V. HASIL DAN PEMBAHASAN ASPEK PEMASARAN
Pemasaran merupakan salah satu aspek yang harus dilalui dalam sistem bisnis perusahaan yang ingin berhasil. Keberhasilan akan sangat ditentukan oleh
adanya manfaat yang akan diperoleh perusahaan, terutama perolehan atas keuntungan. Keuntungan perusahaan sangat dipengaruhi oleh proses pemasaran
yang handal. Pemasaran menciptakan nilai dan membentuk mata rantai distribusi produk yang menghubungkan produsen dengan konsumen akhir. Hal ini terjadi
untuk berbagai jenis komoditas tak terkecuali beras. Sistem pemasaran beras sangat mempengaruhi efektifitas pembelian
produk oleh konsumen dan efisiensi tataniaga beras secara keseluruhan. Pemasaran merupakan fungsi dari biaya. Tingkat efisiensi pemasaran yang rendah
akan menyebabkan tingginya biaya dan harga produk akhir, yang pada gilirannya akan mempengaruhi sistem bisnis suatu perusahaan. Inefisiensi pemasaran tidak
hanya menekan keuntungan yang diraih produsen tetapi juga melemahkan daya beli konsumen. Hal ini tentu saja harus dihindarkan mengingat beras merupakan
kebutuhan pokok masyarakat luas. Untuk membangun suatu industri beras yang layak, dibutuhkan berbagai
informasi pemasaran yang bisa mendukung jalannya kegiatan bisnis suatu perusahaan. Informasi ini merupakan bagian dari desain pemasaran secara
keseluruhan. Desain pemasaran memuat hal-hal penting mengenai data dan analisa yang terkait dengan pangsa pasar, perkiraan market share, karakteristik
dan stratifikasi konsumen, persaingan, rantai pemasaran, margin, perkiraan penjualan dan profit serta strategi pemasaran.
5.1 Perubahan Preferensi Konsumen
Kendala pemasaran beras dalam negeri dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : i mutu produk relatif rendah, ii tingkat efisiensi produksi
rendah, dan iii kepercayaan konsumen terhadap beras dalam negeri yang menurun akibat baku mutu yang tidak jelas dan terkadang tidak konsisten. Disisi
lain, pasar beras Indonesia terutama di daerah perkotaan dan kota besar propinsi
dan ibukota pada saat ini telah bergeser ke beras bermutu tinggi dengan atribut yang lebih rinci seperti kemasannya yang menarik, ukuran yang variatif, dan
disertai dengan informasi produk lengkap.
Dewasa ini, ada kecenderungan konsumen menilai dan membeli beras sebagai sebuah produk dengan kriteria tertentu, tidak lagi membeli beras semata-
mata sebagai komoditas. Atribut-atribut yang mencirikan preferensi konsumen dari yang semula hanya jenis, kenyamanan dan harga telah berkembang dengan
tambahan atribut lain yang lebih rinci seperti kemasan, kualitas, kandungan nutrisi, keamanan pangan dan aspek lingkungan organik Mardianto et al, 2005.
Perubahan preferensi konsumen ke arah yang lebih banyak dan rinci menimbulkan dua implikasi penting terhadap agribisnis. Pertama, strategi
pemasaran tradisional yang berdasarkan konsep manipulasi preferensi konsumen tidak efektif lagi dan harus diganti dengan yang baru yang disebut dengan
pemenuhan preferensi konsumen preference discovery. Kedua, penentuan atribut produk yang beragam dan rinci menuntut adanya konsistensi atau jaminan kualitas
produk dari proses produksi pada seluruh tahapan kegiatan agribisnis mulai dari hulu petani hingga hilir agroindustri-eksportir Simatupang, 1995.
Hasil riset Trestita 2000 terhadap pegawai negeri sipil di Dinas Departemen Pendidikan Nasional Kecamatan Bogor Tengah menunjukkan
sebanyak 38 responden mengkonsumsi beras jatah, 43,33 responden tidak mengkonsumsi beras jatah dan 18,33 responden kadang-kadang mengkonsumsi
beras jatah. Sedikitnya jumlah PNS yang mengkonsumsi beras jatah disebabkan oleh kualitas beras jatah yang relatif kurang baik dibandingkan kualitas beras di
pasaran. Hal senada juga diperoleh dari hasil riset Pradesha 2004 terhadap
pegawai negeri sipil PNS Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Riset tersebut menunjukan bahwa sebagian besar 82 responden PNS
tidak mengkonsumsi beras jatah, 15 responden mencampur beras jatah dengan beras di pasaran agar rasa dan kualitas beras yang dikonsumsi menjadi lebih baik.
