisi adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berbeda dalam
benak pelanggan sasarannya. Posisi sebuah produk merupakan seperangkat persepsi, kesan, serta produk yang bersangkutan dibandingkan dengan atau tanpa
pemasar. Akan tetapi, pemasar tidak ingin membiarkan posisi produknya ditetapkan seenaknya saja. Dalam pemilihan pasar sasarannya, pemasar
merencanakan posisi yang akan memberikan produk mereka keunggulan persaingan yang terbesar dan merancang marketing mix untuk memantapkan
posisi yang telah direncanakan Kotler dan Amstrong, 1994. Penetapan posisi melalui tiga langkah yaitu : 1 mengidentifikasi
seperangkat keunggulan kompetitif yang mungkin sebagai dasar untuk membangun suatu posisi; 2 memilih keunggulan kompetitif yang tepat; 3
secara selektif mengkomunikasikan dan menyerahkan posisi yang dipilih kepada pasar. Penentuan posisi dapat menggunakan beberapa dasar antara lain 1
Penentuan atribut menurut atribut produk, 2 Penentuan atribut menurut manfaat, 3 Penentuan atribut menurut penggunaan atau penerapan, 4 Penentuan atribut
menurut pemakai, 5 Penentuan atribut menurut pesaing, 6 Penentuan atribut
menurut kategori produk, 7 Penentuan atribut menurut kualitas harga Kotler, 1997.
2.3.4 Struktur Pasar
Menurut Sukirno 2000 berdasarkan kepada i ciri-ciri jenis produk yang dihasilkan, ii banyaknya perusahaan dalam kegiatan menghasilkan produk
tersebut, iii mudah tidaknya perusahaan baru menjalankan kegiatan untuk memproduksi produk tersebut, dan iv besarnya kekuasaan suatu perusahaan di
dalam pasar, bentuk-bentuk pasar dalam perekonomian dibedakan kedalam empat jenis. Keempat bentuk atau struktur pasar tersebut adalah pasar persaingan
sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan monopolistis dan pasar oligopoli. Perbedaan karakteristik struktur pasar dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Karakteristik masing-masing struktur pasar
Karakteristik Persaingan
Sempurna Monopoli
Persaingan Monopolistis
Oligopoli Sifat produk
Homogen Homogen tidak ada
produk pengganti Heterogen
HomogenHeterogen Jumlah perusahaan
Banyak Satu
Banyak Beberapasedikit
Barrier Mudah
Sangat sulit Mudah
Sulit Kekuasaan
perusahaan dalam pasar
Sangat kecil Sangat besar
Kecil Cukup besar
2.3.5 Permintaan dan Elastisitas Permintaan
Permintaan pasar untuk suatu produk adalah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu dalam wilayah geografis tertentu dalam periode
tertentu dalam lingkungan pemasaran tertentu di bawah program pemasaran tertentu Kotler,1997. Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu
produk atau produk ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut antara lain harga produk itu sendiri, harga produk-produk lain yang
mempunyai kaitan erat dengan produk tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat,
citarasa masyarakat, jumlah penduduk dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang Sukirno, 2000.
Hukum permintaan merupakan hipotesa yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu produk, makin banyak permintaan terhadap produk tersebut.
Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan terjadi apabila pendapatan berubah, berbagai jenis produk dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu
produk inferior, produk esensial, produk normal dan produk mewah. Produk inferior adalah jenis produk yang banyak diminta oleh orang-orang yang
berpendapatan rendah. Peningkatan pendapatan akan mengurangi permintaan terhadap jenis produk inferior. Produk esensial adalah produk yang sangat penting
artinya dalam kehigupan masyarakat. Produk normal adalah produk yang akan mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat kenaikan pendapatan. Produk
mewah adalah jenis produk yang dibeli oleh orang-orang berpendapatan tinggi. Biasanya produk-produk jenis ini baru dibeli masyarakat setelah dapat memenuhi
kebutuhan pokok. Sukirno 2000 menambahkan bahwa elastisitas permintaan dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu elastisitas pemintaan harga, elastisitas permintaan pendapatan, dan elastisitas permintaan silang. Berdasarkan tingkat
elastisitasnya, kurva elastisitas permintaan dibedakan menjadi kurva permintaan tidak elastis sempurna e=0, elastis sempurna e= ~ , elastis uniter e=1, tidak
elastis 0e1 dan elastis e1. Menurut Kotler 1997 perencanaan dan pelaksanaan dari strategi
pemasaran menuntut eksekutif pemasaran untuk mengestimasi potensi pasar, potensial pasar wilayah, dan penjualan industri dan pangsa pasar. Potensi pasar
total adalah jumlah penjualan maksimum yang mungkin tersedia untuk seluruh perusahaan di dalam industri selama periode tertentu, di bawah suatu tingkat
usaha pemasaran industri dan kondisi lingkungan tertentu. Cara yang umum untuk mengestimasi potensi pasar total adalah sebagai berikut :
Q = nqp dengan :
Q = potensi pasar total n = jumlah pembeli produkpasar spesifik dengan asumsi-asumsi
yang telah ditentukan. q = kuantitas yang dibeli oleh pembeli rata-rata
p = harga dari unit rata-rata
Penentuan potensi pasar wilayah dapat menggunakan dua metode yaitu Metode Pembentukan Pasar Market Buildup Method dan Metode Indeks Faktor
Multiple Factor Index Method. Metode pembentukan pasar ditujukan untuk mengidentifikasi seluruh pembeli potensial dalam setiap pasar dan mengestimasi
pembelian potensial mereka. Metode indeks faktor menggunakan indeks tertentu yang representatif untuk mengestimasi potensi pasar di wilayah tertentu yang
dibandingkan dengan potensi pasar total secara nasional.
2.3.6 Siklus Hidup Produk PLC
Menurut Kotler 1997 sebagian besar pembahasan siklus hidup produk menggambarkan sejarah penjualan produk umum yang mengikuti kurva berbentuk
bel Gambar 1. Kurva bel umumnya dibagi menjadi empat tahap yaitu : • Tahap perkenalan introduction : suatu periode pertumbuhan penjualan yang
lambat saat produk itu diperkenalkan ke pasar. Pada tahap ini tidak ada laba karena besarnya biaya-biaya untuk memperkenalkan produk.
• Tahap pertumbuhan growth : suatu periode penerimaan pasar yang cepat dan peningkatan laba yang besar.
• Tahap kedewasaan maturity: suatu periode penurunan dalam pertumbuhan penjualan karena produk itu telah diterima oleh sebagian besar pembeli
potensial. Laba stabil atau menurun karena peningkatan pengeluaran pemasaran untuk mempertahankan produk terhadap persaingan.
• Tahap penurunan decline: periode saat penjualan menunjukkan arah menurun dan laba menipis.
Strategi pemasaran merupakan usaha merumuskan formula mengenai bagaimana suatu bisnis akan berkompetisi, apa target yang seharusnya dicapai dan
Penjualan
Laba Perkenalan Pertumbuhan
Kemapanan Penurunan
Gambar 1. Siklus Hidup Penjualan dan Laba Kotler, 1997
Waktu
kebijaksanaan apa yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut Porter, 1990. Untuk memperluas pasar, perusahaan dapat memilih beberapa alternatif strategi
berikut: 1 strategi penetrasi pasar yaitu strategi yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menguasai pangsa pasar yang lebih luas pada pasar yang telah
dimasuki; 2 strategi pengembangan pasar yaitu strategi yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan cara menawarkan produk yang sudah ada ke pasar yang
berbeda dari yang selama ini ia layani; 3 strategi pengembangan produk yaitu strategi yang dilakukan dengan cara menawarkan produk baru ke dalam pasar
yang telah ada; 4 diversifikasi yaitu menawarkan produk baru ke dalam pasar yang baru Kotler, 1997. Strategi perluasan pasar ini memberikan alternatif
pengembangan agar suatu produk mampu memperluas kemampuannya dalam berekspansi.
Strategi yang dapat diterapkan berbeda pada masing-masing tahapan siklus hidup produk. Strategi pemasaran dalam tahap perkenalan antara lain :
• Strategi pelucuran cepat, merupakan peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi tinggi.
• Strategi peluncuran lambat, merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi.
• Strategi penetrasi cepat, merupakan peluncuran produk pada harga rendah dengan biaya promosi yang besar.
• Strategi penetrasi lambat, merupakan peluncuran produk baru dengan harga rendah dan tingkat promosi rendah.
Pada tahap pertumbuhan, perusahaan dapat menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin :
• Perusahaan meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik.
