Struktur Pasar Beras HASIL DAN PEMBAHASAN ASPEK PEMASARAN

Kondisi permintaan ini merupakan indikasi bahwa produk beras sedang manjalani tahap kedewasaan maturity dalam siklus hidup produk Gambar 10. Pada tahap ini, tingkat pertumbuhan penjualan produk akan melambat. Khususnya pemasaran beras di Indonesia, tahap kedewasaan ini mendorong ketatnya persaingan namun belum mencapai tingkat kelebihan kapasitas industri dikarenakan neraca produksi-konsumsi beras Indonesia masih relatif defisit. Persaingan berat akan dihadapi PGIB dalam memperoleh bahan baku. Oleh karena itu, PGIB harus menyusun strategi yang tepat agar bisa unggul dalam persaingan pada tahap siklus hidup produk dewasa maturity. Pembahasan lebih lanjut mengenai strategi pemasaran pada sub bab 5.11

5.6 Struktur Pasar Beras

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat sering digunakan sebagai contoh untuk menggambarkan struktur pasar yang mendekati persaingan sempurna. Untuk komoditi pertanian yang sifatnya seragam, hal tersebut mungkin bisa sesuai. Berbeda dengan produk beras yang kini tidak hanya dipandang sekedar sebagai komoditi melainkan sebagai sebuah produk dengan berbagai atributnya. Produk beras tidaklah seragam. Beras bervariasi berdasarkan jenis atau varietas dan tingkat kualitas berasnya. Variasi tersebut merupakan acuan bagi konsumen untuk memilih produk beras yang sesuai dengan keinginannya. Dari sudut pandang konsumen, beras varietas yang satu tidak bisa disamakan diseragamkan dengan varietas yang lain. Jika beras varietas tertentu sedang tidak ada di pasar, tidak semua konsumen mau menerima beras varietas lain. Hasil riset Selamet, 2003 menyebutkan bahwa sikap konsumen ketika beras yang diinginkan Penjualan Perkenalan Pertumbuhan Kemapanan Penurunan Gambar 10. Siklus Hidup Penjualan Beras di Indonesia Waktu tidak tersedia di pasar, sekitar 76,7 responden kalangan bawah menyatakan akan membeli beras jenis lain di tempat yang sama, sedangkan 50 responden kalangan menengah-atas akan mencari beras yang diinginkan ke pasar yang lain Tabel 15. Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur pasar beras bukanlah struktur pasar persaingan sempurna. Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan sikap responden bila beras tidak tersedia di tempat pembelian Kelas Bawah Kelas Atas Sikap bila beras tidak tersedia di tempat pembelian Jumlah Persentase Jumlah Persentase Mencari ke tempat lain 6 20 15 50 Membeli beras lain 23 76,7 14 46,7 Lainnya 1 3,3 1 3,3 Jumlah 30 100 30 100 Sumber : Selamet, 2003 Struktur pasar beras berbeda untuk masing-masing saluran pemasaran. Hal ini disebabkan antar saluran pemasaran beras memiliki jumlah penjualprodusen, jumlah konsumen serta perilaku konsumen yang berbeda sehingga terbentuk struktur pasar yang berbeda pula. Kondisi dan struktur pasar masing-masing saluran pemasaran beras di DKI Jakarta secara umum dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Struktur pasar beras di wilayah DKI Jakarta tahun 2006 Jenis Pasar Karakteristik PIBC Tradisional Modern Jumlah penjual Banyak Banyak Sedikit Jumlah pembeli Banyak Banyak Banyak Sifat produk Heterogen Heterogen Heterogen Hambatan masuk pasar Mudah Mudah Sulit Pengetahuan informasi pasar Besar Besar Besar Kemampuan mempengaruhi harga Sedikit Sedikit Lebih Besar Struktur Pasar Persaingan Monopolistis Persaingan Monopolistis Oligopoli 1. Pasar Induk Cipinang Pasar Induk Beras Cipinang merupakan pusat perdagangan beras di Jakarta. Lebih dari 60 kebutuhan beras penduduk DKI Jakarta masuk ke Jakarta melalui Pasar Induk Beras Cipinang. Terdapat sekitar 600 pedagang grosir yang beroperasi di pasar Cipinang. Pemasok beras ke pasar ini berasal dari berbagai daerah produsen beras di Pulau Jawa seperti Karawang, Cianjur, Cirebon, Bandung, Solo, dan sentra produksi beras lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tabel 17. Pemasukan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang berdasarkan daerah asal tahun 2002-2006 Ex Dolog Karawang, Cirebon, Pantura dsk Bandung, Cianjur, dsk Surabaya, Lumajang, Kediri dsk Solo, Demak, Pati dsk Antar Pulau Ex Impor Jumlah Tahun Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton 2002 1.390 0,22 341.586 53,07 87.732 13,63 5.685 0,88 105.272 16,36 713 0,70 101.224 15,73 643.602 2003 - - 353.794 51,19 84.430 12,22 6.035 0,87 112.428 16,27 4.237 3,25 130.205 18,84 691.129 2004 - - 465.839 63,06 103.299 13,98 10.538 1,43 135.227 18,31 12.824 0,02 11.002 1,49 738.729 2005 - - 464.465 58,26 108,503 13,61 64.815 8,13 143.103 17,95 16.343 2,05 - - 797.229 2006 - - 220.593 66,36 40,023 12,04 7.081 2,13 60.301 18,14 4.421 1,33 - - 332.419 Sumber : PT. Food Station Tjipinang Jaya, 2006 Data sampai bulan Mei 2006 Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan para pedagang dan petugas di Pasar Induk Beras Cipinang nampak bahwa mekanisme pasar yang berlangsung adalah mekanisme pasar persaingan monopolistis, karena pasar terdiri dari banyak penjual dan pembeli dengan produk yang tidak seragam berupa diferensiasi mutu dan jenis produk beras yang dijual. Setiap produsen dan pembeli beras dari berbagai daerah dapat secara bebas menjual atau membeli beras kedari pasar induk. Setiap individu pedagang tidak dapat mempengaruhi harga pasar dan harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran. Mereka juga menyampaikan dukungannya terhadap pendirian PGIB Bulog selama mengikuti mekanisme yang berlaku. PGIB Bulog akan meningkatkan penyerapan gabahberas dari petani dan meningkatkan jaminan ketersediaan pasokan beras secara kontinu. PGIB dapat memanfaatkan Pasar Induk Beras Cipinang sebagai jalur ditribusi beras baik untuk memperoleh pasokan beras maupun pemasaran beras seperti yang dilakukan pedagang dan perusahaan industri beras yang ada. Jenis beras yang dijual di Pasar Induk Cipinang sangat beragam antara lain beras Cianjur, Cianjur Slip, Setra Ramos, IR 42, IR 64 I, IR 64 II, IR 64 III, Muncul I, Muncul II dan Muncul III dengan porsi paling besar pada jenis IR 64 Tabel 18. Pedagang memperoleh pasokan beras dari pemasok yang tidak selalu sama baik melalui pesanan maupun membeli dari pedagang daerah yang membawa berasnya ke pasar induk. Begitupun beras yang dijual oleh pedagang di pasar induk tidak selalu dengan merek yang sama kecuali merek khusus pedagang yang bersangkutan. Alasan utama pedagang beralih merek beras yang dijual yaitu merek lain lebih enak atau kualitasnya lebih baik dan banyak konsumen yang mencari beras tersebut. Tabel 18. Pemasukan beras ke Pasar Induk Cipinang berdasarkan varietas 2004 Varietas Jumlah Ton Persentase Cianjur Kepala 8.031 1,09 Cianjur Slyp 13.639 1,85 Setra Ramos 27.983 3,79 Saigon Bandung 44.646 6,04 Muncul 196.983 26,67 IR 423.694 57,35 Ketan 14.836 2,01 Eks Impor 8.917 1,21 Total 738.729 100 Sumber : PT Food Station Tjipinang Jaya, 2004 Persyaratan yang diterapkan pedagang di Pasar Induk Cipinang terhadap pemasok adalah kesesuaian antara kualitas beras dan harga yang ditawarkan serta pemasok mengikuti mekanisme pasar yang berlangsung di Pasar Induk Cipinang. Perkembangan harga beras di Pasar induk Beras Cipinang dapat dilihat pada Gambar 11. Perkembangan Harga Beras 2005-2006 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Ja nu ar i 2 00 5 Fe br ua ri 20 05 M ar et 2 00 5 A pr -0 5 M ei 2 00 5 Ju ni 2 00 5 Ju li 20 05 A gu st us 2 00 5 S ep -0 5 O kt ob er 2 00 5 N ov -0 5 D es em be r 2 00 5 Ja nu ar i 2 00 6 Fe br ua ri 20 06 M ar et 2 00 6 A pr -0 6 M ei 2 00 6 Bulan H a rg a p e r k g R p Cianjur Kepala Cianjur Slyp Setra Ramos Saigon Bandung Muncul I Muncul II Muncul III IR 64 I IR 64 II IR 64 III IR 42 Gambar 11. Grafik Perkembangan Harga Beras 2005-2006 