Sisanya 3 responden lebih memilih untuk langsung mengkonsumsi beras jatah dengan alasan lebih hemat dan praktis. Setelah terjadinya perubahan kebijakan
tunjangan beras PNS dari bentuk natura beras menjadi bentuk uang seperti yang
disahkan dalam Keppres no 17 tahun 2000 pasal 28 dan 29, hampir semua responden 91 menyatakan sikap setuju terhadap tunjangan dalam bentuk uang.
Dengan perubahan kebijakan tersebut responden berharap dapat memperoleh kualitas beras yang lebih baik di pasaran. Hal ini semakin menegaskan terjadinya
perubahan preferensi konsumen ke arah kualitas beras yang lebih baik. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Pasar Induk Beras Cipinang
dan enam supermarket yakni Carefour, Hipermart, Giant, Hero, Matahari dan Ramayana perubahan preferensi tersebut jelas terlihat. Namun, di Indonesia
termasuk Jakarta gejala perubahan tersebut belum menjadi sebuah gejala yang menyeluruh. Hal ini dapat dilihat dari jenis dan mutu beras yang dibeli dan
dikonsumsi masyarakat. Beras yang paling banyak terjual dan dicari konsumen di Pasar Induk Beras Cipinang adalah beras yang relatif lebih murah yaitu beras IR
64-II dan IR64-III dengan harga grosir Rp.3700-4000. Di supermarket, perubahan preferensi sangat terlihat pada kemasan dan
informasi atribut produk beras. Beras yang biasanya hanya dikemas dalam karung goniplastik dengan desain seadanya, di supermarket beras dikemas dalam plastik
PP Poly Propylene dengan desain dan warna yang sangat menarik serta informasi produk yang memadai. Secara umum beras yang dijual memiliki
kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan beras yang ada di pasar. Meskipun demikian, menurut pengelola supermarket yang di survei
ternyata beras yang paling banyak dicari pun adalah beras dengan harga yang paling murah yaitu beras dengan merek khusus positioning beras murah atau
dengan merek supermarket yang bersangkutan. Padahal dengan harga yang sama konsumen dapat memperoleh beras dengan kualitas yang jauh lebih baik di
pasaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian konsumen merasa belanja di supermarket termasuk beras memiliki sebuah nilai lebih dibandingkan belanja di
pasar tradisional meskipun dengan kualitas yang sama konsumen harus membayar lebih tinggi.
Kecenderungan perubahan preferensi konsumen terhadap atribut produk beras tidak boleh diabaikan. Dalam dunia persaingan bisnis yang semakin ketat,
keunggulan dalam memberikan atribut produk yang lebih baik merupakan salah satu kunci untuk sukses dalam persaingan. Hal ini tentu berpengaruh cukup besar
terhadap pola pemasaran beras. Informasi produk dengan atribut tertentu harus dapat diketahui konsumen secara jelas khususnya melalui kemasan. Selain untuk
menyampaikan informasi atribut produk, kemasan juga berperan untuk menarik konsumen.
Produk yang sudah dikemas dengan atribut spesifik dikehendaki oleh konsumen tertentu terkait dengan tingkat pendapatan dan pendidikan. Pada
umumnya produk tersebut akan dipasarkan di tempat-tempat tertentu pula misalnya supermarket. Baik secara langsung ataupun tidak, perubahan preferensi
konsumen terhadap atribut produk beras turut mempengaruhi perubahan pola pemasaran produk.
Perubahan preferensi konsumen beras ke arah kualitas yang lebih baik dengan atribut yang lebih rinci akan menyebabkan sebagian konsumen tidak
terlayani dengan baik atau menimbulkan adanya unserved consumer. Hal ini dikarenakan sebagian besar produsen beras merupakan kelompok penggilingan
padi sederhana PPS, kecil PPK, dan menengah PPM dengan kualitas produk beras yang relatif rendah dan atribut yang tidak lengkap.
Perubahan preferensi konsumen dan munculnya unserved consumer merupakan peluang bagi PGIB BULOG untuk memenuhi permintaan konsumen
khususnya konsumen yang tidak terlayani dengan baik tersebut dengan memproduksi produk beras yang berkualitas tinggi dan memiliki atribut yang
lengkap. Hal ini juga menjadi tantangan tuntutan bagi PGIB BULOG untuk dapat mengungkap secara rinci atribut dari produk beras yang dikehendaki oleh
konsumen serta menjamin konsistensi kualitas beras yang dihasilkan dengan teknologi proses dan manajemen yang baik. Hanya dengan teknologi dan
manajemen yang sederhana beras produksi PGIB akan sulit bersaing baik di pasaran lokal apalagi dunia.
5.2 Segmentasi