• Perusahaan menambahkan model-model baru dan produk-produk penyerta. • Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
• Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi baru.
• Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk ke iklan yang membuat orang memilih produk.
• Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga di lapisan berikutnya.
Pada tahap dewasa, perusahaan dapat menerapkan strategi berikut : • Modifikasi pasar. Perusahaan dapat mencoba memperluas pasar untuk
mereknya yang mapan dengan mengatur dua faktor yang membentuk volume penjualan yaitu jumlah pemakai dan tingkat pemakaian.
• Modifikasi produk. Perusahaan berusaha mendorong penjualan dengan memodifikasi produk melalui peningkatan kualita, peningkatan keistimewaan,
atau peningkatan gaya. • Modifikasi bauran pemasaran. Perusahaan dapat mencoba mendorong
penjualan dengan memodifikasi berbagai elemen bauran pemasaran lain seperti harga, distribusi, periklanan, promosi penjualan, penjualan personal
dan pelayanan. Pada tahap penurunan, perusahaan memiliki beberapa alternatif strategi
antara lain : • Meningkatkan investasi perusahaan untuk mendominasi dan memperkuat
posisi persaingan. • Mempertahankan tingkat investasi perusahaan sampai ketidakpastian tentang
industri itu terselesaikan. • Mengurangi tingkat investasi perusahaan secara selektif, dengan melepas
kelompok pelanggan yang tidak menguntungkan. • Menuai investasi perusahaan untuk memperoleh kas secepatnya.
• Melepaskan bisnis itu secepatnya dengan menjual asetnya semenguntungkan mungkin.
2.3.7 Persaingan
Berdasarkan tingkat substitusi produk, tingkat persaingan dapat dibedakan menjadi empat yaitu 1 persaingan merek, 2 persaingan industri, 3 persaingan
bentuk, dan 4 persaingan generik. Persaingan merek terjadi apabila perusahaan menganggap para pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk
dan jasa yang serupa pada pelanggan yang sama dengan harga yang sama. Pesaingan industri terjadi apabila perusahaan menganggap para pesaingnya adalah
semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama.
Persaingan bentuk terjadi apabila perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang memberikan jasa yang sama.
Persaingan generik terjadi apabila perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk memdapatkan konsumen yang
sama Kotler, 1997. Pesaing terdekat adalah perusahaan yang mengejar pasar sasaran yang
sama dengan strategi yang sama. Menurut Porter 1985 keunggulan bersaing merupakan hasil dari kemampuan perusahaan dalam menanggulangi lima fakrot
persaingan seperti tampak pada Gambar 2 , yakni 1 masuknya pendatang baru, 2 ancaman produk substitusi, 3 daya tawar menawar pembeli, 4 daya tawar
menawar pemasok, dan 5 persaingan di antara peserta pesaing yang ada.
2.3.8 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah suatu kesatuan alat-alat marketing yang digunakan oleh perusahaan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan
marketingnya pada pasar sasaran tertentu Kotler, 2000. Dasar konsep marketing adalah marketing strategis, yang merupakan kombinasi dari variabel-variabel yang
dapat dikontrol oleh organisasiperusahaan. Unsur-unsur yang terdapat dalam bauran pemasaran populer dikenal dengan 4 P product, price, place, dan
promotion . Namun demikian, ada satu P yang cukup penting dalam
pengembangan beras sebagai komoditas yang bersifat politis, yakni power. Pesaing Industri
Pendatang Baru
Pembeli Pemasok
Produk Substitusi
Ancaman pendatang baru
Daya tawar menawar
pemasok
Daya tawar menawar
pembeli Ancaman
produk substitusi
Gambar 2. Lima faktor persaingan Porter, 1985
Product ProdukJasa, meliputi unsur-unsur jenis-jenis produk, kualitas,
desain, features fasilitas dan kegunaannya, brand-name, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, dan penggantian jika terjadi kerusakan. Price Harga,
meliputi unsur-unsur daftar harga, potongan, bonus, jangka waktu pembayaran, aturan kredit. Harga biasanya digunakan oleh konsumen pelanggan sebagai
indikator kualitas. Artinya kalau harganya mahal seharusnya kualitasnya baik, dan sebaliknya. Dengan demikian strategi dan keputusan harga membutuhkan
kecermatan dalam membaca dan menterjemahkan situasi yang sedang dan akan terjadi dalam competitive marketplace. Tetapi harga merupakan variabel yang
relatif mudah berubah terlebih pada kondisi ekonomi yang tidak stabil. Promotion Communication
di dalamnya termasuk promosi penjualan, periklanan, tenaga penjualan, hubungan masyarakat public relation, direct
marketing , pembentukan Customer Data base, Dialog, dan Provision of Customer
Service . Sangat langka barangjasa yang bisa survive di pasaran tanpa didukung
oleh promosi yang efektif. Promosi merupakan alat cara dimana perusahaan berkomunikasi dengan target marketnya tentang karakteristik dan sejumlah
manfaat serta keuntungan dari produk atau jasa yang dijualnya. Place meliputi unsur-unsur saluran distribusi, cakupan coverage, lokasi, pergudangan,
transportasi, dalam hubungan dengan kebutuhan masyarakat. Misi utama pemasaran adalah untuk memuaskan kebutuhan setiap orang melalui
pendistribusian berbagai jenis produk dengan harga, waktu, jumlah, dan tempat yang tepat. Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa kata kunci misi pemasaran
adalah pendistribusian delivery. Dalam konteks ini, pendistribusian merupakan aktivitas yang menciptakan time utility dan place utility.