Beras di Pasar Induk Cipinang dipasarkan ke berbagai wilayah di DKI Jakarta +65, wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Banten, Bekasi, Bandung, Serang, Cirebon, daerah Jawa Barat lainnya, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga antar pulau Tabel 19. Beras tersebut dipasarkan kepada pedagang besargrosir, pedagang eceran dan konsumen akhir di sekitar Pasar Induk Cipinang. Tabel 19. Pengeluaran Beras ke Pasar Induk Beras Cipinang Berdasarkan Daerah Tujuan Tahun 2002-2006 DKI Jakarta Bogor dsk Banten dsk Bekasi dsk Sukabumi, Jabar dsk Jogya, Solo, Semarang Surabaya, Kediri dsk Antar Pulau Jumlah Tahun Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton 2002 418.255 64,78 14.394 2,23 150.346 23,28 14.779 2,29 30.669 4,75 6.010 0,93 1.016 0,16 10.183 1,58 645.682 2003 456.136 65,93 15.234 2,20 162.399 23,47 18.076 2,61 25.385 3,67 8.042 1,16 945 0,14 5.638 0,81 691.855 2004 536.800 72,75 9.151 1,24 109.792 14,88 6.170 0,84 5.777 0,78 2.243 0,30 4.002 0,54 63.913 8,66 737.848 2005 521.336 67,34 8.671 1,12 133.005 17,18 12.155 1,57 16.490 2,13 6.581 0,85 1.935 0,25 74.012 9,56 774.184 2006 233.773 69,83 8.369 2,50 40.608 12,13 5.490 1,64 6.260 1,87 1.373 0,41 837 0,25 38.064 11,37 334.774 Sumber : PT. Food Station Tjipinang Jaya, 2006 Data sampai bulan Mei 2006 2. Pasar Tradisional Tidak berbeda jauh dengan struktur pasar beras di Pasar Induk Cipinang, pasar tradisional juga memiliki karakteristik pasar persaingan monopolistis. Banyak pedagang dan pembeli yang terlibat dalam jual beli beras di pasar tradisional. Produk beras yang dijual beragam berdasarkan varietas dan mutu. Harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran secara umum di wilayah DKI Jakarta. Setiap individu pedagang dan pembeli bertindak sebagai penerima harga khususnya harga hasil keseimbangan pasar pada level yang lebih tinggi grosirpasar induk Cipinang. Pedagang dan pembeli secara individu juga tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Setiap pemasok bebas masuk dan bersaing di pasar. Namun umumnya pedagang di pasar tradisional memiliki pemasok langganan yang berasal dari Pasar Induk Cipinang. Perbedaan yang cukup nyata antara pasar tradisional dan Pasar Induk Cipinang adalah kapasitas pelaku pasar. Pedagang beras di Pasar Induk Cipinang merupakan pedagang besargrosir dan konsumen utamanya adalah pedagang eceran di pasar tradisional dan supermarket, sedangkan pedagang di pasar trdisional adalah pedagang eceran yang langsung melayani konsumen akhir. 3. Supermarket Berbeda dengan struktur pasar beras di Pasar Induk Cipinang dan pasar tradisional, supermarket memiliki karakteristik pasar oligopoli terdiferensiasi. Diferensiasi terjadi dalam hal kualitas dan kelengkapan atribut. Tercatat ada enam perusahaan besar produsen beras yang bersaing di supermarket antara lain PT. Buyung Poetra Sembada, PT. Alam Makmur Sembada, Pertani, PT. Mitra Surya Mukti, PT. Prima Andalan Djaja Internusa, Lautan Mas. Selain itu terdapat beberapa perusahaan yang relatif lebih kecil yang turut bersaing antara lain PT. Mitra Meugah Bestari, Mahkota ABC, PD. LEE, AP Jakarta, 1001 Jakarta, Al Hijaz, dan PT Bangun Bumi Nusa. Sedikitnya perusahaan yang bersaing disebabkan segmentasi pasar di supermarket dan barier berupa persyaratan- persyaratan dari pihak pengelola supermarket. Daftar perusahaan, merek, dan harga beras yang bersaing di supermarket DKI Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 4. Umumnya supermarket memiliki tiga hingga delapan perusahaan supplier tetap produk beras. Masing-masing perusahaan supplier menghasilkan beberapa merek produk dengan spesifikasi varietas dan kualitas tertentu. Alasan utama pihak supermarket beralih merekperusahaan supplier adalah pihak supplier tidak mampu memenuhi persyaratan dan kesepakatan kedua belah pihak dalam