Power kekuatan politik, seperti suara pendapat pernyataan para elit
politik dalam upaya menggalang kekuatan atau dalam menanggapi suatu masalah dapat mempengaruhi, antara lain: opini massa, kondisi sentimen pasar
melonjaknya harga-harga, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, merosotnya harga saham, menurunnya minat investor, kecemasan dunia
usaha, rasa aman, kepastian usaha, dan stabilitas. Selain itu, kemauan politik dari para aparat untuk mengelola dan mensukseskan suatu program sangat
menentukan. Oleh karena itu, industri beras akan berhasil dikembangkan dengan
baik jika segenap aparat dan para penguasa turut mendukung dan memberi opini publik tentang pengembangan industri beras ini. Apalagi untuk mengarahkannya
kepada kemampuan swasembada beras. Kemauan ini harus diwujudkan dalam kemudahan yang diberikan oleh aparat terhadap para pengusaha yang bergerak
dalam memajukan industri beras tersebut, dan jaringan kelembagaan bisnis yang terkait dari hulu hingga hilir.
2.4 Penelitian Terdahulu.
Trestita 2000 melakukan analisis mengenai pola konsumsi beras rumah tangga PNS dan dampak diberlakukannya perubahan kebijakan tunjangan beras.
Penelitian ini membahas pola konsumsi beras rumah tangga PNS untuk melihat seberapa banyak rumah tangga PNS yang mengkonsumsi beras jatah, seberapa
banyak rumah tangga PNS yang tidak mengkonsumsi beras jatah dan seberapa banyak rumah tangga PNS yang mengkonsumsi beras dengan kombinasi
keduanya. Selain itu, peneliti juga membahas perubahan perilaku konsumsi rumah tangga konsumsi pasca kebijakan dihapuskannya tunjangan beras secara natura..
Penelitian ini mengambil studi kasus di DinasDepartemen Pendidikan Nasional Kecamatan Bogor Tengah.
Penelitian dengan topik yang sama dilakukan Pradesha 2003. Hanya saja Pradesha mengambil studi kasus pada lokasi yang berbeda yaitu pegawai negeri
sipil Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Peneliti membahas perubahan pola konsumsi beras meliputi frekuensi konsumsi, jenis beras yang
dikonsumsi, tempat pembelian beras, frekuensi pembelian, jumlah beras yang dibeli setiap pembelian, dan jumlah komsumsi beras. Peneliti menggunakan uji
Chi-Square untuk menganalisis signifikansi perubahan pola konsumsi reponden dan analisis Regresi Logit untuk menjelaskan pengaruh berbagai faktor.
Selamet 2003 melakukan analisis proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian beras dan strategi pemasaran beras. Peneliti membagi
konsumen ke dalam dua kelompok besar yaitu konsumen kelas bawah dan konsumen kelas atas. Penelitian ini membahas perbedaan proses pengambilan
keputusan dan pertimbangan dalam pembelian beras antara konsumen kelas bawah dan kelas atas. Pola konsumsi dan pembelian meliputi motivasi konsumsi,
frekuensi makan per hari, mutu nasi, pencarian dan sumber informasi mengenai beras, dan jenisvarietas beras yang dikonsumsi, tempat pembelian. Peneliti juga
membahas derajat kepentingan masing-masing kelas konsumen terhadap atribut produk seperti sifat beras, penampakan beras, keseragaman butir, kebersihan
produk, identitas beras, harga, dan atribut lain seperti lokasi, kenyamanan tempat pembelian, dan promosi. Peneliti menggunakan penilaian bobot masing-masing
atribut dengan pembanding angka Kaiser-Meyer-Olkin-Measure of Sampling Adequency
KMO-MSA untuk menentukan derajat kepantingan atribut. Mardianto et al 2005 melakukan kajian mengenai dinamika pola
pemasaran gabah dan beras di Indonesia. Peneliti membahas perkembangan sistem pemasaran beras dari masa ke masa disertai dengan pembahasan perubahan
preferensi konsumen serta pola pemasaran gabah dan beras di beberapa daerah di Indonesia. Peneliti juga membahas peranan Bulog dan pemerintah dalam
memperlancar dan menjaga kestabilan pemasaran gabah dan beras serta memberikan beberpa rekomendasi kebijakan kepada pemerintah terkait pemasaran
beras. Suriyana 2005 melakukan analisis terhadap tataniaga beras baik di pasar
tradisional dan modern di DKI Jakarta. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 21 pasar tradisional dan 5 pasar modern di Jakarta. Aspek yang dibahas meliputi
analisis struktur pasar, perilaku pasar, saluran tataniaga, margin tataniaga, proses penentuan dan pembentukan harga, praktek pembelian, penjualan dan
pembayaran. Peneliti juga menggunakan model ekonometrika dan metode Kuadrat terkecil OLS “Ordinary Least Squares” untuk analisis pendugaan
keterpaduan pasar dalam jangka pendek dan jangka panjang.
III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran
Beras Bulog memiliki ciri khas yang menarik, karena berasal dari berbagai petani dan sebagian dari impor dalam kondisi tidak normal. Petani sawah yang
menanam padi memiliki keragaman cara dan sumberdaya. Dengan banyaknya variasi ini menghasilkan produk beras yang bervariasi pula, baik dari segi rasa,
warna maupun aromanya. Begitu pula dengan industri pengolahan beras yang ada di Indonesia, sebagian besar tergolong Penggilingan Padi Sederhana PPS dan
Penggilingan Padi Kecil PPK dimana beras yang dihasilkan umumnya masih berkualitas rendah, tidak konsisten atau asalan. Variasi ini membutuhkan sistem
grading yang mampu memisahkan dan sekaligus meningkatkan kualitas beras
asalan menjadi beras berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas beras asalan menjadi beras berkualitas yang lebih
tinggi merupakan salah satu upaya untuk memenuhi permintaan konsumen yang berubah. Cukup banyak penelitian dan teori yang menyatakan bahwa perubahan
tingkat pendapatan dan pendidikan telah mendorong perubahan preferensi konsumen terhadap produk. Salah satunya kajian Mardianto et al,2005 yang
menyebutkan bahwa dewasa ini umumnya konsumen tidak lagi membeli beras sebagai komoditas melainkan sebagai produk. Konsumen tidak sekedar membeli
beras komoditas, melainkan beras dengan jenis tertentu, kualitas, dan kandungan nutrisi tertentu serta atribut produk lainnya.
Perubahan preferensi ini merupakan peluang bagi PGIB Bulog untuk memenuhi permintaan konsumen dan meraih pasar, sekaligus mengoptimalkan
fasilitas-fasilitas yang telah tersedia dengan beberapa re-investment. Pemenuhan kebutuhan konsumen akan beras dengan kualitas yang cukup baik perlu diikuti
dengan perbaikan pengunaan teknologi yang lebih maju dan terintegrasi secara komprehensif. PGIB adalah pusat pengolahan lanjutan dari beras berkualitas
rendah atau asalan yang diproduksi oleh PPS dan PPK bahkan sebagian PPM. PGIB melakukan proses sortasi, destoning, whitening dan grading mutu sesuai
jumlah pasar yang membutuhkan. Kegiatan ini dapat menghasilkan nilai tambah produk akhir yang berarti pembentukan keuntungan bagi Bulog. Aplikasi