hal kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan pelayanan. Produk beras di supermarket dipasarkan kepada konsumen akhir dengan segmentasi konsumen golongan ekonomi menengah-atas. Media promosi yang sering digunakan adalah brosur produk dengan bentuk promosi utama berupa potongan hargadiskon. Pengelolaan supermarket dilakukan secara sentralistik. Kebijakan terkait produk yang dijual, ketersediaanstok, harga, kerjasama dengan supplier, dan kebijakan lain dikelola oleh manajemen kantor pusat perusahaan supermarket. Supermarket cabang hanya bertindak sebagai supervisor dan penerima harga, produk, dan kebijakan lainnya. Pengelolaan secara sentralistik ini bertujuan untuk mengurangi biaya operasional dan mempermudah pengawasan terhadap penyelenggaraan usaha di supermarket cabang. Supermarket dengan segmen pasar konsumen kelas menengah-atas menerapkan persyaratan tertentu bagi perusahaan supplier beras baik dalam hal produk, mekasnisme jual-beli, pelayanan, dan persyaratan lain sebagai berikut : a. Persyaratan Umum. Perusahaan supplier harus mampu memenuhi permintaanpemesanan supermarket dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas dalam kondisi apapun. i Kualitas produk harus sesuai dengan spesifikasi yang dipesan. ii Jumlah produk harus sesuai baik pada masa panen maupun paceklik. iii Pemasok harus mampu menjaga kesinambungan pasokan dalam kondisi apapun termasuk hari raya, serta iv Pemasok harus menjaga komitmen terhadap tingkat pelayanan, harga dan margin secara kompetitif. b. Produk. i Jenis Beras. Produk beras yang diterima pihak supermarket adalah produk beras dengan berbagai atributnya yang tidak umum dijual di pasaran pasar tradisional. Jenis beras yang paling banyak dijual adalah beras Pandan Wangi. Jenis beras lain diantaranya Setra Ramos, IR 64, Cianjur, dan Rojolele. ii Kualitas. Kualitas beras yang paling banyak dijual adalah kualitas Kepala dan Super, serta sebagian kecil IstimewaSpesial, dan biasa tanpa keterangan gradekualitas. iii Kemasan. Kemasan beras 100 berbahan plastik dan dijual dalam satuan ukuran 5 kg, 10 kg dan 20 kg. Beras dikemas dengan desain kemasan yang menarik dengan gambar dan warna yang beragam. Kemasan memuat informasi yang lengkap meliputi : Tanggal kadaluarsa Jenis varietas Mutu Komposisi kandungan dan Cara memasak Merek Nama perusahaan Nomor ijin usaha Ijin Depkes Tanggal produksi c. Mekanisme Jual-Beli i Sistem Jual – Beli. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola supermarket, umumnya supermarket menerapkan sistem jual beli ”beli- putus”. Beras yang telah di beli supermarket dan diterima dengan baik di gudang supermarket sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak supermarket. ii Retur. Untuk kerusakan yang terjadi pada beras akibat kelalaian supplier, pihak supermarket mensyaratkan kepada supplier untuk menerima dan mengganti produk yang rusak tersebut. iii Pembayaran. Supermarket umumnya meminta jangka waktu pembayaran untuk produk yang dibeli. Jangka waktu pembayaran beragam dengan memperhatikan hasil negosiasi antara pihak supermarket dan supplier. Hasil negosiasi ini juga merupakan salah satu pertimbangan pihak supermarket untuk menentukan supplier yang dipilih dari beberapa supplier yang bersaing. d. Pelayanan. i Pemesanan. Pemesanan oleh pihak supermarket dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan stok supermarket, umumnya sekitar dua minggu sekali. ii Pengiriman. Pengiriman produk beras dari supplier dilakukan sesuai dengan pesanan supermarket baik waktu, kualitas maupun kuantitas. Umumnya supermarket mensyaratkan waktu pengiriman produk kurang lebih tiga hari kerja setelah pemesanan. iii Transportasi. Serah-terima produk dilakukan di gudang supermarket. Biaya transportasi sebelum serah-terima ditanggung oleh pihak supplier.

5.7 Rantai Pemasaran dan Margin